Chapter 46

2.1K 171 39
                                    

Song for this chapter :

- Seeing Blind by Niall Horan
- Fireproof by One Direction

.
.

Don't know why you're too good to be all mine. Now I'm looking in your ayes. Oh I must be seeing blind - H


Aku terkekeh melihatnya memutar badan, dia memakai lagi pelembab itu akhir ini-ini, dan selanjutnya yang dia lakukan adalah. . .

"Harr," kini dia berbalik, dia tersenyum-malu sebelum memajukan wajahnya, kembali menempelkan bibirnya padaku dan memintaku menciuminya lagi seperti kemarin-kemarin.

Hatiku begitu sesak oleh kebahagiaan. Dia terlalu manis dan aku terlalu mencintainya. Entah apa yang aku lakukan dulu sampai mendapatkannya. Wanita tercintaku.

Terkadang aku bertanya-tanya; did I deserve this? Deserve get to know her? Deserve to get her attention and love? Or, most importantly, did I deserve for her? She's so perfect and I just too jerk to her.

"Harry? Kenapa?" Ken melepas tautan bibir kami. Pikiranku yang sedang kemana-mana membuatku tidak fokus akan dirinya. Kendati yang aku pikirkan memang hanya dia seorang.

"Aku mencintaimu, Ken. . . aku ingin kamu tahu itu." Aku mengelus pipinya, menatapnya dengan jarak sedekat ini. Mendengarkan alunan jantungku sendiri yang begitu hidup jika di dekatnya. Oh astaga, aku begitu mencintainya. Dia yang membuatku terasa hidup.

"Harry. . ." Ken memelukku, membenamkan wajahnya di leruhan leherku, "terimakasih, Harry. . . kamu membuatku merasa diinginkan jika terus berkata seperti itu."

Aku mendorongnya pelan untuk menatapnya yang sudah meneteskan air mata. Aku menghapusnya dengan ibu jariku dengan penuh sayang dan kembali menciumnya. Melumat bibirnya dengan segala kuasaku. Meminta dirinya untuk mencintaiku balik sebesar cintaku padanya. Dan berharap jika dia yang sekarang akan terus mau menerima ciuman dan cintaku.

Selepas kami berciuman, hal yang aneh kami lakukan hanyalah saling menatap. Terkadang aku merapikah untaian rambutnya yang tanpa sadar aku berantaki, dan detik selanjutnya aku acak-acak agar ada alasan untuk kembali merapihkan rambutnya. Sebatas agar tanganku terus menyentuh dirinya.

Ken hanya tertawa kecil, menunduk malu, lalu kembali menatapku dengan mata tenang itu.

"You're so pretty." Ucapku padanya. Membuatnya membuang wajah untuk menutupi rona merah di pipinya.

"Aku suka kamu panggil aku cantik." Bisiknya, tanpa melihatku karena ia masih ingin menyembunyikan wajahnya.

"Kamu memang cantik. Wanita tercantik yang pernah aku lihat dan temui. Dewi Aphrodite akan kalah melihat kecantikanmu, dan dia akan marah besar karena posisinya sebagai wanita tercantik di semesta ini kini dimiliki kamu seorang."

"Harry. . ." Dia kembali merengek, memohonku untuk berhenti atau jantungnya akan rusak jika berdetak hebat terus, begitu katanya.

"Jangan memujiku seperti itu. Kamu akan menyesal ketika melihat wanita diluar sana yang jauh dibandingkan aku."

"Aku tidak memujimu, Cantik. Aku memujamu. Itu yang akan aku selalu lakukan karena mata dan hatiku hanya milikmu seorang. Tidak akan ada wanita yang bisa mengambil perhatianku sedangkan dengan mencium wangimu dari kejauhan sudah membuat fokusku hilang."

"Harry. . ." Ken memegang dadanya dengan wajah merona, dan dengan cepat ia segera mendekatiku dan menabrakkan dirinya dengan kencang pada tubuhku. Memelukku seerat mungkin seolah tidak ada hari esok untuk melakukannya.

"Kamu jahat karena membuatku melayang. Aku takut jatuh, Harry. Nanti akan sakit."

Aku menggeleng kuat. "Aku di sisimu, Ken. Tidak akan aku biarkan kamu terjatuh. Aku akan selalu merangkulmu dan menjagamu. Tidak ada niatan untuk melukaimu. Percayalah."

Same Old Love and Mistakes (Hendall)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang