"Astaga!! Mereka datang!"
Here we go again.
Kebiasaan yang tidak akan pernah berubah. Aku benci karena tidak bisa menghindari kegiatan membosankan ini, kali ini.
Mereka berisik. Menyebalkan. Membosankan. Dan yang paling parah adalah sangat mengganggu.
"Hoy, semuanya! Kali ini putra Des ikut hadir!!"
Sialan!
Bibi tua itu tidak bisa menutup mulut dan keantusiasannya. Ini membuat semua orang menjadi berbalik dan mulai memandangiku. Mata mereka melebar karena tidak menyangka jika aku,--keluarga mereka, menginjakkan lagi kaki ke sini, rumah besar keluarga Styles.
Satu persatu mulai datang menghampiri kami, memeluk mom, dad, dan Gemma. Ketika mereka memelukku, terasa kaku dan takut. Hanya saja itu tidak berlaku pada para pria, paman-pamanku mulai menarik tengkukku dan memisahkanku dengan yang lain selain dad mengikuti di belakang. Aku tidak tahu harus bersyukur atau tidak karena dengan begitu tidak mendengar ocehan Bibi serta sepupu-sepupu perempuan yang cerewet.
"Anak sombong kamu, Harry! Kau tahu jika ayahmu harus berbohong pada Papà setiap kali kau tidak menghandiri acara keluarga!" Paman Damian menggelengkan kepalanya.
Well, aku salah, aku tahu itu.
Tapi Papà (kakek) telah bertindak tidak adil padaku. Dia tidak membantuku saat aku meminta tolong untuk mengubah pikiran Dad, ia mengabaikanku, membiarkan mimpiku pupus.
Kata merajuk terlalu ringan jika diucapkan, karena yang sebenarnya terjadi adalah aku mulai sakit hati pada keluarga ini. Tapi tidak marah, karena itu terlalu kuat untuk diucapkan. Jadi lebih baik menjauh, seolah aku tidak pernah terlahir dari darah yang sama. Aku pergi.
Dulu, itu dulu.
Sekarang ketidakpedulianku pada banyak hal membuat diriku terlihat seperti orang yang mudah ikut-ikutan. Menjadikan Dad memiliki kuasa atas diriku lagi, tidak parah memang, dan aku mulai mencoba menjadi satu-satunya harapan untuknya karena Gemma tidak jauh lebih buruk dariku, menurutku.
"Hey anak nakal! Sekarang temui ia dan bilang jika kau menyesal! Dasar." Kini Paman Derek mulai mendorong bahuku ke arah Papà yang sedang dikelilingi cucuk laki-lakinya yang lain. Mereka sedang memancing di danau buatan halaman belakang, yang aku ketahui adalah mereka tidak benar-benar menyukai memancing selain Papà, mereka hanya mencari muka, itulah yang mereka lakukan. Aku tidak bermuka dua seperti mereka, aku tidak perlu repot-repot menyukai apa yang Papà sukai agar mendapat perhatiannya.
Sekitar lima langkah dari jarak mereka, Hazel, sepupu yang seumuran denganku, terlebih dahulu menangkap kedatanganku, membuat langkahku berhenti.
Hazel menyengir miring, artinya jahat dan meremehkan. Yang aku tahu jelas adalah ia dan yang lain tidak menyukaiku. Lalu ku lihat tangannya menyenggol pinggang Hans, dia berbisik di sana.
"Woho! Lihat siapa yang datang." Hazel masih menatapku, sedangkan Hans memastikan reaksi apa yang akan Papà berikan ketika melihat cucuk berandalnya datang.
Awalnya Papà masih keasikan dan terkekeh bersama Hactor, Hasby, dan Haris, tetapi beberapa detik kemudian dia memutar kepalanya singkat ke arahku sebelum kembali melihat kail pancingnya, namun dengan cepat pula, di detik itu juga kepalanya berbalik ke arahku lagi, seolah memastikan jika Harry, cucuk jeleknya, ada di sini, berdiri tidak jauh darinya.
Sialnya, kekehannya hilang, senyumnya hilang, tapi rawut tuanya tidak hilang. Ia terpaku melihatku. Tapi aku adalah Harry Styles, si pemilik ego yang besar. Karena itu egoku memilikiku, selalu itu. Jadi dengan tampang cuek dan tidak peduli adalah satu-satunya yang mereka lihat dariku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Same Old Love and Mistakes (Hendall)
Fiksi Penggemar-Blubr- Kendall - Aku tidak pernah menyangka akan menjadi pengantin seorang Harry, bajingan yang kubenci dengan teramat sangat. Demi Dewa Luficer! Aku tak akan membuat lelaki itu bahagia. Aku akan membalas apa yang sudah digoreskan oleh lelaki...