Chapter 28

204 6 1
                                    

Khalilah meraih tangannya. Shaka segera menahan tangan itu. Ia mencondongkan tubuhnya ke depan dan menarik Khalilah lebih dekat dengannya.

Disentuhnya bibir Khalilah dengan bibirnya. Bibir mereka menyatu dalam keheningan yang tak terungkapkan.

Perasaan rindu dan luka seolah sirna. Seberkas kebahagiaan menyusupi hati Shaka. Ia melepaskan ciumannya pada bibir Khalilah.

"I love you....And it will be forever." Kalimat itu dikatakannya dengan nada yang sangat lembut namun penuh keyakinan.

Sekali lagi Shaka mengecup bibir Khalilah. Dan kali ini Khalilah bukan hanya terdiam dan kaget seperti sebelumnya, namun ia juga mulai membuka diri. Dibalasnya ciuman Shaka dengan lembut dan penuh perasaan. Seolah tidak ada satu hal pun yang lebih membuatnya bahagia, air mata haru jatuh dari bola matanya. Membasahi pipinya.

Air mata itu membuat Shaka tersadar. Ia menarik diri dari Khalilah.

"Sorry..."

-----------------------------------------------------

Khalilah tidak mengerti dengan sikap Shaka. Setelah ciuman mereka tadi, Shaka menjauh dari Khalilah. Ia menghindar untuk berada di dekat Khalilah sebisa mungkin.

Seperti malam ini, saat mereka sedang berkumpul untuk pesta barbeque, Shaka memaksa bahwa ia saja yang membakar. Dan tak membiarkan siapapun menemaninya.

Delisha menyerah. Dan ia ikut bergabung bersama Khalilah dan Fabian yang sedang menyiapkan makanan di meja.

"Kha.. ini cake buatan kamu?" Fabian menatap tak percaya. Steam cake berwarna ungu tersebut memiliki rasa yang sangat enak. Teksturnya lembut, manisnya pas, dan tidak membuat eneg. Fabian sangat suka dengan kue tersebut.

Khalilah mengangguk singkat.

"Trus pudding ini juga buatan kamu Kha?" Tanya Fabian lagi. Khalilah mengangguk dan mengangkat pudding tersebut menjauh dari Fabian. "Kenapa Kha? Aku kan mau icip."

"Kata Delisha pudding ini pesanan Shaka. Jadi dia yang harus makan pertama kali. Iya ga De?"

Delisha mengangguk setuju. "Bener! Lo Fabian si Perut Karet, jangan berani-berani nyicip deluan sebelum cowok gw." Ancam Delisha.

Fabian hanya mengangkat bahu dan kembali mencomot segala jenis makanan yang bisa di makannya.

"Ini... udah semua." Shaka datang dan membawa sepiring besar hasil masakannya.

"Yuk, makan yuk.." Ajak Delisha sambil meraih piring tersebut dan meletakkannya di atas meja.

Khalilah mengambil tempat duduk di tempat yang cukup jauh dari Shaka sehingga mereka tidak perlu saling bertatapan atau bersentuhan dengan tidak sengaja. Ia merasa tidak enak dengan apa yang terjadi diantara mereka sore tadi dan perubahan sikap Shaka yang tiba-tiba.

Shaka memandang Khalilah dengan tatapan sendu. Aku buat kamu terluka ya Kha? Maafin aku... walaupun ini kata paling bullshit yang selalu aku ucapin, tapi maafin aku... untuk semuanya.

------------------------------------------------------

Gadis itu merapatkan sweaternya dengan bergidik. Udara subuh di puncak memang sangat tidak bersahabat. Dingin merasuk tulang... kepalanya sedikit pening karena ia tidak bisa tidur dengan nyenyak semalam.

Meski hubungannya dengan Shaka tetap canggung, tetapi semalam mereka berdua mencoba untuk profesional dengan bersikap seolah-olah tidak terjadi apapun. Mereka bercerita, bernyanyi, memainkan games, dan tertawa-tawa hingga larut malam. Shaka bangkan memuji hasil masakan Khalilah yang lezat. Sedangkan Delisha dan Fabian yang memang seorang penggila pesta menenggak beberapa kaleng bir dan tepar hingga pagi ini.

Semalam Shaka membopong tubuh Delisha ke kamar dan ikut membantu Khalilah memapah Fabian ke lantai atas. Karena ia takut untuk sendirian di villanya dan Shaka pun khawatir dengan keselamata Khalilah, maka diputuskanlah ia juga menginap di vila Shaka semalam.

And yup! Pagi buta Khalilah sudah bangun dan berjalan-jalan di halaman sekitar villa Shaka. Ia merasa tidak nyaman atas apa yang terjadi kemarin, dan keberadaannya di vila ini membuat ia semakin merasa tidak nyaman.

Khalilah mencoba untuk berkompromi dengan perasaannya. Karena apa yang sudah terjadi antara dia dan Shaka kemarin sore bukanlah hal yang biasa baginya.

Untuk sesaat Khalilah merasa bahwa semua rasa sakitnya telah lenyap. Bersama dengan Shaka ia merasa bahwa seluruh perasaan yang mengganjal di dalam hatinya telah terangkat. Seluruh beban hidupnya.

Memandang ke dalam bola mata lelaki itu seolah membuatnya menemukan arti keberadaannya bagi lelaki itu. Ia tau, dan ia sangat yakin, bahwa cintanya kepada Shaka tak pernah berubah sedikitpun meski waktu berlalu dan banyak hal terus terjadi.

Ia benar-benar mencintai Shaka seolah tidak ada satu orang pun yang mampu mengambil takhta itu dari hatinya. Obsesikah ini?

Semburat jingga dilangit timur menyita perhatian Khalilah sesaat. Sun rise...

Khalilah terpana dan memandang kagum pada keindahan alam yang Tuhan tampakkan padanya subuh ini.

Seorang pria yang entah sejak kapan hadir, berdiri disisinya. Ia menyentuh pelan tangan Khalilah. Menggenggamnya. Memberikan kehangatan pada jari jemarinya.

"Kamu harus bisa milih, Kha... Aku mungkin orang yang hadir terlambat dalam hidup kamu, tapi aku orang yang memperjuangkanmu saat ini."

Khalilah menoleh.

Di dapatinya Fabian menatap ia dengan tatapan yang lembut dan menenangkan. Namun ada percikan hasrat dari kedua bola mata berwarna cokelat muda pria itu.

Fabian mendekatkan wajahnya pada wajah Khalilah. Jarak mereka hanya beberapa centimeter.

Khalilah merasakan jantungnya berdegub kencang.

Cup

Fabian mengecup keningnya lembut. Diusapnya rambut Khalilah kemudian. "Aku nggak akan menunggu kamu membuka hatimu buat aku. Tapi aku akan membuat kamu membuka hatimu untuk aku. Aku bukan type orang yang bisa bersabar, Kha. Jadi kamu harus hati-hati sama aku."

Fabian mengedipkan sebelah matanya dan berlalu. Meninggalkan Khalilah dalam kegamangan dan dada berdebar hebat.

Kenapa bisa begini....

Obsession [COMPLITE!!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang