Elang pov
Benar-benar kejutan besar. Lizy, gadis yang aku cari selama sepuluh tahun ini sekarang ada dihadapanku sedang berbicara tentang alasan-alasan aneh untuk menolak perjodohan kami yang direncanakan oleh papaku dan ayahnya.
Gadis itu bertambah cantik tumbuh menjadi gadis yang mempesona lebih dari yang pernah aku bayangkan. Mungkin bagi pria lain cinta pertamaku ini adalah gadis SMA biasa, tapi bagiku dia duniaku, yang hampir membuatku gila karna tak bisa menemukannya setelah perpisahan kami.
Aku, Elang Hanzel Pranaja pria dua puluh tujuh tahun yang tergila-gila dengan gadis delapan belas tahun cinta masa kecilnya.
Aku bukan tanpa alasan menerima perjodohan ini. Lizy, aku telah lama mengenalnya. Saat aku SMA, mamaku menderita sakit parah saat itu, papa begitu terpukul bahkan ia mengabaikanku yang merupakan anak bungsu. Saat itu aku merasa marah aku di dekat mereka tapi papa menganggapku seolah tak ada ia hanya peduli pada mama yang saat itu di rawat di rumah sakit.
Papa selalu berada di rumah sakit tak pernah pulang. Akhirnya bibi Laras datang, dia adik papa merasa iba padaku dan membawaku pindah ke Blitar. Aku menurut mesti hatiku sakit papa membiarkan aku pergi begitu saja padahal mama menangis memohon agar aku tak dibawa pergi tapi papa bersikeras setuju. Mengatakan ia akan lebih bisa mengurus mama bila aku jauh dari mereka. Kecewa dan marah tentu saja.
Aku harus beradaptasi ulang di lingkungan baru tanpa mama yang selama ini menemaniku. Di sekolah aku tak punya teman lebih memilih duduk di pojok halaman sekolah sambil mendengarkan musik dengan walkman saat itu.Hingga sesuatu terjadi. Biarpun aku pendiam dan menjaga jarak dengan semua teman temanku itu tak cukup untuk menyembunyikan wajah tampanku karena aku blesteran dan tentu saja itu menarik perhatian para siswa cewek.
Awal masuk kelas tiga seseorang membawaku ke sebuah kebun dekat gudang belakang masih di area sekolah. Tak pernah terbesit curiga kalau disana telah menunggu beberapa anak-anak lain. Aku di keroyok tanpa bisa melawan karna kalah jumlah. Tubuhku menabrak tembok karena terkena pukul dan tendangan berkali-kali.
Dan secara ajaib semua terjadi begitu saja saat tubuhku sudah tak berdaya, seorang gadis kecil berpakaian SD berkacak pinggang dengan berani membelakangiku menantang dengan lantang orang orang yang menyerangku. Aku terkesan, dia cukup pemberani ia berteriak kencang menakutiereka dengan mengatakan akan memanggil guru-guru, dan berhasil keberaniannya membuat para siswa yang mengeroyokku lari.
Sejak itu kami berteman aku tidak lagi bersedih karena merasa dibuang papa. Hampir setiap hari kami bertemu dan anak kecil yang bernama Lizy itu selalu menemaniku. Selalu memberiku kembang gula berwarna pink berukuran kecil kalau sudah begitu kami akan bermain sampai lupa waktu, di taman rahasia belakang sekolah dekat pintu penghubung sekolah kami yang telah rusak kami menyebutnya tempat rahasia itu "pintu ajaib"
Entah mengapa saat itu aku nyaman berbicara dengan anak kecil itu. Mendengarkan musik kesukaan kami dan saling mengobrol ataupun bermain ular tangga dan monopoli. Semua sangat menyenangkan saat aku menghabiskan waktu dengan anak yang memiliki senyum cantik itu.
Hingga papa membuatku membencinya untuk kedua kalinya. Ia datang ke sekolah bersama dua ajudannya mengatakan keadaan mama sudah membaik dan ia datang untuk menjemputku. Papa tak menerima alasan apapun, aku harus kembali ke Banyuwangi tanpa sempat menyapa Lizy padahal hari ini kami janji bertemu.
Sepanjang jalan waktu itu hingga saat ini aku terus merasa bersalah pada Lizy.
Jauh dari anak periang dan suka makan itu membuatku sadar aku telah menginginkannya bukan sebagai adik tapi lebih dari itu. Karena kenyataan aku mencintai Lizy itu lah yang tak bisa membuatku hanya untuk sekedar memikirkan wanita lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Cepat Saji" Relationship
Lãng mạnElizabeth ningrum jatmiko 18 tahun.. Gadis biasa dari kota kecil tak pernah menyadari kecantikan yang ia miliki, polos sederhana dan apa adanya. Sangat berisik tak mudah menyerah ceria dan kadang sedikit menyebalkan. Bagaimana bila ia harus di jod...