24. Kita

259 14 0
                                    

Kuah bakso mungkin nggak sepanas kepala Elang yang udah mau meledak sekarang, tinggal beberapa hari lagi ia akan menyebutkan nama Lizy didepan ayah gadis itu, tapi entah kenapa berat sekali.

"Jangan marahin Lizy lang, yang ganjen kan pegawai lo, Lizy mah nggak nanggepin, "kata Maya.

"Nggak usah sok nasehatin gue, lo juga yang udah tua ngapain ngebiarin dua cowok ingusan deketin tunangan temen lo, "Elang menjawab ketus.

"Kita pergi aja sayang daripada kena imbas perang dunia kartun, "Pram berdiri menggiring Maya untuk duduk dikursi lain yang agak jauh dari Elang.

"Dasar teman pengkhianat, "Lizy cemberut saat melihat Maya dan Pram sudah duduk jauh dari tempatnya tadi saat ia kembali datang menghampiri Elang.

"Ini baksonya, nggak aku banyakin sambel tar perut kamu sakit, "kata Lizy ia duduk di samping Elang.

"Masih peduli sama aku, "kata Elang.

"Daritadi aku juga udah peduli sama kamu kan by, "kata Lizy.

"Dengan duduk bareng cowok dan ngobrol asik sama mereka, "kata Elang.

"Trus kamu maunya aku gimana? Mukulin mereka satu-satu, jutekin mereka trus tar dibilang "calon istrinya pak Elang, masih kecil, sombong lagi" gitu? "

"Tapi nggak dengan deketan gitu kan? "

"Aku nggak nanggepin mereka, aku yakin kamu tadi denger aku ngomong apa,"kata Lizy.

"Ya karena aku dateng, coba kalau nggak, kamu pasti udah tukeran nomor HP, mereka kan lebih muda dan nggak cerewet kaya aku, "kata Elang.

Lizy memandang Elang tak percaya "astaga... Pikiran kamu ya by, udah ah aku pulang dari tadi kamu marah-marah nggak jelas. Biarpun kamu tua, toh aku udah milih kamu kan? ,"Lizy berdiri.

"Kita pulang bareng, "kata Elang menggandeng tangan Lizy.

* ******* *

"Mau pergi makan dulu bey? "Elang membuka pembicaraan, sejak. Masuk ke dalam mobil perjalanan mereka Lizy diam saja. Gadis itu sepertinya benar-benar kesal padanya bahkan sekarang tak mau menjawab pertanyaannya.

"Atau mau beli DVD lagi, aku beliin, "kata Elang lagi.

Bukannya menjawab Lizy malah mengangkat kakinya di bangku mobil lalu menyembunyikan kepalanya diantara sikunya lalu menangis keras.

"Lho bey, kamu kenapa? " Elang panik, menepi dan menghentikan mobilnya.

"Bey, "

Lizy tak bergeming tangisnya makin keras.

"Aku minta maaf, okey, sekarang diem ya! "kata Elang, ia panik karena tangis Lizy tak mau berhenti. Akhirnya ia menarik Lizy untuk duduk dipangkuannya. "Ada apa? "

Lizy mengangkat kepalanya. Wajahnya memerah dan penuh dengan air mata. "Kenapa kamu jahat banget sama aku? "

"Bey".

"Marah-marah sama aku kaya nggak ada beban, sejak kemaren tu kamu aneh, suka curiga ini curiga itu. Aku nyoba sabar dan ngertiin kamu. Aku disini cuma punya kamu by, kalau kamu trus marah-marah akunya gimana? "

Mendengar kata-kata Lizy membuat Elang sadar betapa keterlaluannya dia. Ia membuat kepanikannya sendiri dan Lizy yang kena imbasnya. Kekhawatirannya tentang jarak usia mereka yang jauh telah membuatnya menyakiti Lizy.

"Maaf bey, aku cuma gampang emosi aja lihat kamu didekati banyak pria yang lebih muda dari aku, "kata Elang, ia menghapus air mata gadis itu dan menciumi wajah tunangannya itu.

"Cepat Saji" Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang