chapter 34

3K 198 144
                                    

Apa hanya saya yang disini ikutan senyum" sendiri pas lihat mulmed ^^ kalo iya berarti saya butuh bantuan *telpn 911*

Ps : chapter ini di dedikasiin buat @vindionits karena dia udh menjabarkan kendall sesuai niatan dan maksud aku. dan tentu ajah, aku juga menghargai pendapat yg lain. aku seneng bacanya, itu artinya membuktikan manusia itu punya perspektif yg berbeda. 

Pss : this chptr has a sweet moment, BUT let's pretending not to be pretending

eh btw hendall jalan bareng yah? I'M SCREAMINGGGGGG

eh btw hendall jalan bareng yah? I'M SCREAMINGGGGGG

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

.

Aku berdiri ketika melihat Gemma muncul bersama Ken yang berjalan sambil menundukkan kepalanya. Jantungku berdetak kuat menahan segala emosi cemas yang mampir karena takut Ken pergi meninggalkanku. Padahal dia hanya dua jam di luar pandanganku. Tetapi itu sudah membuat perasaan takut itu datang, mungkin karena aku pernah ditinggalkannya. Dan aku tidak mau itu terjadi lagi.

Mataku tidak berhenti mengikuti pergerakannya yang makin dekat denganku, tentu saja dibimbing oleh Gemma. Hingga sebuah jari menjentik tepat di depan wajahku yang membuat aku tersentak sambil mengedip-ngedipkan mata.

"Pulang sana!" Usir Ansel.

Si sialan ini beruntung karena aku masih tahu diri karena dia sudah menghuungi Gemma. Walaupun ketika Ken sampai, supirnya segera melapor ke Papa. Membuat aku hanya tahu keberadaan Ken tetapi tidak tahu tepatnya karena si supir hanya menunggu di lobby. Dan jangan tanyakan ketika aku mengetahui bahwa dia ternyata mendatangi lelaki ini.

Aku pernah merasakan kecemburuan pada Ansel berulang kali. Tidak lima atau sepuluh, mungkin ratusan. Karena sampai Ansel hidup, maka ada yang namanya perhatian khusus untuknya dari Ken. Hanya saja aku sempat melihatnya membelaku walaupun dia menyangkalnya. Itu sebabnya wajahnya masih mulus dan tidak babak belur karena tanganku sudah sangat gatal untuk mendarat di muka sialannya.

Dia beruntung aku punya hati atau dia mati.

"Kau mau ikut atau tidak?" Kini Gemma yang berlagak seperti Ansel––menyebalkan. Aku segera menghampiri Ken, dan kami mulai berjalan ke arah pintu utama. Si pemilik apartemen sudah berdiri di depan pintunya sambil menatapku datar. Kurang ajarnya dia adalah membuka pintu lebar-lebar seperti khusus untukku. Artinya menyuruhku pergi dengan cepat. Mukanya sialan sekali, meminta dielus oleh tinjuku.

Aku menunggu Ken dan Gemma terlebih dahulu yang keluar, karena bisa saja ini jebakan. Dia menyuruhku keluar dan setelah itu membanting pintu dan mengunci Ken dan Gemma di dalam. Dia tidak boleh mendapatkan ke duanya. Dia akan mati jika memiliki Ken, dan aku juga tidak sudi jika dia bersama kakakku. Jangan dipikir aku tidak tahu kedekatan mereka. Buktinya sejak kapan mereka memiliki nomer satu sama lain? Awas saja, setelah masalahku dengan Ken selesai, Gemma akan ku introgasi. Kakakku itu tidak bisa lolos begitu saja, karena biarmanapun Ansel itu sebuah benalu. Ia harus disingkirkan jauh-jauh dan dibuang. Lagi, Gemma bisa mendapatkan pria yang lebih baik dari pada itu. Walaupun pria yang terbaik sudah dimiliki oleh Ken, yaitu aku.

Same Old Love and Mistakes (Hendall)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang