Chapter 25

1.8K 199 34
                                    

Happy Reading!

warning!! typo bertebaran :/

Aku tahu ada yang salah di sini. Sesuatu yang tidak mungkin terjadi malah benar-benar terjadi. Aku juga tahu ada yang tidak benar di sini. Tetapi aku mendapati diriku tidak menaruh kecurigaan sesaat melangkah mendekatinya.

Temui aku di Marrianne.

Begitu pesan singkatnya yang tiga puluh menit yang lalu sampai. Tidak ada nama pengirimnya, tetapi aku tahu siapa dia.

Ken.

Aku tahu jelas. Aku tahu itu adalah dia. Hanya dia satu-satunya orang yang ku kenal menyukai dan datang ke restauran Prancis itu. Terlepas kenyataan bahwa itu adalah restauran yang cukup sering kami datangi dulu.



"Mengapa kau tidak di rumah?" Aku mendengus kesal, sungguh. Ia pergi tanpa bilang padaku. Aku tahu jika hari ini aku bilang bahwa Niall sedang membutuhkan bantuanku, dan itu membuatku tidak bisa datang ke rumahnya minggu pagi ini. Tetapi aku sangat yakin jika ia tahu aturannya. Ia tahu jika aku harus tahu semuanya.

"Aku sudah lama tidak ke sini, Harry, ku mohon jangan marah padaku."

Lima detik yang lalu aku sangat marah padanya, tapi mendengar suaranya yang menyesal membuatku hanya bisa membuang napas berat.

"Jangan bergerak kemana-mana, tiga puluh menit lagi aku sampai."



"Kau mau ke Marianne?"



"Ya."



"Sungguh, Harry, kau tidak perlu ke sini. Sebentar lagi Ansel sampai untuk menemaniku."

Sialan, bocah sampah itu lagi.



"Sepuluh. Sepuluh menit lagi aku sampai."



"Harry, it's fine." Suaranya jengah.



"No, it isn't. You're mine. Just mine."

Dia diam beberapa saat, sebelum kembali bersuara dengan nada kecil, "I knew that. I always be yours, Harry. But he is my bestfriends. You really don't have to worry."

Seandainya aku bisa, tetapi tidak akan pernah mudah menerima jika perhatian Ken bisa di miliki lelaki lain, sekali pun hanya sahabat sialan atau siapa sialan. Aku ingin egois dan menjadi satu-satunya pria di hidupnya. Hanya aku dan selalu aku yang mendapatkan perhatian akan dirinya, harusnya seperti itu.

Aku tidak kunjung membalas perkataannya, dan tidak berniat pula memutuskan sambungan. Yang kulakukan hanyalah bungkam dan menginjak gas dalam-dalam.

"Aku akan mematikan sambungannya."



"Jangan. . ." Sergah ku cepat tetapi dengan nada pelan. Berharap dia menurut bahkan mengerti jika aku masih ingin mendengar suaranya.

Ken melakukannya. Ia tidak memutuskan sambungan dan bergumam 'oke' padaku.

"Jadi kau datang ke rumahku tadi?"



"Hmm."



"Mengapa tidak bilang? Jika tahu kau datang maka aku lebih baik memasak untukmu."



"Niall menyelesaikan urusannya lebih cepat, dan aku ingin menemuimu, sangat ingin menemuimu." Aku membayangkan dirinya yang menunduk malu, bersemu merah, cantik, dan sempurna.

Same Old Love and Mistakes (Hendall)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang