Chapter 37

2.8K 217 111
                                    

niatnya mau updt chptr ini setelah chpter lapak sebelah di updt (yg mna besok malem) tapi tangan udh gatel dan sekalian mau ngucapin makasih buat cemiwiww aku yg udh sabar bikinin cover baru. muah muah Rilia11

Happy Reading


WARNING!

"Ini salah. Aku tahu ini salah. Aku akan pulang." Aku segera berbalik dan berusaha keluar dari tempat ini. Tetapi sepupu perempuan menyebalkan yang mempunyai salon yang sedang aku pijaki dengan mudahnya membuatku masuk lagi.

"Kendall tidak akan suka jika kau tidak jadi."

"Fuck, Gissel! Aku akan jelaskan bahwa––"

"Bahwa kau terlalu takut untuk memotong rambutmu sendiri."

"Aku tidak takut! Kau tahu berapa lama aku memanjangkan ini?"

"Tidak selama memotongnya nanti." Ucapnya jengah. Aku bisa membayangkan Gissel memegang gunting rumput ketimbang gunting rambut untuk memotong rambut berhargaku.

"Jangan macam-macam! Aku serius!"

"Bloody Hell! Aku hanya akan memotong rambutmu! Bukan penismu!"

Apa? Sialan!! Aku mati. Aku akan mati jika ditangani olehnya.

Aku memang mengatakan pada Ken akan melakukan apa saja untuknya. Tetapi aku tidak berpikir bahwa dia akan memintaku memotong rambut karena dia tidak menyukainya? Selama kita berpacaran mana ada dia protes? Justru ku kira dia menyukainya, terlihat dari caranya menyelipkan jarinya lalu menarik rambutku kuat saat kami melakukan sesuatu yang intens dan intim.

"Sepupu Harry, kau tenang saja. Aku bisa memastikan jika kau akan jauh lebih tampan dengan rambut barumu. Katakan padaku, kau mau seperti apa? Mohak? Cepak?"

"The Fuck?!" Aku memukul jidadnya. Membuat Gissel menggeram rendah, menatapku tajam sambil mengelus jidadnya. "Mati kau." Katanya dengan nada mencengkam lalu menyuruh penjaga salon untuk membantunya menyeretku masuk.

"Kau harus diam, Harry. Atau aku akan salah potong."

"Fuck you, Gissel!"

"No, fuck yourself." Ucapnya santai lalu mengambil kain berlebel namanya sendiri untuk menutupi tubuhku, bisa kurasakan tali di kain tersebut diikat sangat kuat di leherku. Benar ternyata, Gissel mencoba membunuhku.

"Aku ahlinya, kau harus percaya padaku."

"Jika maksudmu percaya pada pencabut nyawaku, maka tidak."

"Hey!" Dia menarik rambutku––sesuatu yang dia suka lakukan akhir-akhir ini, "kau pikir aku malaikat maut?"

"Kau terlihat seperti itu."

"Oke, dengar," dari kaca yang ada di depanku, aku bisa melihat Gissel yang bersedekap pinggang, "aku tidak akan memaksamu. Itu sama saja tindak kriminal kalau sewaktu-waktu––tanpa sengaja––memotong kupingmu, mungkin."

"Memotong?!"

"Kepotong! Kepotong kupingmu." Ralatnya dengan kosa kata yang benar. Tetapi tetap tidak membantu. "Itu sebabnya jika kau memang tidak benar-benar mau dipotong 'rambutmu', maka aku tidak akan memaksa." Katanya lalu membuka ikatan tali di leherku. Kenapa tidak dari tadi saja sebelum aku diseret masuk ke dalam?

Dia melepaskan kainnya. "Pulanglah. Katakan pada Kendall aku menyesal karena tidak bisa membantunya untuk merapihkan rambutmu. Aku bisa saja mengatakannya sendiri, tapi aku tidak akan tega melihat wajah sedihnya. Apalagi dia masih terlihat murung setelah kepergian orang tuanya dari beberapa hari yang lalu. Tetapi setidaknya dia akan baik-baik saja––"

Same Old Love and Mistakes (Hendall)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang