10 : Tania meminta maaf

1.4K 99 10
                                    

Sampai di rumah oma Tania. Tania turun dari motor. Berterima kasih pada Mondy.

"Sama-sama" balas cowok yang masih berada di atas motor itu.

"Tan. ke kantor polisinya pagi ya. Semoga sore udah kelar. Malamnya gue ada acara soalnya. " Lanjut Mondy membuat Tania yang hendak masuk kembali berbalik ke Mondy.

"Oke siap bos. Kyaknya lapor doang gak sampe sore juga sih Mon. gue tau kok.. dinner sama Raya kan? Ciyee sekian lama nggak dinner." Goda Tania sambil memain-mainkan mata genitnya.

Membuat Mondy berkata "Apaan sih lo lebay. Yaudah gue cabut dulu ya." Mondy memutar balikkan motornya.

Tania membalas "hati-hati" dengan lambaian tangan.

Lambaiannya berhenti saat punggung teman akrabnya itu sudah tak terlihat lagi. Muka cerianya tiba-tiba muram.

"Fiuh.." desahnya sambil memukul-mukul pelan dadanya. Dengan tatapan sendu. "Gapapa Tania. Mondy bahagia, lo juga harus bahagia. Dia temen lo dan selamanya akan begitu." Tania kembali tersenyum setelah menguatkan dirinya sendiri.

Dilihatnya jam di tangannya. Terlihat pukul 19.00. "Baru jam segini" katanya dalam hati. Lalu ia mengambil handphone. Menghubungi seseorang.

"Hallo. Gino?" Ucap Tania cemas.

Gino mengangkat handphonenya yang berdering. Setelah mendengar, dia tau suara itu. "Tania??? Lo dapet nomor gue darimana." Balas Gino ketus.

"Dari Mondy tadi pas di jalan gue minta. Tapi itu gak penting, yang penting lo sekarang kesini samperin gue." Tania makin panik.

"Ngapain gue nyamperin lo? Males gue mager." Gino merebahkan tubuhnya di kasur.

Tania merengek. "Gue dalam bahaya. Darurat. Gue gak kuat!! Tolong pliss."

Gino bangkit dari posisi tidurnya. "Lo serius?? Lo kenapa? Cerita yang jelas woy." Gino mulai panik.

"Gue gak kuat ngomong. Gue smsin alamat gue ya. Gue tunggu. Cepet Gino!! Gue gak tahan dengan rasa ini." Tania menutup telfonnya.

Menyisakan suara Gino yang masih memegang handphonenya. "Hallo.. Hallo Tania!! Hallo.." "Dimatiin."

Sudah ia terima sms alamat Tania. Wajah Gino benar-benar panik. Disahutnya jaket yang tergantung kemudian di raihnya kunci motor.

Berlari ke garasi mengambil motornya. Dengan cepat ia menjalankan motornya tak lupa memakai helm. Gino melejit kencang.

Syukurlah jalanan tak begitu padat-cukup 20 menit Gino sampai di tempat Tania.
Rumah oma Tania.

Nampaknya Tania berganti pakaian. Terlihat disana cewek dengan kaos hitam dibalut cardigan cream bawahan jeans dan sneakers hitam ditambah tas selempang berbahan jeans. Memasang muka muram-memegangi perutnya.

Tepat motor berhenti, Gino melangkah cepat mendekati Tania. Memegangi bahunya. Menatap matanya cemas.
"Lo kenapa? Siapa yang ganggu lo? Dimana orangnya?" Gino celingak celinguk lalu memandang kembali Tania.

Tania masih diam.

"Lo sakit? Apa yang sakit? Perut lo?" Gino berkeringat masih menatap Tania.

Tania mendongakan wajahnya, melihat Gino. Tangan kanannya meraih wajah Gino. Pelan, ia menjawab. "Gue pengen mie ayam."

Kedua mata Gino melebar. "Hah?" Tangannya melepas bahu Tania. "Apa? M-mie? A.." "Lo bilang dalam bahaya? Darurat? Gak kuat? Gak tahan dengan rasa ini?" Gino menghela nafas. "Pengen mi ayam?" Lanjut Gino. Berbalas anggukan manja dari Tania.

Kali Kedua ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang