Chapter 23

174 6 0
                                    

Shaka duduk di jok sebelah Delisha dengan mata tertutup sebuah sapu tangan berwarna biru dongker.

Disebelahnya wanita cantik berambut pirang itu tengah mengendarai mobil sambil sesekali menoleh dan tersenyum kepada Shaka.

"Kita mau kemana sih, De?" Tanya Shaka dengan rasa penasaran yang teramat sangat. Sudah lebih dari sepuluh kali ia bertanya itu sejak sejam yang lalu Delisha memaksa Shaka untuk pergi dengannya dan menunda pekerjaannya. Shaka benci harus meninggalkan pekerjaannya untuk sesuatu yang tidak jelas seperti ini.

Tetapi karena Delisha berjanji bahwa ia tak akan menyesal. Dan Delisha mengingatkannya bahwa ia sudah berjanji untuk memberikan waktunya seminggu ini untuk Delisha, maka Shaka menyerah.

"Udah deh Kha... diem aja sih.. nanti juga tau."

Setelah perjalanan hampir tiga jam lamanya, akhirnya Delisha menghentikan mobilnya dan membangunkan Shaka yang tertidur disebelahnya. "Duh ni cowok abis bawel malah ketiduran." Delisha gemas dengan tingkah laku Shaka. "Beb.. woke up. Kita udah sampai, beb." Delisha menepuk pelah pipi Shaka.

Lelaki itu tampak tersadar dari tidurnya. Secara refleks ia menurunkan sapu tangan yang menutup matanya. Delisha membiarkan.

Mata Shaka mengerjap mencoba untuk beradaptasi dengan kilau cahaya yang masuk. Sesaat ia masih mencoba untuk beradaptasi namun beberapa saat kemudian ia memandang Delisha dengan takjub, "De..."

"Ayo Sha... turun."

Delisha dan Shaka keluar dari dalam mobil. Dan disanalah mereka berdiri bersisian. Di hadapan sebuah bangunan yang terlihat unik dan indah karena dibuat dari kayu jati. Shaka mengenali rumah ini. Rumah yang terletak di pedesaan kecil di daerah Cisarua Bogor ini adalah tempat yang sangat bersejarah baginya.

Ada sebuah ayunan besar di teras rumah tersebut. Kenangan hadir didalam ingatan Shaka.

"De... kok kamu pilih tempat ini?"

Delisha tersenyum dan menggandeng Shaka masuk. "Kita sudah bersama sejak kecil Sha. Banyak kenangan yang sudah kita rangkai bersama. Dan tempat ini adalah salah satu tempat paling mengasyikan bagi kita pada masa itu."

Shaka mengangguk setuju. Ia tersenyum dan mengacak-acak rambut Delisha.

Mereka melangkah menaiki undakan tangga ke atas teras. Rumah kayu dengan cat berwarna putih itu adalah rumah yang sangat Shaka favoritekan dimasa kecil. Ia dan Delisha biasa kesana bersama kedua orang tua mereka sekedar untuk berlibur. Sudah sepuluh tahun Shaka tak pernah lagi datang ke tempat ini.

Delisha merogoh tas tangannya dan mengambil kunci rumah dari dalamnya.

Diluar dugaan Shaka, rumah itu tampak tidak kotor sama sekali. Tidak ada debu disana. Dan semua fasilitasnya terlihat sangat tertata rapi. "Mang Diman selalu ngebersihin tempat ini Sha." Delisha menjelaskan.

Shaka mengangguk mengerti. Ia melepaskan diri dan berjalan berkeliling bangunan itu. Rumah kayu itu adalah sebuah rumah dengan empat kamar tidur dilantai atas dan sebuah ruang tamu, ruang keluarga, dan dapur tanpa sekat dilantai bawah. Ada perapian di ruang keluarga. Dan meja makan langsung bersisian dengan ruang keluarga.

Rumah itu adalah vila kecil milik Mamanya. Mama Shaka biasa kemari untuk menenangkan fikiran dan melukis disaat senggang. Ada banyak lukisan karya Mama Shaka didinding rumah itu. Serta foto-foto keluarganya, juga foto-fotonya bersama Delisha dan keluarga Delisha.

"Kamu tau ga ini hari apa?" Tanya Delisha seraya memandang ke arah Shaka.

Shaka menoleh dan mengangguk singkat. Senyum pilu tersungging dibibirnya. "Hari ulang tahun pernikahan orang tuaku yang ke dua puluh empat." Jawab Shaka.

"Dan tepat di tanggal ini dua puluh lima tahun yang lalu Tante dilamar sama Om." Delisha tersenyum menenangkan. Itu adalah kalimat yang selalu diucapkan Mama Shaka setiap tanggal ini seumur hidupnya.

"Kamu tunggu disini sebentar ya, aku punya kejutan buat kamu." Delisha berlari kecil kelantai dua. Beberapa saat kemudian ia kembali membawa serangkaian bunga Deasy.

Delisha sangat mengenal Tante Deasy, Mama Shaka. Wanita anggun yang sangat mencintai keindahan dan hal-hal romantis. Sama seperti dirinya.

"Ini hadiah kita buat Tante Deasy tahun ini. Kamu nggak keberatan kan kalau kita letakkin bunga ini di halaman belakang?" Ajak Delisha sembari memberi tanda pada Shaka untuk mengikutinya ke pintu samping.

Shaka mengangguk. Di teras belakang ada sepasang kursi berlengan yang tampak sangat nyaman. Dan tak jauh dari teras tersebut ada sebuah meja yang terbuat dari kayu, meja berukuran besar dengan bentuk yang unik yang dekililingi oleh bangku-bangku yang juga unik dan terbuat dari kayu.

Delisha meletakkan bunga itu disana. Di atas meja yang paling difavoritekan Mama Shaka.

Shaka tersenyum melihat ingkah Delisha. Biasanya dihari ulang tahun pernikahan kedua orang tuanya, Mama akan selalu mengajak keluarga kecil mereka dan Delisha ke tempat ini. Kemudian mereka akan makan malam bersama dimeja panjang itu.

Ada menu andalan yang setiap tahun selalu sama yang dihidangkan Mamanya. Dan mereka kemudian akan bercengkrama dan tertawa bersama.

Shaka merindukan Mamanya...

"Terima kasih De," ujar Shaka begitu mereka sudah kembali berada di dalam rumah. "Kamu ngelakuin hal-hal yang sangat berarti buat Mama. Mama pasti senang dialam sana."

Delisha mengangguk dan menepuk bahu Shaka. "Kamu mandi dulu gih. Terus istirahat. Aku juga mau mandi dan istirahat."

Shaka setuju dengan usulan Delisha. Bersama-sama mereka ke lantai atas dan berpisah di depan pintu kamar masing-masing.

Obsession [COMPLITE!!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang