"Ya. Ini aku, Harry." Jawab ku kepada ibunya Ken, sementara Ken yang sudah menyerahkan ponselnya padaku untuk berbicara dengan ibunya, langsung berlenggang pergi entah kemana.
"Harry? Bagaimana kabar mu disana?"
"Aku baik, Kris. Begitupun dengan putri mu." Kataku, lalu terdengar helaan nafas berat dari seberang sana.
"Aku tahu, ia sudah bilang tadi. Dan ia tidak mau mendengarkan penjelasan ku yang tidak bisa datang untuk Christmas tahun ini." Aku diam, pantas saja Ken terlihat sedih.
"Harry? Bisakah kau membantunya ku?" Tanya Kris.
"Tentu. Apa itu?"
"Sampaikan padanya jika kami merindukannya. Aku dan Bruce benar-benar menyesal karena tidak pulang lagi kali ini."
"Akan ku sampaikan."
"Baiklah, sampai jumpa, Harry. Jaga dirimu baik-baik dan tolong jaga Kendall." Ucap Kris, ia selalu mengatakan itu disetiap kami akan mengakhiri sambungannya.
Setelah itu aku segera berjalan menyusul Ken. Entah apa yang dilakukannya sekarang, tetapi ia tidak kembali setelah pergi tadi.
"Ken?" Tanya ku memastikan, ketika sudah masuk ke kamarnya. Ken yang berada di beranda kamarnya segera berbalik melihatku. Aku tahu sebelum ia melakukan itu, Ken sempat menghapus air matanya, itu terlihat dari gerak-geriknya.
"Oh, sudah selesai kah?" Ia memunculkan senyumnya. Aku pun mengangguk menjawabnya dan mengulurkan ponselnya. Ken kemudian berjalan padaku kemudian mengambil ponselnya, tetapi sebelum itu terjadi aku segera menarik tangannya agar mendekat padaku. Ia terlonjak kaget dan menatapku penuh tanya.
"Kau tau jika ada aku disini untuk mu, kan?"
Ia menatap ku dalam, kemudian air matanya terjatuh lagi sehingga dia menundukkan kepalanya agar aku tidak melihat wajahnya.
"Aku merindukan mereka." Ucapnya lirih. Aku pun segera memeluknya dan membawa tubuhnya ke samping mendekati ranjang, lalu aku pun duduk di sana. Ku bawa Ken untuk duduk di pahaku, mengakangiku.
"Natal kali ini aku akan sendirian. Lagi." Tambah Ken dalam isakan tangisnya.
Aku menangkup wajahnya dan menatapnya dalam. "Sudah kubilang jika ada aku, Ken. Kau akan bersama ku. Kita akan berdua melewati natal. Hanya kau dan aku. Bukankah itu lebih baik?"
"Benarkah?"
"Ya, tentu saja." Dengan begitu Ken segera memeluk ku dan mengucapkan terimakasih pada ku karena sudah mau bersamanya.
Ketika ia menarik tubuhnya, Ken segera mencari bibir ku dan melumatnya. Aku tersenyum dalam ciuman kami lalu memulai membalas ciumanannya, aku menelusuri rongga mulutnya dengan lidah ku. Ku tarik pinggangnya agar ia lebih mendekat kemudian aku menidurkan tubuhku di atas ranjang sehingga Ken berada di atasku. Ciuman kami bertahan lama, penuh gairah yang membakar tubuhku. Hanya Ken lah yang mampu membuatku seperti ini dengan cepat, bahkan ia tidak perlu berusaha agar gairah ku memuncak. Sial! Aku menginginkannya sekarang.
Ku putar tubuhnya sehingga ia berada di bawahku, lalu ku bawa tangannya ke atas kepalaku dan dengan spontan Ken menarik rambutku kuat. Ia mendesah panjang ketika aku menekan miliknya dengan punyaku. Tangan kananku, ku gunakan untuk bertumpu menahan badan ku, sedangkan tangan kiri ku gunakan untuk menggerayangi tubuh mulusnya.
"Harry..!"
Ia menjerit nikmat ketika aku menggigit bibirnya, lalu ciuman ku turun menelusuri lehernya. Dengan lembut kukecup semuanya hingga turun ke dadanya. Dengan begitu akupun menarik bajunya sehingga terlihatlah bra berenda yang ia gunakan. Seksi, sangat seksi. Sehingga gairah ku pun terus meningkat hanya dengan melihatnya. Aku pun bermain disana sehingga Ken bergeliat tidak menentu karena sentuhanku. Oh, aku suka pengaruhku terhadapnya.
Tapi tiba-tiba Ken mendorong tubuhku menjauh, sehingga rasa panas yang ada di kerongkonganku menghilang. Aku menggeram, kesal.
"Ada telfon." Katanya, lalu ia turun dari atas ranjang dan mulai mengambil ponselnya yang kujatuhkan tadi di atas karpet kamarnya.
"Ya? Hallo?"
"...."
"Benarkah?! Baiklah aku turun sekarang." Ucap Ken dengan senyuman lebarnya. Ia kemudian menaruh ponsel di kantong jinsnya dan mulai memakai bajunya kembali.
"Harry, kau tunggulah disini. Aku ada tamu." Aku menggeleng dan segera menahan tangannya sebelum ia keluar.
"Tidak. Aku belum selesai, Ken." Ucapku, sedangkan wajah Ken segera memerah dan tersenyum padaku.
"Kita lanjutkan ini nanti."
Aku memutar bola mataku lalu melepasnya pergi. Aku pun berdiri dan mengacak-ngacak rambutku frustasi. Brengsek! Siapa yang berani mengganggu ku!
Dengan cepat pun aku keluar kamar Ken dan mulai menuruni tangga. Ku lihat ia yang sudah berada di depan pintunya, menahan pelayannya yang ingin membukakan pintu.
"Biar aku saja." Ujarnya, dengan begitu pun si pelayan segera mengangguk dan berlalu pergi. Aku terus menelusuri tangga tanpa melepas pandanganku pada Ken. Dan ketika Ken membuka pintunya lebar-lebar. Aku bisa melihat jika tamu yang datang adalah seorang lelaki seumuran kami yang tidak ku kenal.
"Ansel!!" Ken berteriak lalu meloncat kedalam gendongan lelaki itu. Ia melingkarkan tangannya pada tubuh Ken erat sembari memutar tubuhnya. Aku menegang. Siapa dia?
..
"Jangan cemberut terus, Harry. Mom berjanji ini tidak akan lama."
Gemma yang berada di samping ku segera menoleh ketika mendengar ucapan mom. "Kau harus melihat wajah mu."
"Diam." Lalu dia tertawa kecil. Mereka sangat tahu jika aku benci menggunakan setelan suite jas. Belum lagi sedang turun salju sekarang. Seharusnya aku menghangatkan tubuhku di depan perapian. Ini menggelikan.
Dan ketika aku mengarahkan pandangan ku ke arah jendela mobil, aku bisa melihat pemandangan luar yang ditutupi salju, ini tidak asing oleh ku. Sontak aku melebarkan mataku ketika menyadari jika mobil yang dibawa oleh dad menuju perumahan Ken.
"Sebenarnya mau kemana kita?" Tanya ku penuh khawatir.
"Sudah ku bilang. Kita akan mendatangi acara sahabat ku, sekarang ini adalah hari pernikahan mereka." Jawab mom.
"Dan perusahaan mereka saling bekerja sama dengan kita. Oleh sebab itu bersikap sopan lah disana." Tambah dad, dia menyindirku dan Gemma.
Dan sebelum aku bertanya lebih jauh lebih tepatnya siapa sahabat mom ini. Aku pun segera mengetahui jawabannya. Mobil kami segera memasuki gerbang rumah Ken, dan di halaman depannya sudah berjejer mobil-mobil para tamu undangan. Aku tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Perasaan senang dan cemas mulai melingkupiku. Aku bahkan tidak tahu jika Kris dan Bruce berteman dengan orang tuaku. Dan aku tidak tahu jika mereka sudah kembali ke London, sekian lamanya. Faktanya adalah aku tidak pernah perjumpa dengan mereka begitu pun sebaliknya. Entah nanti mereka bisa mengenali ku atau tidak, karena kami hanya pernah saling mendengar suara saja saat aku dulu bersama Ken. Dan masalah besarnya adalah bagaimana dengan Ken? Bagaimana reaksinya ketika melihat ku datang lagi kerumahnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Same Old Love and Mistakes (Hendall)
Fanfiction-Blubr- Kendall - Aku tidak pernah menyangka akan menjadi pengantin seorang Harry, bajingan yang kubenci dengan teramat sangat. Demi Dewa Luficer! Aku tak akan membuat lelaki itu bahagia. Aku akan membalas apa yang sudah digoreskan oleh lelaki...