8.Love at war

260 21 1
                                    

      Wajah seram Elang yang pertama Lizy jumpai saat ia membuka pintu apartement pria itu.

"Kamu dari mana?,"suara Elang dingin bahkan ia tak menyapa Nilam yang juga masuk bersama Lizy.

"Beli dvd," Lizy melewati Elang dengan tenang menuju dapur untuk menaruh shomay dan kentang goreng yag tadi ia beli di piring.

         Nilam memilih duduk di ruang tengah melihat dengan gugup Elang yang mengikuti Lizy. Ia cukup heran, Lizy sama sekali tak merasa takut dengan Elang padahal Nilam merasakan aura yang seram dari pria itu. Dan setelah ini ia yakin pasti akan melihat pertengkaran mereka. Elang yang punya sindrom tak ramah oleh siapapun lalu Lizy dengan sikap batunya.

"Kenapa nyuruh Pak Karman pulang?," tanya Elang, ia tak akan melepaskan begitu saja Lizy yang seharian tak mengabarinya dan pulang terlambat.

"Trus kakak maunya gimana? Motor Nilam mau taruh mana? di bagasi juga nggak muat,"kata Lizy menatap dengan berani Elang.

"Kamu naik motor? bukannya aku udah bilang kamu nggak boleh naik motor. Kenapa sih bey sekali aja kamu nggak bikin aku marah?, "Elang mulai meninggikan suaranya membuat Lizy tambah kesal Elang memarahinya seolah-olah ia melakukan kesalahan besar apalagi di depan Nilam, ia merasa tak enak.

"Dan kakak bisa nggak sih sekali aja nggak bikin aku kesel. Lagian yang nyetir Nilam dia udah bawa motor disini sejak SMA, " Lizy tak mau kalah ia juga meninggikan suaranya.

"Aku nggak peduli kamu mau pergi sama siapa. Aku udah bilang nggak boleh naik motor titik,"kata Elang.

"Ni... Masuk dulu ya ke kamar aku buatin minuman dulu, " kata Lizy.

       Nilam menurut ia sebenarnya mau pulang tapi tak bisa mengatakan itu saat Elang dan Lizy sedang berdebat itu tak baik dengan hubungan mereka Lizy pasti marah besar pada Elang bila Nilam memutuskan untuk pulang.

"Aku nggak masalah ya kakak atur-atur atau bicara kasar dan bentak bentak aku, " Lizy mulai bicara setelah melihat Nilam sudah masuk kamarnya. Baru kemarin mereka bersikap manis, sekarang Elang mulai lagi dengan sikap yang membuat Lizy kesal

"Setidaknya nggak di depan sahabat aku. Mungkin aku udah biasa denger mulut comel kakak tapi Nilam dia bisa aja takut dan nggak mau berteman sama aku, "lanjut Lizy.

       Elang tersentak, kenapa ia tak berfikiran seperti itu. Nilam adalah salah satu alasan Lizy kerasan tinggal di Bali dan ia tau Nilam adalah gadis yang baik. Apalagi hubungannya dan Lizy barusaja membaik kemarin.

"Aku cuma nggak mau kamu terus-terusan bantah aku bey,"Elang memelankan suaranya.

"Alasan kakak nglarang aku tu nggak masuk akal. Tau nggak sih kalau kakak tu nyebelin kalau aku nggak boleh kemana-mana ajak kek keluar. Nilam itu sahabat aku sejak SMP, aku nggak akan maaffin kakak kalau setelah ini dia batasin pertemanannya sama aku, dia pasti nggak enak lihat kelakuan kakak yang marah-marah itu, " Lizy benar-benar tak tahan, Elang dan sikap sok aturnya itu.

"Bey, " Elang mencoba mengelus rambut Lizy yang ditepis kasar oleh gadis itu.

"Kakak tau nggak sih aku kesepian. Tau nggak tertekannya aku punya tunangan model kakak. Ngomong seiprit sekali ngomong yang keluar cuma ocehan nggak berguna. Sanaan ah, jangan masuk kamar sebelum aku kelar nonton filmnya. Coba rasain ngomong sama tembok sana, " Lizy melewati begitu saja Elang sambil membawa nampan berisi minuman dan camilan.

"Sorry ya Ni lu pasti kaget liat kak Elang teriak-teriak kaya di hutan, " itu kata-kata pertama yang di ucapkan Lizy saat memasuki kamar, temannya itu duduk di ranjang sambil membolak balik kaset dvd yang tadi mereka beli.

"Cepat Saji" Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang