Setiap lonceng pintu berbunyi, maka perhatianku akan pecah pada sana. Karena orang yang kami tunggu—setidaknya aku tunggu—belum kunjung datang. Di depanku duduk sepasang kekasih yang saling tertawa. Melihat Louis dan Eleanor yang fokus pada dunia masing-masing tidak membuatku tenang.
Bagaimana bisa Louis tertawa bersama kekasihnya, sedangkan dua puluh menit yang lalu dia membuat suamiku mengamuk?
Aku tahu Harry pasti marah. Alih-alih merangkak karena cemburu seperti yang Louis bilang, mungkin Harry akan membiarkanku di sini seperti nyamuk.
"Aku harus toilet."
"Well, aku ikut!" Eleanor berdiri, membuat tangan Louis yang semula ada di pundaknya terlepas begitu saja. Pria itu merengut tidak senang dan menggerutu dengan bahasa Indonesia.
Aku memilih diam. Tapi selesai keluar dari bilik, aku dikagetkan dengan Eleanor yang menungguku. Dia tersenyum lebar yang kubalas dengan senyuman canggung. "Apa ada masalah?"
"Tidak, aku hanya ingin meminta maaf jika aku dan terutama Louis membuatmu tidak nyaman."
Satu yang kuketahui, bahwa kepekaan perempuan ini begitu tajam. "Aku tidak bermaksud membuatmu berpikir seperti itu."
"Bukan masalah, maksudku, kita ini sama-sama perempuan dan aku pasti mengerti apa yang kaurasakan. Termaksud rasa cemasmu ketika. . . kau tahu? Ketika kau di taman tadi bersama pria itu."
Hasby.
Wajahku kembali memucat mengingatnya.
"Dia. . . dia adalah sepupu Harry. Kupikir Harry tidak akur dengannya, dan aku tidak tahu apakah aku alasan dibalik itu atau tidak. Karena—"
"Karena kau mengalami hilang ingatan." Ucapnya, memotongku. Matanya menyiratkan perasaan tidak enak.
"Kau tahu."
Dia mengangguk kecil. "Beberapa kali Niall dan Zayn membahasnya. Mungkin Harry berpikir bahwa Louis adalah orang terakhir yang peduli padamu, namun biar manapun kau istri dari sahabatnya."
"Apa. . . kau tahu apa yang membuat mereka terpecah?"
Oh, ini dia. . . kami akan membahasnya. Itu sebabnya Eleanor memilih ikut denganku ke toilet. Karena layaknya Harry, Louis juga pasti tidak melepas kekasihnya, tidak membiarkan perempuan yang dimilikinya pergi jauh.
Setidaknya itu yang kuketahui sebelum hari ini aku berbuat hal bodoh dan membuat Harry tidak menginginkanku lagi. Dan di sinilah kami, membahas masalah pasangan masing-masing.
Eleanor dengan perasaan berat menganggukan kepalanya. Seketika tatapannya sendu dan menyesal. "Kesalahan mereka memang fatal. Bermain-main pada hati yang rapuh bukanlah hal yang mudah dimaafkan."
"Kesalahan?"
"Itu begitu rumit dan kekanak-kanakan dalam di waktu yang sama. Mereka terlalu bodoh pada saat mereka dituntut harus menjadi dewasa. Jujur, rasa kecewaku ketika mengetahuinya sangat besar sehingga Louis dan aku sempat bertengkar, walaupun bukan akulah korbannya."
"Korban? Maaf, aku tidak mengerti. Apakah ada orang yang terluka?"
Dia menatapku makin dalam kendati tatapan sebelumnya belum hilang. Ditariknya napas dalam-dalam sebelum kembali berbicara padaku. "Ya, ada hati yang terluka."
Tubuhku menegang. Tatapannya hanya tertuju padaku, aku bukan orang bodoh yang tidak tahu maksud tatapan itu. Namun, aku juga bukanlah orang pintar yang menganggap bahwa dugaanku adalah benar. "Bisakah. . . kau memberitahuku?"
"Bukan kapasitasku untuk memberitahukannya. Aku. . . bukanlah orang yang tepat untuk memberitahumu." Dia menarik napas panjang, "aku bukan ingin merusak yang sudah terjalin. Tetapi kukatakan ini untuk kebaikan semuanya, Kendall. Biarmanapun. . . diantara semua orang di semesta ini, kau berhak tahu. Dan," dia memberi jeda, menatapku dari balik bulu matanya, "ketika kaumengetahuinya, percayalah itu hanya kebodohan semata. Mereka—Harry, sudah mendapatkan pelajaran yang pantas, sehingga itu tidak pernah terulang lagi. Harry mencintaimu, itu yang aku tahu saat pertama kali melihatnya di pesta ulang tahunmu. Cara memujanya padamu adalah hal yang aku irikan. Kau beruntung memilikinya, dan dia yang paling beruntung dari semua orang karena memilikimu. Aku bahagia melihat kalian bahagia, tetapi bukankah kebahagiaan itu lebih manis jika tidak ada yang ditutup-tutupi? Sehingga, di masa mendatang semuanya akan terasa indah pada waktunya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Same Old Love and Mistakes (Hendall)
Fanfic-Blubr- Kendall - Aku tidak pernah menyangka akan menjadi pengantin seorang Harry, bajingan yang kubenci dengan teramat sangat. Demi Dewa Luficer! Aku tak akan membuat lelaki itu bahagia. Aku akan membalas apa yang sudah digoreskan oleh lelaki...