"Kenapa saat dimana kita bakal lebih dekat, dia datang kembali."
"Ray.. ternyata lo udah ngelupain gue ya. Lihat lo pelukan tadi, kyaknya lo bener-bener nyaman sama cowok itu." Cowok bertopi hitam bertulis RM dengan kaos hitam jaket hitam celana hingga sepatu hitam. Duduk di bawah pohon besar yang jauh dari keramaian. Sepi. Sendiri. Berbicara sendiri. Bak orang putus asa."Arhghhhhhhh......" Kini ia berteriak.
"Lo emang bodoh mon! bodoh!! Bisa-bisanya lo pergi ninggalin orang yang lo cinta demi keserakahan bokap lo!!" "Bokap yang cuma jadiin lo umpan biar dia lebih kaya!" "Lo bodoh mon!! bodoh!!" Teriaknya makin kencang.
Disaat bersamaan petir menyambar. Hujan pun turun begitu deras. Teriakan cowok bertopi hitam itu semakin keras namun semakin tak terdengar karena derasnya hujan. Hatinya semakin kesal kenapa hujan turun saat dia belum menemukan tempat berteduh.
Dengan tekad kuat ia berjalan menerjang hujan yang semakin deras dan semakin deras. Terus berjalan tanpa arah. Dengan tatapan putus asa pikiran kosong dia terus berjalan. Sangat lama ia berjalan.
Sampai kakinya terhenti di sebuah rumah.
Rumah yang tak asing untuknya. Melangkah menuju pintu. Lalu mengetuk lemas. Tak ada respon dari pemilik rumah. Dicobanya lagi mengetuk agak bertenaga. Akhirnya si pemilik rumah membuka.Mereka saling memandang. Mata mereka saling menatap. Cowok basah kuyup itu perlahan melepas topinya. Semakin jelas terlihat muka pucatnya. Tersenyum kecil penuh arti.
"Mondy.." Ucap lirih si pemilik rumah yang tak lain dan tak bukan adalah Raya.
Belum sempat menjawab cowok itu ambruk. Jatuh pingsan membuat Raya kebingungan. Ditepuk-tepuk pipinya oleh Raya sambil berkata "Bangun Mondy. Bangunnn."
"Re...." ""Aww.." Belum selesai ia memanggil Reva. Kepalanya sakit bukan main.Reva datang. "Astaga. Mo-ndy?"
Setelah melihat Mondy ia melihat Raya kesakitan memegangi kepalanya. Raya menepis tanganReva yang hendak menolongnya.
"Bantuin dia aja, bawa ke dalam." Ucap Raya yang masih memegangi kepalanya.
"Tapi lo.."
"Udah Re. Gue biar telfon Gino buat bantuin. Lo bawa dia masuk aja." Reva mengangguk.
Raya mengeluarkan handphonenya. Dia abaikan rasa sakit di kepalanya itu.
"Halo Gin. Ke rumah gue sekarang. Mo.." belum selesai bicara, Raya makin kesakitan dan pingsan.
Menyisakan suara Gino memanggil-manggil Raya. tanpa lama-lama Gino keluar kosan berlari ke rumah Raya. Didapati disana cewek dengan kaus putih itu tergeletak pingsan di depan pintu.
Gino meletakkan payungnya. Dibopongnya tubuh Raya masuk ke dalam rumah. Gino terkejut diruang tamu Reva sehabis meletakkan cowok di sofa. Semakin kaget bahwa dilihatnya itu Mondy.
"Raya.. Gino buruan bawa ke kamar." Reva berlari memimpin ke kamar Raya.
Kini Raya sudah di ranjangnya.
"Re. gimana bisa ada Mondy?" Gino memasang wajah geram penuh tanya.
"Gue jga gatau. Tiba-tiba dia datang basah kuyup trus pingsan."
"Apa?" Gino menyerngitkah dahi.
"Udah mending lo urusin Mondy. Ganti baju dia. Gue ambilin bajunya Abah."
Gino memegangi lengan Reva yang hendak pergi. "Tunggu. Abah dimana?"
"Abah ke bandung sore tadi. Beruntung banget kan si Mondy." Reva melanjutkan langkahnya di ikuti Gino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua ✅
RomanceTentang kesempatan kedua seseorang untuk mengembalikan keadaan seperti sedia kala "Mengembalikan hati yang telah retak" "Mengembalikan kehidupan yang telah rusak" Kali Kedua by Naima ⓒ 2017