"Aku tahu semuanya." Ucap Gemma dengan tatapan tajamnya.
Aku yang tak peduli, langsung segera berjalan kembali kearah kamar Ansel.
"Kau brengsek. Laki-laki tidak tahu diri. Pecunda--"
"Apa maumu?!"
Kini akulah yang berbalik, menatapnya tajam. Sedangkan sekarang ia menatapku penuh dengan kekecewaan. Dasar kakak aneh.
"Kau menghancurkan hati gadis itu... Kau menyakitinya." Lirihnya sembari menggerakan tangannya dramatis.
Tunggu sebentar, apa Gemma tahu apa yang terjadi?
"Ka-kau tahu?"
Gemma mengangguk.
"Apa Ken yang memberi tahumu?"
Ia tergelak. "Melihat ku saja ia tak sudi, apalagi bercerita apa yang telah kau lakukan."
Aku masih diam menunggunya untuk melanjutkan.
"Aku membaca diary nya."
"Apa?!"
Gila! Gemma gila! Untuk apa ia melakukan itu?! Sial, jika Ken mengetahui itu, maka Ken akan mengira akulah yang menyuruh Gemma.
"Kau membaca semuanya?" Tanyaku penuh dengan tuntutan. Terlihat Gemma mengangkat bahunya.
"Sebagian besar, ya."
Oh, bodoh. Bodoh. Bodoh.
Tapi, tunggu... Jika Ken menulis tentang apa yang telah ku lakukan padanya, mungkin kah jika Ken menulis tentang perasaannya pada ku setelah semua ini? Apakah Ken menyebutkan jika ia masih mencintai ku atau justru sebaliknya? Aku harus tahu!
"La-lalu apakah ia menyebutkan hal lain?" Tanya ku memastikan. Berdoa agar sebenarya masih ada harapan untuk ku.
Gemma menggeleng, mengejek ku. "Tak akan ku beritahu, kau tidak seharusnya mendapatkan kesempatan kedua."
"Tunggu, apa?" Sergah ku, cepat. Itu artinya Ken ingin memberikan kesempatan kedua untuk ku? Apakah benar? Tuhan... Semoga apa yang telah ku pikirkan benar terjadi.
Dan sebelum aku bisa mendesak Gemma lebih dalam, kami berdua bisa mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Dan datanglah si bodoh Anzel yang sialnya sedang menggendong Ken yang tertidur. Dada ku memanas, hati ku bergejolak marah. Api bersatuan dalam tubuh ku menggila melihatnya.
Ansel berhenti, memandangi ku dan Gemma secara bergantian. Lalu ia berdehem dan memperbaiki posisi tidur Ken dalam gendongannya.
Brengsek!
"Ada sesuatu yang kalian butuhkan?" Tanya Anzel dan aku memutar bola mataku. Untuk apa ia menanyakan hal itu? Dia bukanlah pemilik rumah yang harus bertingkah bak menghormati tamunya. Dia juga tamu di sini!
"Tidak, tidak ada. Aku hanya menunggu Kendall dan Harry akan segera kembali kekamar, bukan begitu, Harry?" Ucap Gemma, menatap ku horor tetapi aku tidak perduli.
"Oh, soal itu. Kenny akan tidur bersama ku, jadi kau tidak perlu menunggunya."
"Apa?! Tidak! Dia tidak akan tidur bersama siapapun kecuali dengan Gemma. Begitulah yang tadi Kris bilang. Dan lagi, aku tidak mau tidur bersama kakak ku."
Anzel menatapku aneh. "Pertama, Kenny sendiri yang meminta ku agar menemaninya tidur. Kedua, kau bisa tidur tanpa ada yang menemani mu. Kakak mu tetap akan di kamar Kenny dan kau tetap berada di kamar ku. Sendiri."
"Lalu kau dan Kendall?" Pertanyaan Gemma menyerukan isi pikiran ku.
"Itu adalah urusan ku, jadi selamat malam." Ucapnya lalu berlalu. Tapi dengan cepat aku menghalanginya.
Sialan! Mau di bawa kemana Ken?
"Berikan Ken padaku sekarang, bocah tengil. Dia tidak akan kemana pun bersama mu." Bisik ku rendah. Takut jika Ken terbangun dari tidurnya.
Anzel mendongakan kepalanya, menantang ku. Alisnya terangkat sebelah dan mulai menatap ku remeh.
"Ku pikir kau lupa siapa dirimu, kriting. Kenny bukan milik mu lagi, jadi aku tidak akan mengikuti apa kata mu seperti dulu yang pernah Kenny minta."
"Dan kau pun tetap bukan siapa-siapanya!" Aku menggeram menahan amarah ku. Dan itu membuat Ken menggeliat dalam gendongannya dan bergumam tidak jelas.
"Dasar kriting tengil." Ucap si bodoh ini ketika menyadari jika Ken terbangun.
Kendall P.O.V
"Ansy?" Ucap ku sembari mencoba menerima cahaya yang menusuk mataku. Aku masih sangat mengantuk dan mata ku pun masih lelah setelah menangis. Jadi apakah ini masih pagi? Cepat sekali...
"Ken.."
Tunggu, apa?! Itu buka suara Ansel. Lantas, aku pun segera melebarkan kedua mataku dan menemukan Ansel, tapi bukan hanya itu. Ada Harry di depan ku dengan kening yang mengkerut dalam.
Sialan! Untuk apa dia disini?
Ansel menurunkan ku dari gendongannya. Bahkan aku baru menyadari itu.
"Ans? Mengapa aku di sini?"
"Harry mencegat ku untuk membawa mu ke ruangan kita."
Aku memejamkan mata ku, penuh sabar. Baru tadi aku menenangkan hati dengan menumpahkan pertahanan ku, dan sekarang dia ingin aku kembali terjatuh?
"Ans, ayo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Same Old Love and Mistakes (Hendall)
Fanfiction-Blubr- Kendall - Aku tidak pernah menyangka akan menjadi pengantin seorang Harry, bajingan yang kubenci dengan teramat sangat. Demi Dewa Luficer! Aku tak akan membuat lelaki itu bahagia. Aku akan membalas apa yang sudah digoreskan oleh lelaki...