13.Tak Ingin Kehilangan

252 16 3
                                    


Up lagi ya.. Semoga masih ada yang nunggu mesti satu orang... Lagi sibuk banget sampai nggak ada waktu buat update cerita. Enjoy... Happy reading vote and coment....

* ****** *

Selesai kelas hari ini Lizy terkejut saat Satya berdiri di depan kelasnya senyum mengembang dari bibir pria itu. Lizy membalas senyum dengan canggung, beberapa hari ini ia memang menghindari Satya. Ia tak ingin hubungannya dengan Elang memburuk lagi.

"Kak Satya, nungguin siapa? "tanya Lizy saat mereka berhadapan.

"Nungguin kamu, kita jarang banget sekarang ketemu di kampus. Aku bahkan lupa kalau nggak punya nomer kontak kamu,"kata Satya,"boleh minta nomer kamu nggak Zy, "lanjut Satya.

      Lizy diam ia ragu kalau ia tak memberi nomernya ia tak enak dengan Satya karena selama ini Satya banyak membantunya.

"Zy... "panggilan Satya membuat Lizy sadar dari lamunannya.

"Eh iya kak, "Lizy akhirnya mengambil ponsel di tasnya dan memberikan nomernya pada Satya.

* ****** *

          Hari minggu ini apartement Elang ramai dengan datangnya Maya dan suaminya lalu Nanta yang datang bersama Nilam. Maya datang untuk mengantarkan baju Elang. Setelan jas mahal yang mereka bilang untuk acara ulang tahun kantor.

       Sementara Nanta datang untuk numpang makan seperti hari-hari sebelumnya ia menyuruh Nilam untuk belajar masak ke Lizy. Setiap harinya mereka berdebat hanya karena masakan hambar Nilam.

"Lizy ikut aja, sekalian Elang biar ngenalin kamu ke karyawan kantor,"kata Maya. Mereka sedang dimeja makan menikmati sop ayam dengan sambal terasi dan bergedel kentang masakan Lizy.

Lizy memandang ke arah Elang "Kamu mau ikut bey? "tanya Elang

      Lizy diam, orang-orang di kantor Elang? Lizy tak suka mereka. Pasti canggung banget di tempat asing lagian mbak Maya dan Elang pasti sibuk banget nantinya.

"Ikut aja kalau kamu mau,"kata Elang.

"Nggak ah aku dirumah aja aku nggak suka lingkungan kantor kakak, "kata Lizy.

       Elang mengangguk ia juga tak berniat memaksa Lizy. Ia memang ingin memperkenalkan Lizy pada para pegawainya karena mendapat aduan dari Maya kalau sebagian orang di kantor memperlakukan Lizy dengan buruk. Bila mereka tahu lizy tunangannya setidaknya para pegawainya akan menaruh rasa sungkan pada Lizy tapi kalau Lizy tak nyaman Elang tak akan memaksa.

* ****** *

"Mbak Lizy ,"Lizy menoleh saat seseorang memanggil namanya. Ia dan Nilam sedang makan siang di salah satu cafe depan kampus.

     Keke, adik cantik Satya yang tadi memanggilnya tersenyum ramah padanya.

"Hey ke, e Nilam kenalin ini Keke adiknya kak Satya, "kata Lizy. Nilam dan Keke pun saling berjabat tangan.

"Kak Satya yang orang Blitar itu?,"tanya Nilam.

"Iya anak Komunikasi,"jawab Lizy.

"Kamu dari tadi disini Ke?, "tanya Lizy.

"Ini warungnya Keke, bukan punya Keke aja sih... Mas Satya sama beberapa sepupu juga, "kata Keke yang duduk bersama di meja Lizy.

"Oh join bisnis gitu ya? hebat ya kamu masih sekolah udah berbisnis,"kata Lizy.

Tak lama Nilam pamit karena Nanta sudah menjemputnya.

"Mbak Lizy mau ikut Keke nggak?,"tanya Keke. Hari ini ada pesta di kantor ayahnya. Keke ada acara dan tak bisa ikut. Ia mengira Lizy dekat dengan kakak laki-lakinya, jadi membawa Lizy untuk menggantikannya adalah pilihan yang bagus.

"Kemana Ke?."

"Jalan-jalan sebentar."

      Lizy akhirnya mengangguk, Elang sedang sibuk dengan acara kantor jadi Lizy pasti akan bosen banget dirumah.

     Keke membawa Lizy kerumahnya. Terlihat mbak Rena dan ibu Satya sedang dibantu seorang perias. Mereka menyambut Lizy dengan gembira. Satya dan ayahnya yang tak lama datang pun merasa senang dengan kedatangan Lizy.

      Awalnya Lizy menolak untuk diajak ke acara teman ayah Satya. Ia merasa ia bukan bagian dari keluarga ini, tapi setelah ibu Satya dan Keke terus memohon untuk ikut, Lizy merasa tak enak dan bersedia untuk ikut.

* ****** *

       Acaranya berlangsung di sebuah hotel mewah. Lizy mengira-ngira betapa kaya teman kerja ayah Satya, pestanya mewah dan ramai.

       Acaranya besar dan ramai awalnya Lizy merasa canggung saat banyak orang yang mengira ia pasangan Satya, tapi karena ada keluarga Satya yang begitu baik padanya. Semua berjalan dengan lancar hingga si pemilik acara datang di hole besar hotel itu.

      Mata Lizy terbelalak, disana pria tampan gagah sedang berjalan memasuki ruangan tempat pesta berlangsung. Ia kenal sekali pria itu, pria yang selalu memeluknya tiap malam, pria yang membuatnya sering kesal tapi juga pandai membuat suasana hatinya membaik, tunangannya Elang Hanzel Pranaja. Kali ini ia percaya betapa sempitnya pulau Bali. Dari semua perusahaan kenapa harus di perusahaan Elang, ayah Satya bekerja.

     Lizy kebingungan akan jadi masalah besar bila Elang tahu ia ada di sini apalagi jadi bagian keluarga Satya.

      Sebelum Lizy berhasil memikirkan cara untuk kabur Elang melihatnya. Mata Elang menatapnya tajam. Tunangannya itu juga mengamati Satya dan keluarganya. Maya yang berdiri di belakang Elang terlihat gelisah. Wanita hamil itu berulang kali mengedip pada Lizy.

      Waktu seolah berhenti saat Elang berjalan menuju tempat Lizy berdiri. Satya yang bicara di sampingnya pun sudah tak diperdulikan Lizy. Maya berulang kali menahan langkah Elang tapi Elang dengan tegas terus berjalan ke arah keluarga Satya. Suhu tubuh Lizy memanas, ia mengkhawatirkan keluarga Satya, tapi yang lebih ia takutkan hubungannya dengan Elang. Sudah hampir enam bulan dan rasa cintanya pada Elang telah tumbuh. Ia tak ingin kehilangan pria itu. Perasaannya tak enak merasa akan ada hal buruk yang akan terjadi. Bagaimana ia menjelaskan pada tunanganna itu alasan ia bisa menjadi bagian keluarga Satya. Ia tahu kali ini ia sudah keterlaluan, membiarkan orang-orang mengira ia adalah pasangan yang di bawa Satya ke pesta ini.

    Mata elang lurus menatapnya, Lizy bisa merasakan itu, sakit, kecewa, marah dan terluka. Tidak ada cara Lizy untuk membela diri disini ia yang bersalah. Dari sudut manapun ia lah yang bersalah ia lah api yang membuat asap muncul.



Jang Nara

"Cepat Saji" Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang