11.Murka Bang!!!!!!

277 18 0
                                    


     Bali masih tetep sama dengan cuaca yang nggak menentu yang bikin kekebalan tubuh orang menyusut. Dipanggang panas matahari lalu berkali-kali di guyur hujan. Cuaca nggak menentu dan bisa meningkatkan emosi seseorang. Seperti Lizy yang sejak pagi ia marah-marah, siapa lagi kalau bukan Elang yang jadi sasarannya. Saat Elang tak cepat menyeruput kopi karena masih panas si abg labil yang lagi galau itu langsung nambahin garam ke kopinya ia mencak l-mencak karena bilang Elang om-om nggak tau diri.

       Bikin sarapan nasi goreng pun dengan bumbu yang super pedas. Tiap Elang bilang itu pedas Lizy mendelik terpaksa Elang menghabiskan semua dan resikonya ia harus terus-menerus ke toilet karena perutnya yang mules. Dan Lizy masih saja nyinyir sekali lagi bilang Elang om-om nggak tau diri.

"Bukannya bersyukur ada yang urusi malah pura-pura sakit perut."

         Elang tetep diam, ia bukan ahli dalam berdebat. Elang tetep mengantar Lizy ke kampus dan mencium kening gadis itu sebelum turun.

       Senurut itu Elang tetap tak bisa membuat perasaan Lizy membaik entah karena apa gadis itu tetap saja kesal, itu dikarenakqn kejadian sejak pertemuan mereka dengan si Regina, ditambah oerlakuan orang -orang di kantor Elang. Karena rasa kesal itulah saat sepulang kuliah Satya menghampirinya di kantin untuk mengajak main ke rumahnya Lizy tak menolak. Sengaja menyuruh Pak Karman pulang.

 
                #           ######           #

        Rumah Satya terbilang besar punya pekarangan luas yang cukup untuk menanam sepuluh pohon mangga dan parkir puluhan mobil. Tapi kata Satya itu rumah bos ayahnya. Saking lamanya ayah Satya kerja di perusahaan mereka si bos baik hati itu mempercayai keluarga Satya untuk menunggu tanah lapang dengan satu rumah bergaya bali itu. Sementara rumah keluarga mereka disewakan dengan harga yang lumayan.

     Keluarga Satya sangat ramah, Lizy tak bisa bertemu dengan ayah Satya karena masih ada di kantor sementara ada adik perempuan Satya yang sangat asik diajak ngobrol Keke, gadis kelas tiga SMA itu sangat ramah. Ibu Satya pun sangat baik menawarkan mereka untuk rujakan mangga muda dan krupuk goreng pasir yang cuma bisa dijumpai di daerah asal mereka, Blitar. Membuat Lizy semakin kangen bundanya.

"Mbak Lizy nggak usah sedih gitu sering-sering aja ke sini ibu pasti masakin makanan khas Blitar iya kan buk?, "tanya Keke saat Lizy bercerita tentang keluarganya.

"Tentu aja, atau perlu kita masak sekarang nanti kita makannya barengan, "kata ibu Satya. Lizy langsung teringat Elang hari hampir gelap Elang pasti mencarinya apalagi ponselnya mati karena habis baterai.

"Nggak hari ini ya buk, Lizy bentar lagi mau pulang, "kata Lizy.

"Lhoo.... Lizy, "seseorang datang dari pintu masuk diikuti seorang pria dengan menggendong anak berumur sekitar tiga tahunan.

"Mbak Rena?!!!!,"Lizy terkejut melihat Rena bersama suaminya dan anak mereka si Vian.

"Mbak kenal Lizy, "kata Satya.

"Iya dia sering ke kantin, "kata Rena.

"Rena ini anak sulung ibuk, dia baru pindah satu tahun lalu, "ibu Satya memperkenalkan putri sulungnya.

"Nggak nyangka ya... Denpasar sempit banget nggak taunya kamu temennya Satya,"Rena tersenyum manatap adiknya yang terlihat jauh lebih semangat sekarang. Tak perlu ahli pembaca wajah untuk tau Satya menyukai Lizy. Apalagi sejak Satya putus dengan tunangannya dua tahun yang lalu, adiknya itu tak pernah membawa teman wanita ke rumah.

       Lizy semakin nyaman berada di tengah-tengah mereka. Rena memang sering bercerita tentang adik-adiknya. Terutama tentang adik laki-lakinya yang sebentar lagi skripsi tapi masih jomblo karena gagal menikah dua tahun yang lalu tapi Lizy benar-benar tak menyangka kalau topik cerita mereka selama ini adalah Satya. Lizy segera berpamitan sebelum makan malam. Ia pulang dengan diantar Satya.

"Cepat Saji" Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang