Chapter 7

1.8K 226 6
                                    

02-02-2014
Harry.. Aku sudah berangkat duluan pagi ini. Kau tidak perlu menjemputku. Xx

04-02-2014
Harry, maafkan aku karena tidak menunggu mu pulang. Ansel tiba-tiba memintaku untuk menemaninya pergi.

12-02-2014
Harry, Ansel sakit. Aku harus merawatnya. Jadi acara kita kali ini harus dibatalkan. Maafkan kan aku. xxx

17-02-2014
Harry. Sungguh, maafkan aku.

25-02-2014
Harry? Pelayan ku berkata jika kau datang. Maaf, Ansel memaksa ku untuk menginap dirumahnya.

26-02-2014
Aku mencintai mu. xxx

05-03-2014
Maaf aku tidak tahu jika kau menghubungi ku tadi :( Ponselku tertinggal di mobil Ansel.

09-03-2014
Ansel tidak seperti yang kau fikirkan, sayang. Dia baik padaku. Kau tahu itu.

11-03-2014
Harry? Kau dimana? Angkatlah telfon ku.

12-03-2014
Mengapa kau melakukan itu kepada Ansel? Dia tidak salah!

15-03-2014
Iya, maafkan aku. Aku berjanji ini yang terakhir kalinya Ansel menginap di rumah.

20-03-2014
Maaf aku baru membalas pesan mu. Aku sedang berada di rumah Ansel. Mom dan dadnya meminta ku untuk makan malam dan menginap disana. Jangan marah, oke. Aku mencintai mu.

23-03-2014
Aku mencintai mu.

2016

"Kau bisa memakai baju ku jika kau mau." Ucapnya sebelum memasuki kamar mandi. Aku pun menatap sekeliling, warna abu-abu lebih dominan pada kamar ini. Jika diperhatikan baik-baik, kamar ini tidak terlalu banyak memiliki barang pribadi. Itu artinya si bodoh ini tidak tinggal disini. Mungkin ia sering menginap, itu sebabnya ini dijadikan kamar pribadinya. Dan itu tidak membantuku untuk merasakan kelegaan.

Lalu aku mendengar suara bunyi ponsel yang bergetar di atas nakas. Aku segera melihat ke ponsel tersebut, milik Ansel, tertera nama Ken di sana yang telah mengirim pesan.

Temui aku di loteng. Sekarang!

Kendall P.O.V.

"Istirahatlah. Buat dirimu nyaman. Aku akan keluar sebentar tapi kau tidak perlu menunggu ku." Ucapku pada Gemma. Kepala ku menunduk takut akan melihatnya. Wajahnya benar-benar mirip dengan wajah Harry. Dan aku tidak mau membencinya hanya karena ia orang yang berhubungan dengan Harry. Tetapi rasa sakit ini terus menggerogoti jiwa dan hatiku setiap mengingatnya. Sungguh sakit.

"Oh, oke." Jawabnya singkat.

Lantas aku pun segera keluar tetapi sebelum aku menutup pintunya, ia memanggilku. Dan secara otomatis aku pun menatapnya.

"Hmm, terimakasih, Kendall. Maaf jika aku merepotkan mu." Ujarnya lalu tersenyum kaku. Oh senyuman itu, mengapa kakak beradik ini sangat mirip? Aku sudah lama tidak melihat senyuman seperti itu. Dan sekarang Gemma memunculkannya sehingga tubuhku menjadi beku sekarang. Dan melihat reaksi ku seperti itu, Gemma segera menghilangkan senyumannya dan mengerutkan keningnya.

"Apa---apa aku salah bicara?"

Aku menatapnya sendu, walaupun aku sudah berusaha agar terlihat normal. "Tidak. Maaf, aku harus keluar sekarang." Ucap ku lalu menutup pintu cepat. Aku segera berbalik dan memegang dadaku, tidak! Jangan berdetak cepat! Aku tidak mau merasakannya lagi, kumohon. Tubuhku merosot kebawah lantai. Aku duduk didepan pintu ku sembari menutupi wajahku dengan lutut. Kacau, aku kacau. Lelaki bajingan itu telah membawa pengaruh berat untuk ku dan sekarang setelah semuanya terjadi, pengaruhnya tak hilang, perasaan ini menghantui ku kemana pun aku berada yang artinya selama aku hidup. Brengsek! Aku membencinya!

Lalu tiba-tiba aku mendengar suara benturan, maka akupun segera menoleh mencari tahu apa itu.

Kosong.

Tidak ada apa-apa di sini. Orang-orang sudah pada tidur dan hanya ada aku sendirian di luar sini. Aku pun belum melihat tanda-tanda kedatangan Ansel. Kamarnya tepat berada di samping kamarku. Dan aku tidak mau mengetuknya, Tuhan pun tahu yang akan terjadi nanti bila aku melakukannya.

Jadi akupun segera berdiri lalu pergi menuju atas loteng. Sedikit dingin memang, mengingat daerah loteng rumahku jauh dari pusat tempat perapian untuk menghangatkan ruangan. Tetapi hanya ruangan inilah yang tidak di periksa oleh penjaga rumah, sehingga aku dan Ansel masih bisa berbicara.

"Hei." Aku terlonjak kaget.

"Ans! Jangan mengagetkan ku!"

"Shht... Diamlah, para tamu sedang istirahat."

Aku mengangguk. Lalu kulihat Ansel segera duduk di tangga yang menuju loteng. "Sebaiknya di loteng saja, Ans. Aku ingin berbicara sesuatu dengan mu." Ia memutar bola matanya lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak. Aku tidak mau mendapat resiko jika kita terkunci, belum lagi udara disana sungguhlah dingin. Lagi pula berbicara disini tidaklah buruk, tidak ada orang yang berkeliaran selain kita berdua dan para penjaga di lantai bawah. So say what you wanna say in here, nobody will listen axcept me."

Aku menarik nafas ku berat. Ansel adalah salah satu dari sekian banyaknya lelaki yang cerewet, menyebalkan, aneh, sok tahu, dan selalu merasa lebih pintar dari ku. Tetapi... Ia benar-benar peduli padaku, dan yang kumaksud dari kata peduli pada ku adalah ia benar-benar peduli tanpa ada kebohongan, tidak pernah ada yang dititupinya dariku dan itulah istemewanya, dan aku menyayanginya, sangat.

"Ken? Ada sesuatu yang terjadi? Apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya-nya lembut, aku tersenyum pahit mendengarnya, bukankah sudah kubilang jika ia peduli padaku? Hanya saja aku merasa...

Harry P.O.V.

Aku terus berdiri tegap di samping tembok besar yang menghalangi antara diriku dan mereka. Sial! Rasa ngilu di jari kaki ku membuatku tidak nyaman sekarang. Persetan karena meja hias yang tiba-tiba berdiri didepan ku ketika aku sedang menunggu Ken keluar dari kamarnya tadi. Melihat Ken yang bersedih membuatku tanpa sengaja berjalan menghampirinya, dan aku cukup bersyukur karena dewi Fortuna menolongku dengan cara membenturkan ujung jariku dengan ujung kaki meja yang keras, idiot!

"Ken? Ada sesuatu yang terjadi? Apa yang ingin kau bicarakan?"

Si idiot yang sebenarnya mulai berbicara. Lantas akupun mendongakkan kepala ku agar melihat mereka, melihat Ken. Ken tampak menggigit bibirnya, oh tidak! Ken, Jangan lakukan itu didepannya! Batin ku kesal.

"Aku--aku takut." Ucapnya, suaranya bergetar seperti sedang menahan isakan tangisnya.

Aku tidak bisa melihat ini, seharusnya aku tidak mengikuti mereka.

Same Old Love and Mistakes (Hendall)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang