4. Om Burung Abu-abu

370 27 5
                                    

  Ruangan komputer begitulah keluarga Jatmiko menyebut ruangan yang sekarang dimasuki Lizy itu.

     Masih satu lokasi dirumahnya bagian belakang ruangan yang dibuat di bawah tangga dari loteng kosong atap rumahnya. Disini diisi dengan dua komputer lengkap dengan PC dan printer juga wifi yang selalu dibayar ayah mereka tiap bulan.
 
Tujuan Lizy masuk kemari karena kuota internetnya sudah menipis dan wifi tak bisa di akses sampai kamarnya. Segera menyalakan komputer Lizy mengetikkan nama Elang di mesin pencari goggle. Hasilnya..... membuat Lizy membuka mulutnya lebar-lebar, memperhatikan foto Elang yang bahkan bisa dijumpainya di internet, memastikan apa benar wajah di layar komputer itu sama dengan pria yang sekarang masih ada di rumahnya itu.

"Ya ampun. "

      Lizy berteriak kaget membaca halaman halaman yang muncul saat ia mengetikkan nama lengkap Elang. Calon tunangannya itu adalah pemilik brand makanan terkenal di Indonesia "HanzelFood". Pemilik ratusan hotel dan supermarket. Sebagai anak pariwisata Lizy mengetahui semua nama-nama hotel milik Elang yang semuanya adalah hotel mewah dan tak pernah sepi pengunjung. Astaga kenapa pria itu bisa sekaya ini?
 
  "Mbak lizy."

Suara dari Lik Sumi tetangga yang selama ini membantu di rumahnya itu mengagetkannya.

  Ia menoleh dengan kesal dua hari sejak kedatangan Elang, Lizy berubah jadi gadis paling judes bukan lagi Lizy yang ceria dan ramah pada siapapun. 

"Ada orang nganterin kebaya di depan. Buk Anis suruh Lik Sumi manggil kamu,"kata Sumi.

"Kebaya apaan? " dengan malas Lizy menuju ke depan diikuti oleh Lok Sumi yang mengekori gadis itu.

"Mbak Lizy nggak cerita-cerita mau nikah tau-tau udah mau sisetan* aja. "

        Lizy menatap Lik Sumi yang mengikutinya dari belakang itu dengan heran. Tapi ia memilih diam saat wanita berumur yang akrap dengannya itu memilih belok ke dapur.

      Perasaan Lizy jadi tak enak saat ia sudah memasuki ruang tamu.

"Mas sudah sampek? Iya orangnya udah berangkat ke Stasiun. Nanti saya kirimi dia nomer Mas Miswan. Amin... semoga mereka berjodoh." suara ayah Lizy yang sedang berbicara di telpon.
 
    Semua keluarganya ada di ruang tamu itu. Ditambah Elang dan dua wanita asing yang terlihat menunjukan buku buku besar pada bunda dan utinya.

"Lizy sini pilih kebayanya dulu,"ibu Lizy berdiri menghampiri putrinya itu dan menariknya untuk duduk di sofa bersama keluarganya.

"Oh ini calon pengatin wanitanya? Kita ukur dulu ya setelah itu baru pilih modelnya, "wanita asing yang tak dikenali Lizy mulai mengeluarkan buku dari dalam tasnya.

Pengantin? Kebaya? Otak pintar Lizy tak bisa berfikir. "Keluarga Elang sudah datang dan kalian akan tunangan tiga hari lagi."

Kata-kata ayahnya benar-benar membuat Lizy terkejut. Dua hari ia tidak melancarkan protes pada orangtuanya bukan berarti ia mau dijodohkan.

"Apa maksud ayah?, "kata Lizy ia menahan suaranya agar tidak berteriak marah.

Anis mulai khawatir mengelus lengan putrinya. "Ukur dulu kebaya kamu Zy."

      Lizy dengan kasar menghentakkan tangan ibunya."Kenapa Ayah lakuin ini ke Lizy. Lizy cuma mau jadi guru pariwisata dan punya rumah makan."

"Kamu menikah itu keputusan Ayah,"suara ayahnya masih tenang dan tegas.

Lizy menghela nafasnya ia tak bisa lagi seperti ini,"Lizy capek Yah...., semua di bebanin ke Lizy. Nama baik keluarga nama baik Ayah, "sekuat tenaga Lizy menahan air matanya tapi ia tidak bisa.

"Zy...,"Anis khawatir pembahasan tentang ini lah yang selalu tak disukai ibu dua anak itu.

"Dari kecil Lizy harus nurut semua mau Ayah. Ayah bahkan nggak mau liat rapor Lizy kalau Lizy nggak dapat juara satu. Tapi Revan, bahkan saat dia hampir nggak naik kelas aja Ayah masih mau ambil rapor dia."

"Lizy..., "ibunya berusaha menenangakannya.

"Apa karena Lizy perempuan?,"Lizy mengacuhkan peringatan ibunya," Semua temenku selalu ngatain aku kampungan karena nggak pernah mau keluar lebih dari jam lima sore. Lizy nurutin semua mau Ayah bahkan sampai usia delapan belas tahun aku nggak pernah pacaran tapi sekarang apapun alasan Ayah, Lizy nggak mau menikah dengan orang yang nggak Lizy cintai dan mencintai Lizy."

"Ayah nggak sedang negoisasi sama kamu."

   Mendengar itu Lizy makin marah ia menganggap ayahnya semaunya sendiri. Setelah sekian lama ia baru berani mengungkapkan semua sekarang tapi Ayahnya tetap saja tak bergeming.

"Dia orang yang baru dua hari aku kenal, orang asing. Selama ini aku udah sabar, aku nggak mau nikah. Lizy benci sama Ayah, "Lizy meninggalkan ruang tamunya setelah memandang Elang dengan benci.

     Semua terdiam termasuk Elang ia terluka juga. Rasanya sakit saat Lizy mengatakan ia adalah orang asing dengan jelas ia mendengar Lizy mengatakan tak mencintainya.

"Maafin Lizy ya nak Elang, Lizy masih terlalu muda untuk mengerti, "kata ibu Lizy menepuk pundaknya.
Ayah Lizy sedang memijat kepalanya duduk di sebelah Elang.

"Ayah terlalu keras dengan dia bukan karena ayah tak menyayanginya. Benar itu semua karena dia anak perempuan. Pengalaman anak saudara ayah yang hamil di luar nikah dan menjadi gila selalu membayangi ayah dalam mendidik Lizy, "kata-kata pak Jatmiko terdengar menyesal ia benar benar tak tau sikap kerasnya melukai putrinya.

"Suatu saat Lizy pasti faham, Pak, "kata Elang. Ia tau Pak Jatmiko sangat menyayangi Lizy.

"Kamu harus sabar menghadapi Lizy dia masih sedikit labil, "kata Anis.

"Saya akan bersabar sampai kapanpun untuk Lizy, Bu."

Hi hi up lagi pendek ya.... biar nggak pusing baca cerita aku yang absurd bingittt.... comment n vote.... maksih buat yang udah mau comment baik di line atau di sini... membantu banget...
Happy reading...

Jang Nara

Nb:
*semacam seserahan sebelum pernikahan dalam adat jawa dalam menentukan hari baik pernikahan.

"Cepat Saji" Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang