19.Berhenti

259 19 0
                                    

      Pagi itu setelah mandi dan Lizy melihat pantulan dirinya di cermin, ia mendesah kesal, berantakan sekali. Mata sembab dan menghitam. Bila terjaga ia akan nonton drama Korea mewek lalu ingat dengan hidupnya. Ditunangkan, mengira Elang mencintainya dan parahnya ia mencintai pria itu memikirkan hubungan mereka yang akan berakhir bahagia. Pikiran yang membuatnya berakhir seperti zombie seperti ini.

      Ia memang sengaja bangun pagi-pagi sebelum Elang bangun. Setelah keluar kamar pandangannya segera mengarah ke sofa tempat tidur Elang, pria itu masih disana. Lizy awalnya tak tega, kursi sofa itu memang nyaman untuknya tapi untuk badan jangkung Elang sofa itu sangat tak nyaman. Terlihat Elang harus menekuk kakinya agar cukup untuk berbaring di sofa itu.

     Lizy kesal sekali Elang sepertinya juga sudah menyerah untuk bicara dengannya. Satu dua hari Elang masih mencoba bicara padanya. Tapi makin kesini pria itu juga diam sama sepertinya. Bahkan seingat Lizy, Elang tak lagi pergi ke kantor. Mungkin itu cara untuk menyiksanya. Pria itu seolah tahu bahwa melihat Elang disekitarnya akan membuat Lizy makin sakit. Pria itu mengacuhkannya dengan mudah sedangkan Lizy butuh puluhan topeng agar terlihat cuek pada Elang.  

      Lizy menghembuskan nafas mengharapkan permintaan maaf dari Elang? Lizy tak mau terlalu berharap karena nanti ia akan terluka lagi. Ia segera menyelesaikan sarapannya dan kembali ke kamar.

* ******** *

     Saat mendengar ponselnya berbunyi Lizy segera mengangkatnya. Ia baru menelpon ibunya. Bundanya bilang tak apa-apa bila Lizy tak bisa bertahan, ayah pasti akan faham, bundanya berjanji akan membantu Lizy bicara pada ayahnya. Dan entah karena apa kabar itu malah membuat Lizy kembali menangis keras. Perpisahannya dengan Elang seolah sudah didepan mata.

      Ponselnya berbunyi ternyata dari Nilam. Sahabatnya itu mengatakan ia telah ada disitu dan meminta Lizy untuk membuka pintu. Lizy menurut, ia tahu Elang ada diluar karena itu ia mati-matian menahan tangisnya agar tak terdengar. Ia membuka sedikit pintu kamar sebagai tanda agar Nilam bisa masuk.

     Nilam masuk ia sengaja tak menutup pintu kamar Lizy dengan rapat ia berharap Elang bisa mendengar apa yang dirasakan Lizy dan itu bisa menyelesaikan kesalah pahaman mereka.

      Ia juga kaget tak mengira Lizy separah ini. Awalnya ia juga mengira Elang dan Lizy hanya bertengkar seperti yang sudah-sudah tapi bunda Lizy menghubunginya kemarin dan menanyakan keadaan Lizy dan Nilam sadar ini serius. "Lo kenapa? "kata Nilam.

"Gue kangen banget, "Lizy hanya memeluk Nilam saat gadis itu duduk disampingnya. Kembali air matanya jatuh. Ia tak punya siapa-siapa di Bali. Lizy benar-benar tertekan.

"Lo belum baikkan ama kak Elang?"tanya Nilam.

Lizy menggeleng.

"Kenapa? Dengerin gue Zy kak Elang nggak mungkin selingkuh, dia nggak mungkin berpaling dari lo, "Nilam yakin, kemarin ia mendengar ceritanya dari Nanta tentang masa lalu Elang. Ia juga tahu kalau Elang adalah anak SMA yang dulu sempat diceritain Bunda Lizy, anak yang membuat Lizy harus mendapat perawatan dokter jiwa dan melupakan masa kecilnya. Tapi Nilam tak ingin menceritakan ke Lizy tentang itu. Nilam merasa itu bukan kapasitas dirinya.

"Kenapa lo yakin?"tanya Lizy.

"Kak Elang hanya mencintai lo Zy, dia nggak pernah mencintai gadis lain seumur hidupnya, "kata Nilam.

"Lalu gimana dengan gue, gue cinta sama dia Ni, tapi semakin besar cinta gue semakin besar itu nyakitin gue, "kata Lizy, ia terbata suaranya serak karena menangis sesenggukan.

"Lizy...., "

"Lo tahu rasanya jadi gue? Gue harus tinggal sama orang asing yang nggak banyak ngomong dan kerjanya cuma marah-marah. Sejahat itu dia ke aku Ni, tapi aku malah jatuh cinta sama dia. Dan sekarang saat aku berfikir jalan bahagia kita adalah bersama ternyata aku salah. Kita harus berpisah karena perbedaan kami, "kata Lizy.

"Zy.... Lo jangan keburu-buru ngambil keputusan kak Elang cinta sama lo semua orang tahu itu, "kata Nilam.

"Dia mungkin cinta tapi sikap dan pemikiran kami yang tak bisa bersatu. Hubungan seperti ini tak akan berhasil. Gue tahu gue emang repotin, manja dan seenaknya sendiri. Gue banyak nyusahin karena itu gue banyak minta maaf. Tapi apa pernah kak Elang minta maaf? malam itu saat aku baru liat dia ciuman ama cewek lain dan gosip di kantor dia yang bikin aku shock dia malah bentak-bentak aku Ni, dia nggak minta maaf, kalaupun dia nggak minta maaf harusnya dia nanya dong aku baik-baik aja atau nggak, "kata Lizy.

     Nilam tak tahu Lizy semenderita ini, ia berfikir dengan keras. Apa iya dua orang yang saling mencintai bisa untuk berpisah?

"Gue nggak punya siapa-siapa disini, gue cuma punya dia, gue ngandalin dia, tapi apa yang gue dapet? Gue kecewa, "kata Lizy.

       Nilam memeluknya ia menepuk punggung Lizy pelan "Gue disini Zy, semua bakal baik-baik aja. Percaya sama gue, "kata Nilam.

       Lizy sedang terpuruk. Ia sedang bimbang untuk mempertahankan atau melepas Elang dan Nilam tak mau bicara apa-apa sekarang. Memaksa keputusan pada Lizy hanya akan memperburuk keadaan sahabatnya itu.

     Diluar kamar Elang terduduk lemas di depan pintu ia hanya bisa menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia menahan mati-matian agar tak menangis. Dadanya sesak mendengar apa yang dikatakan Lizy. Ia memang brengsek. Menganggap semuanya baik-baik saja selama itu sesuai dengan rencananya. Ia tak pernah berfikir bagaimana perasaan Lizy. Menghadapi sifat kaku dan otoriternya. Gadis itu tertekan. Elang memaki dirinya sendiri, harusnya ia memberitahu dari awal bahwa dia adalah "El" pria dari masalalu Lizy yang sangat mencintainya. Kalau saja Lizy tahu itu, gadis itu akan lebih nyaman tinggal dengan orang yang ia kenal. Lizy tak akan depresi. Merasa sendirian dan bersama dengan orang asing.

* ****** *

      Tengah malam saat Nilam terbangun untuk mengambil air di dapur, ia melihat lampu dapur yang menyala, Elang duduk di kursi bar dengan sebotol wine didepannya. Nanta pernah bilang Elang adalah pria yang anti dengan minuman alkohol. Nilam tahu Elang pasti sangat kacau sama dengan sahabatnya yang baru bisa tidur satu jam yang lalu.
"Kak Elang belum tidur? "

Elang tersenyum miris kearah Nilam "Lizy udah tidur? "

"Baru aja, "kata Nilam.

"Maaf udah ngrepotin kamu Ni, "kata Elang.

"Nggak masalah kok. Ehm... Soal Lizy, aku nggak bisa banyak bantu. Aku pikir semua kaya biasanya. Lizy ngambek marah bertingkah konyol trus balik kaya biasanya tapi saat bunda hubungin aku kemaren aku tahu ini nggak biasa, kakak denger kan Lizy terluka. Dan aku tahu kakak juga terluka tapi..., "

"Lo tahu Ni, "Nilam terperanjat saat Elang berbicara tak formal padanya. Ia sedikit canggung karena ia tak pernah mengobrol sebelumnya dengan Elang. Tapi ia tak punya pilihan lain selain mendengarkan.

"Pas pertama Lizy dateng, tengah malem dia suka haus. Dia nggak berani keluar untuk ngambil air di dapur karena seluruh ruangan mati lampu. Aku mengatainya penakut karena ia takut gelap. Dia mengelak dengan mengatakan bahkan dia berani masuk kuburan asal ada lampu, "Elang tersenyum meremehkan dirinya sendiri.

"Dan itu bener keesokan harinya ia selalu keluar pakek senter lalu nyalain semua lampu. Ngga lagi bangunin gue. Dia nggak butuh gue dalam sekejab. Sekarang gue sadar yang penakut itu bukan Lizy tapi gue, "kata Elang ia menunduk dalam "Gue ketakutan banget kehilangan dia sampai tubuh gue gemeteran, gue bahkan nggak berani buat tanya ke dia, gue diemin dia, dan itu bikin Lizy sakit, "lanjutnya. Ia lalu berdiam diri.

"Aku nggak bisa bantu banyak kak, tapi aku bener-bener yakin Lizy sayang sama kakak. Jangan nyerah ya? Nilam masuk dulu, "Nilam membawa satu gelas penuh air putih dan kembali masuk kamar.

Jang nara

"Cepat Saji" Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang