24 : Maaf

1K 130 11
                                    

"Maaf. Udah benci kamu." "Jahat ke kamu." "Bikin kamu seakan penyebab semuanya." "Tapi justru kamu terus-terusan baik ke aku." "Maaf."

Ucap lirih Raya masih dalam pelukan Mondy dibawah rintikan hujan yang mulai mereda.

Mondy tak kuasa menahan senyumnya. Ruang di dadanya yang sempat sesak kini seakan bisa bernafas leluasa.
Begitu lega mendengar kalimat Raya.

Bukan ucapan maafnya, tapi suara lembut penuh sayang yang beberapa hari ini tak Mondy temukan di diri Raya.

Akhirnya Raya-nya Mondy kembali lagi.

Hujan benar-benar mereda. Mondy melepas pelukannya. Memegang lembut bahu Raya. tatapan mereka kembali bertemu.

"Aku gak akan maafin kamu." Ucap Mondy serius.

Raya menaikkan alisnya.

"Karena kamu gak buat kesalahan apapun. Jadi gak ada yang perlu aku maafin."

Raya menghela nafas. Hampir saja dia kembali menangis kalau benar Mondy gak maafin dia.

Mondy tersenyum melihat Raya tersenyum. Akhirnya Mondy kembali merasakan seperti berada di surga. Ya, senyum Raya kan surga buatnya.

Tak menyangka mimpinya menjadi nyata secepat ini.

"Berarti kita balikan nih?" Tanya Mondy masih menatap mata Raya.

"Ya nggak lah." Raya sinis.

Tatapan Mondy berubah kecewa.

"Kan kita gak pernah putus. Nggak perlu balikan kan." Raya tersenyum ringan.

Mondy menyeringai. Kemudian mencubit gemas hidung Raya. Membuat Raya menepis keras tangan Mondy.

Raya memegangi hidungnya. "Sakit tau." Mengerucutkan bibir.

Mondy meraih tangan Raya yang memegangi hidung itu. Kemudian cup secepat kilat Mondy mengecup hidung Raya. Membuat tubuh gadis itu kaku menatap Mondy.

Mondy melebarkan senyumnya. "Udah gak sakit kan."

"Ishh. Nakal bangett sih mon!! " Raya memukul-mukul bahu Mondy. Menghiraukan Mondy yang mengaduh sakit, gadis itu terus memukuli bahu Mondy. Hingga Mondy berlari kecil Raya masih mengejar untuk memukuli bahu Mondy.

Akhirnya terjadilah pemandangan persis anak cewek memukuli anak cowok karena anak cowok itu mengambil permennya.

Tak mau terus di siksa. Mondy sigap mengunci kedua tangan Raya erat. Memeluk Raya dari belakang. Seketika Mondy dan Raya tertawa ringan.

Beberapa detik kemudian selesai tertawa, Mondy mempererat pelukannya. Suasana hening. Hanya di hiasai senyuman dari masing-masing bibir.

"Ray." Ucap Mondy pelan yang masih memeluk Raya.

"Hmm.."

"Aku cuma mau ngingetin. Kalau kamu itu gak sendirian di dunia ini." Mondy melepas pelukannya. Kemudian menatap dalam mata Raya.
"Jangan pernah lagi ngerasa sendirian. Kapanpun kamu harus inget, ada aku di sisi kamu." "Kamu juga harus inget. Aku pernah kehilangan mama, apalagi papa. Aku tau rasanya jadi kamu. Lihat kan, kamu gak ngerasain kehilangan sendirian Ray. Ada aku yang ngerasain hal sama persis kamu." "Semua orang akan meninggal pada waktunya Ray."

Air mata Raya kembali menetes seketika teringat Ambu dan Abah. Raya menghela nafas ringan.

Raya mengangguk pelan. "Iya Mondy. Aku janji gak gitu lagi." Kata Raya pelan.

Mondy menyeka sudut-sudut mata Raya.

Raya tersenyum.

"Aku gatau mau bilang apa selain makasih." "Makasih ya mon, masih terus bertahan walau aku jahatin."

Kali Kedua ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang