3. Jaran Goyang

620 32 1
                                    

Normal pov

     Lizy masih terpaku di ruang tamu memegangi bibirnya yang tadi di cium Elang. Apa? ciuman? Ciuman pertamanya astaga ia reflek berdiri.

     "Dasar om-om mesum gue lindes mulut sexy lo pakek dokar.... berani beraninya lo ambil ciuman pertama gue..... "
   

       Tak sadar secara tidak langsung Lizy telah memuji kelihaian bibir Elang menciumnya.

     Selama ini Lizy memang belum pernah pacaran karena sikap keras ayahnya tapi ia pernah beberapa kali dekat dengan teman sekolahnya tapi tidak pernah seperti ini. Elang, hanya dengan mendengar suaranya membuat jantung Lizy berdebar lebih cepat sampai perutnya terasa sakit. Ini baru untuknya.

"Arghhh..., "Lizy menghentakkan kakinya dengan sebal. Sekarang yang ia perlukan adalah mandi. Mandi air es bisa juga biar otak panasnya kembali dingin. Atau menonton wajah tampan Lee Jong Suk di drama koleksinya yang pasti akan menentramkan hatinya.

  Harapan memang tinggal harapan, harusnya Lizy sadar hidup tenangnya sudah menghilang sejak kedatangan burung mata abu-abu a.k.a Elang. Seperti sekarang sehabis mandi Lizy telah mengganti pakaiannya dengan celana kain sepaha dan kaus kedodoran bergambar kepala barong berwarna biru. Ia menyalakan ponselnya untuk mendengarkan lagu lagu ost Korea yang baru ia download berharap kejadian di ruang tamu tadi tak pernah terjadi.

    Berangan-angan kalau yang ia temui tadi adalah makluk astral yang akan menghilang begitu saja dari kehidupannya. Tapi suara tawa neneknya mengganggunya, suara itu tepat di depan kamarnya. Lizy terpaksa bangun mematikan ponselnya dan membantingnya pelan ke kasur empuknya. Ia keluar kamar.

      Kamar Lizy memang ada di bagian belakang rumahnya bila ia keluar langsung akan di sambut dengan pemandangan hijau. Ibu dan neneknya yang biasa ia panggil Uti lah yang mengurusnya. Uti lizy tinggal bersama di rumahnya sejak lima tahun yang lalu saat mbah kakungnya meninggal. Di bagian belakang ini ada kamarnya dan kamar adiknya juga kamar tamu dan satu kamar mandi. Semua melingkari taman yang di buat ibunya. Taman bagian pojok dibiarkan menjadi kebun tempat ibu dan utinya menanam sayur mayur. Dan di sanalah ia melihat utinya, wanita berumur di awal tujuh puluhan itu sedang asik dengan pria tampan yang wow pria itu tinggi sekali satu-satunya pria tinggi di rumahnya adalah adiknya Revan tapi anak itu sekarang tak ada di rumah. Ternyata pria tinggi itu Elang, saat di ruang tamu tadi Lizy tak sempat memperhatikan tinggi badan pria itu perkiraannya sekitar 185 lebih.

  Ia memperhatikan Elang dari belakang pria ini sempurna secara fisik tampan, tinggi, kulit bersih dan berbadan bagus Lizy bahkan tak berkedip karena Elang hanya mengenakan kaus tanpa lengan dan celana pendek selutut.

"Ya Allah godaanmu benar-benar". Batin Lizy dalam hati.

     Lalu kenapa pria sesempurna Elang mau di jodohkan dengannya? Apa mungkin benar dugaan Lizy kalau Elang itu germo yang tugasnya nyari gadis perawan dari desa. Astaga fikiran lizy mulai konslet lagi.

   Lizy mendengus, Elang selalu saja terlihat mempesona meski dengan pakaian yang sederhana pun. Utinya bahkan sangat akrab dengan pria itu, padahal terakhir yang ia ingat uti Mar, utinya itu mengintrogasi temannya dari Malang setelah itu uti Mar marah-marah hampir nangis ngelarang Lizy untuk nikah dengan orang yang tempat tinggal nya jauh dari Blitar, tapi kenapa ia malah akrab dengan orang asing asal Bali?

    Lizy penasaran apa yang membuat mereka tertawa. Ia memasuki taman menuju pojok taman. Mengamati pekerjaan mereka dan kata-kata dari Utinya membuat ia ingin mecabuti tanaman brokoli yang baru di tanam ibunya beberapa hari yang lalu.
"Lizy benar-benar beruntung bakal punya suami kaya nak Elang, udah ganteng baik pinter banget lagi bertaninya."

"Cepat Saji" Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang