Chapter 44

2.8K 180 70
                                    

Happy Reading


.

.

.


“Aku kangen sama Mommy.” Ken memeluk ibunya Ansel dengan erat disertai tangisannya, membuat yang di  peluk juga menangis. Sedangkan aku, Ansel dan ayahnya hanya bisa terdiam melihat momen ini.
         
“Oh, Baby. . .” Hanya itu yang bisa diucapkan oleh ibunya Ansel, karena dia juga masih syok mendengar kabar Ken yang kehilangan sebagian ingatannya. Membuat Ken lupa jika keluarga Ansel sudah jauh lama kembali ke Inggris.

“Kau baik-baik saja, ‘kan?”

Ken melepas pelukannya dan segera mengangguk untuk menjawab pertanyaan ayahnya Ansel.

“Aku baik, Daddy. Aku juga kangen sekali sama Daddy.” Ucap Ken manja dan minta dipeluk. “Aku senang kalian di sini.” Air matanya terjatuh lagi.

“Kendall berlebihan, Mom. Sedari tadi menangis terus.”

“Ansy. . .!!” Ken menarik baju Ansel untuk mendekatkan tubuh mereka. Detik itu juga aku menegang ketika Ken memeluk Ansel dan menyembunyikan wajahnya di dada Ansel.

Awalnya Ansel ingin mengatainya lagi. Tetapi melihat betapa rindunya Kendall dengannya membuat dia tersenyum dan membalas pelukan Ken. Tangan Ansel mengelus kepala Ken dengan sayang, dan menenangkan Ken lagi.

“Jangan lap ingusmu di bajuku, yah?” Suaranya lembut untuk mengejek. Dia hanya tidak mau melihat Ken menangis pada akhirnya, itu sebabnya ia terus menerus mengejek Ken. Dan kenyataan aku mengetahui niatan baiknya tetap membuat dadaku terasa diremas habis-habisan.

Ken  berdecak lalu memukul perut Ansel. “Aku kangen kamu, Ans! Bisa diam tidak?”

“Ansel juga kangen, Kendall. Setiap hari kerumah sakit untuk menjengukmu. Nanti setiap hari juga dia resah sendiri kalau Kendall belum bangun-bangun.”

Aku membuang wajahku mendengarnya.

“Benar, Dad? Tapi Ansy jahat terus. Tadi jengukin hanya lima menit saja, setelahnya pergi entah kemana.”

Ansel hanya diam dan tidak membalas. Ayah dan ibunya kembali berbincang dengan Ken dan sesekali Ken tertawa oleh candaan yang keluar.

Ken terlihat senang bersama kedua orang tua Ansel, berbeda sekali dengan kedua orang tuaku tadi. Menyedihkan. Dan yang paling terasa menyedihkan adalah ketika aku berdiri di sini tetapi tidak terlihat oleh mereka.

Aku bisa saja keluar. Tapi apa tidak terlihat jika aku merasa terabaikan jika keluar nanti? Tapi kalau di sini pun aku juga merasa tidak nyaman karena tidak ditoleh sama sekali.

“Harry?”

Aku mendengak, tubuhku yang tadinya menyender di dinding mulai ku tegapkan sebelum berjalan mendekati Ken.

“Kamu perlu sesuatu?” Tanyaku, berharap dia meminta dibelikan apapun, agar aku bisa keluar dengan alasan bagus dan tidak menyedihkan.

“Kamu. . . sudah kenal ayah dan ibunya Ansel?”

Aku mengangguk. “Mereka datang ketika kita menikah.” Jawabku. Membuat Ken merona lalu menunduk malu.

“Tadi sama Ansel seperti anak kecil, sekarang suaminya bicara langsung diam, malu-malu.”

Aku hanya tersenyum mendengar godaan ibunya Ansel. Tidak berniat membantah dan lebih baik menyetujui di dalam hati.

“Nanti kau keluar rumah sakit, carikan Ansel istri, Kendall. Biar dia bisa diam juga.”

Same Old Love and Mistakes (Hendall)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang