Kendall P.O.V
"Moana sudah menunggu di pantai dekat bandara. Kau bisa menemuinya." Ansel berbisik tepat di telingaku saat kami berjalan menuju mobil yang akan membawa kami.
"Apa yang harus aku katakan pada Mom?" Tanyaku panik. Sehingga membuat Ansel terkekeh geli melihatku.
"Kita ini sudah besar. Mom tidak akan melarang kita. Lihat ini." Katanya lalu berjalan lebih cepat, meninggalkanku.
Ketika mobil yang akan kami tumpangi sudah terangkut dengan barang-barang kami, maka satu bersatu, Dad, Paman Des, Bibi Anne, Mom, Gemma, dan ugh... Harry masuk ke mobil.
"Mengapa kalian tidak masuk?"
Aku segera menyenggol pinggang Ansel ketika seluruh yang berada di mobil menatap kami. Dan Harry mendapatiku. Ia tahu jika ada sesuatu yang akan kulakukan. Ia tahu itu.
"Kalian duluan saja. Aku ada janji pada Kendall." Ucap Ansel sembari menutup pintu mobil cepat. Ia melakukannya agar Mom tidak bertanya lagi. Ansel juga berbicara sesuatu pada supir mobil menggunakan bahasa khas Hawaii yang tidak aku mengerti.
"Dimana?" Seru Dad, ia mengeluarkan kepalanya di jendela mobil dengan matanya yang memincing. Dan ketika mobil sudah jalan, Ansel baru menjawabnya, "Di pantai!"
Dan aku tahu. Mom dan Dad pasti kaget bukan main. Dan sebelum mobil berhenti dan memutar balik. Aku dan Ansel segera berlari untuk menghindari mereka. Jika tidak begini maka aku tidak akan bisa bertemu dengan Moana.
.
.
Ah, pantai yang indah... Hamparan pasir putih yang ku injak membuat sela-sela jari kakiku terisi penuh dengan pasir. Pohon kelapa yang menjulang tinggi terlihat indah dari bawah sini. Dan wangi lautan asin sedikit membuat bulu kudukku berdiri tetapi aku masih bisa mengatasinya.
"Lihat, kau lihat wanita yang disana?"
"Maksudmu wanita yang menggunakan baju Hawaii itu?" Tanyaku. Aku melihat wanita yang ditunjuk oleh Ansel menggunakan rok dari rumput dengan bunga-bunga yang tersusun menjadi kalung.
"Ya, kau benar."
Oh, astaga! Dia sungguh cantik! Moana benar-benar memiliki ciri khas wanita Hawaii yang eksotis dan menakjubkan. Kulitnya yang gelap keemasan membuatnya sangat menyatu dengan matahari. Aku bertaruh jika matahari terbenam nanti pasti ia akan terlihat lebih cantik. Oh, aku begitu iri.
"Tunggu disini." Katanya. Ia lalu berjalan menuju Moana yang sedang membantu anak kecil membuat istana pasir.
Dapat kulihat jika Ansel segera berjongkok dan membisikkan sesuatu pada Moana. Dan dengan begitu, Moana segera berbalik dengan mata yang berbinar kaget karena melihat kekasihnya.
Astaga... Mereka saling merindukan satu sama lain.. Tanpa terasa aku terkekeh melihatnya tatkala air mataku meluncur dengan halusnya ke pipi. Aku adalah gadis yang memiliki emotional tinggi dan pasti akan cepat merasa terharu jika melihat sesuatu yang semanis dan menyentuh hati seperti ini.
Moana dan Ansel saling berpelukan dengan waktu yang cukup lama. Menyiratkan dan membagi kerinduan atas cinta mereka satu sama lain. Dan aku tidak berniat mengganggu mereka karena Ansel sudah menyuruhku untuk menunggu, maka akupun menunggu.
Hingga setelah mereka selesai, Ansel segera menggenggam tangan Moana dan membawanya padaku. Tentunya aku sudah menghapus air mataku dan menampilkan senyuman bersahabatku. Tetapi aku mengerutkan kening secara canggung ketika Moana terlihat sangat bingung memandangku. Ia lalu menoleh ke berbagai arah seolah mencari seseorang yang bukan aku.
"Hai! Aku Kendall.." Sapaku sembari memberikan salam. Dan dengan begitu, Moana segera memusatkan perhatiannya padaku dan matanya membelalak kaget seperti melihat kedatangan Ansel tadi. Moana segera datang memelukku dengan erat.
"Hallo..." Katanya sembari melepaskan pelukan kami.
"Maaf sebelumnya, aku tidak mengira jika kau adalah gadis yang bernama Kendall.. Ansel memberitahukan jika kau memiliki rambut coklat, tetapi.."
Oh, bagaimana bisa aku lupa jika rambutku berwarna pirang sekarang?! Pantas saja Moana kebingungan bukan main.
"Ya, aku tahu.. Ini semua karena Ansel. Dia membuat pegawai salon yang menangani rambutku mewarnainya menjadi pirang."
Moana segera menjewer kuping Ansel setelah mendengarnya. Dan di situ aku tahu. Aku mendapatkan sekutu untuk membalas Ansel.
"Aduh! Kita baru bertemu dan kau selalu saja menarik kupingku!"
"Biarkan saja! Kau sudah besar tetapi masih saja mengerjai sahabatmu itu!" Moana terlihat gemas dengan Ansel. Mereka terlihat lucu.
"Oh, akela.. Ternyata aku merindukanmu yang menjewer kupingku."
Ucapan Ansel membuat Moana tersipu malu. Ia membuang wajahnya keberbagai arah. Lantas, Ansel segera membisikkan ku sesuatu. "Dia suka dipanggil akela... Itu artinya 'sayang'"
Akela adalah bahasa Hawaii. Dan sepertinya Ansel paham dan mengerti bahasa Hawaii yang unik. Aku harus tahu juga!
Harry P.O.V
"Ini sudah dua jam! Mengapa mereka belum kembali." Bruce terlihat frustasi, sedangkan Anne mencoba untuk menenangkannya. Bruce beruntung memiliki Anne. Sedangkan aku yang merasakan frustasi yang sama seperti Bruce harus menyembunyikan kepanikanku.
Seharusnya aku cepat bertindak ketika Ken menyenggol pinggang Ansel. Aku sangat tahu jika ada yang disembunyikan mereka. Ah! Bodohnya aku.
"ALOHA!!!!"
Kami semua segera menoleh ke sumber suara. Terlihat Ansel yang datang dengan kalung bunga khas Hawaii yang di pakainya. Dia terlihat bodoh.
"Ansel!"
Aku tersenyum miring ketika Bruce menyerukan namanya. Mata Bruce terlihat tajam dan aku berharap jika ia segera memukul Ansel.
"Dari mana saja?! Dimana Kendall?"
Yang ditanya hanya menyengir lebar. Tapi tunggu...
Kendall tidak berada di dekatnya. Lantas akupun segera menoleh kebelakang. Tepat berada di halaman mantion. Aku segera berdiri dan mulai berjalan ke halaman belakang.
Di halaman belakang terdapat kolam renang dengan pemandangan pantai selatan. Dan ketika aku menoleh ke samping, saat itu juga aku mendapati tubuh Ken yang sedang mengendap-ngendap masuk. Ia membelakangiku sehingga ia tidak bisa melihat jika ada aku.
Benar dugaanku.
Ansel dan Ken saling bekerja sama. Lagi. Kali ini Ansel membantu Ken agar tidak terkena masalah dan teguran dari Bruce. Ansel yang menarik perhatian orang-orang membuat Ken bisa masuk ke mantion dari halaman belakang. Tetapi aku yang hanya terfokus dengan Ken tidak semudah itu masuk kedalam perangkap mereka. Aku cukup tahu kelakuan Ken yang satu ini.
Sampai akhirnya Ken terus berjalan mundur dan menabrak tubuhku. Ia segera berbalik dengan mata yang terpejam dan bibir bawahnya yang digigit. Kebiasaan.
"Kau habis dari mana?" Suaraku yang sebisa mungkin kubuat lembut dan tidak menampikkan kekhawatiranku membuat Ken membelalakkan matanya.
Percayalah, aku tahu ia ingin teriak atau yang lebih tepatnya ia ingin memakiku. Tapi jika ia melakukan itu maka ia akan ketahuan dengan Bruce dan Kris.
"Menyingkir dariku."
"Ken, ku mohon... Dengarkan aku."
Ia menolakku. Sampai-sampai ia segera mencari cela lain lalu berhasil melaluiku. Tapi aku tidak menyerah. Aku segera menarik tangannya dan membawanya naik ke atas, ke kamarku. Keuntunganku kali ini adalah Ken tidak bisa berteriak dan tenaganya tidak cukup untuk menyaingiku. Belum lagi dewa penyelamatnya yaitu Ansel sedang bersama yang lain.
Mungkin ini saatnya. Saat yang kutunggu-tunggu. Her forgiveness.
KAMU SEDANG MEMBACA
Same Old Love and Mistakes (Hendall)
Fanfiction-Blubr- Kendall - Aku tidak pernah menyangka akan menjadi pengantin seorang Harry, bajingan yang kubenci dengan teramat sangat. Demi Dewa Luficer! Aku tak akan membuat lelaki itu bahagia. Aku akan membalas apa yang sudah digoreskan oleh lelaki...