Chapter 2

380 14 1
                                    

Hari-hari berlalu, Khalilah menikmati masa putih abu-abunya dengan bahagia. Sekarang ia sudah kelas 2 SMA dan kehidupan sekolahnya semakin menyenangkan. Ia berteman dengan siapa saja, dan ia sangat mudah bergaul serta disayangi banyak orang. Meskipun begitu, hubungannya dengan Arshaka tak terlalu baik. Perdebatan-perdebatan kecil selalu mewarnai hari mereka. Mereka seperti bersaing memperebutkan sesuatu, tetapi keduanya pun tidak tau itu apa.

Karakter Shaka berbeda 180' dengan Khalilah. Shaka sangat cuek dan kasar. Ia sering membolos sekolah dan nongkrong dengan teman-teman dari sekolah lain. Shaka sering tidak datang sekolah berhari-hari dan Khalilah tidak pernah perduli apa yang dilakukan si brandal itu.

Terkadang Erik si ketua kelas bilang Shaka sedang sakit, namun sering kali tidak ada kejelasan mengenai kehadirannya. Guru-guru pun seperti bungkam dengan kenakalan Shaka, dia tidak pernah masuk daftar hitam Guru Bimbingan Konseling.

"Yah.. gimana Kha, Shaka kan pinter. Udah gitu Papanya penyandang dana terbesar disekolah kita. Ga mungkin banget itu anak kena teguran," ungkap Delisha suatu hari.
Khalilah hanya manggut-manggut mengerti.
"Tapi guru-guru itu ga perduli apa kalau Shaka kenapa-kenapa diluar sekolah?" Tantry sahabatnya yang lain menimpali. "Narkoba misalnya?"
Khalilah membulatkan matanya, "Iihh.. bener juga ya. Serem bangettt kalo kejadian."
Delisha tersenyum, "Nggak kok. Gw kenal Shaka. Dia ga gitu. Dia cuma bosen Kha, cari perhatian aja tu anak biar Papi nya peduli."
Khalilah tertegun mendengar pernyataan Delisha, kekanak-kanakan banget sih. Serunya dalam hati.

--------------------------------------------------

Langit Jakarta mendung kala itu, waktu juga sudah menunjukan pukul 18.15, Khalilah berjalan cepat menuju parkiran mobil, dia ada rapat OSIS untuk kegiatan PENSI 2 Bulan lagi, karena pentingnya kegiatan tersebut Khalilah selaku Sekretaris OSIS pun harus mempersiapkannya dengan baik, itu kenapa beberapan hari terakhir ini dia sering pulang sangat sore bahkan malam.

"Aduh pasti Pak Darma udah nunggu aku dari tad," ia mempercepat langkahnya karena tidak tega membuat supir kesayangannya menunggu semakin lama.

Dalam perjalanannya menuju parkiran, Khalilah melewati lapangan basket. Sudah sepi dan tidak ada lagi siswa disana. "Serem amat....," Bulu kuduk Khalilah meremang.

Tiba-tiba sesosok tangan menyentuh bahunya, ada tercium bau darah dari tangan itu. Khalilah menjerit sejadi-jadinya "KHYAAAAAAA..........!!!"

"Brisik Lo!" Rutuk suara yang sangat dikenalnya itu.

"Arshaka?"

"Bantuin gw...," ucap lelaki itu dengan lemah.

"Lo kenapa, Shaka?"

"Gw abis tawuran."

Khalilah membekap mulutnya tak percaya. Lelaki itu memang terlihat luka-luka, wajahnya bonyok penuh luka pukulan. Tangannya merah dan berbau darah. Shaka berdiri bersandar pada dinding. Khalilah mendekat padanya.

"Gw bisa bantu apa, Shaka? Lo luka dimana? Sakit ga?"

------------------------------------------------------

Wajah Khalilah cemberut melihat tumpukan mangkok dihadapannya. Pak Darma tersenyum geli melihat majikannya.

"Pak, ayo makan juga. Jangan cuma dilihatin." Lelaki yang tengah menyantap semangkok bakso itu menegur Pak Darma.

"Iya,mas. Silahkan... silahkan." Jawab Pak Darma geli.

"Lo gila ya Shaka? Gw pikir lo hampir mati, taunya cuma lapar doang?" Omel Khalilah seraya memperhatikan mangkok bakso di hadapannya.

Shaka sudah makan 3 mangkok bakso, ini adalah mangkok keempatnya. "Yaelah... bawel bener lu." Jawab Shaka ditengah kunyahannya. "Gw tau lu benci sama gw, tapi gw ga semudah itu mati Kha. Jadi simpen aja drama kematian lo buat orang lain."

Khalilah memercikan es teh manis dari sedotannya kearah Shaka, "Lo gila!" Ujarnya dengan emosi.

Shaka tesenyum. Senyuman yang sangat manis dan ramah pada Khalilah, "Makasih Kha... besok gw ganti. Dompet gw ilang. Lapar banget asliiii..."

Khalilah tersenyum, "Iya santai aja Kha. Tambah lagi aja kalau masih kuat."

"Wah... nantangin gw nih anak." Senyum manis Shaka berubah menjadi senyum usil "Paaakk.... Baksonya 2 lagi. Sama kaya tadi!!"

Khalilah melotot, Shaka tertawa. Pak Darma hanya geleng-geleng kepala bingung.

Obsession [COMPLITE!!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang