Tanpa Shaka sadari rupanya sedari tadi Fabian sudah berdiri di balik pintu ruang kerja Khalilah.
"Rupanya ada pangeran kesiangan ya...," sindir Fabian pada Shaka.
Shaka menatap Fabian sengit. "Jangan berani-berani lo sakitin Khalilah,Yan." Ancam Shaka.
"It depends on you, bro. Kalau lo bisa ngejamin Delisha bahagia sama lo. Gw bakalan bikin Khalilah bahagia. Tapi kalau gw ngelihat Delisha menderita, atau setetes aja air matanya jatuh, gw bakalan pastiin kalau Khalilah akan merasakan hal yang sama."
"Brengsek Lu!" Shaka menarik kerah baju Fabian. Ia memberi bogeman mentah pada wajah tampan Fabian. Tidak tinggal diam, Fabian membalas bogeman Shaka. Sinta yang berada disitu dengan panik memanggil security.
"Lo ga punya hak buat mutusin kebahagiaan siapapun!" Bentak Shaka ditengah pergulatan mereka.
"Dan elo ga berhak nyakitin siapa pun diantara mereka. Lo yang bangsat!" Balas Fabian seraya meninju Shaka. "Lu harus bisa pilih, goblog! Lu udah milih Delisha jadi buat dia bahagia dan lepasin Khalilah buat gw."
"Nggak akan pernah!!" Shaka menatap wajah Fabian. "Karena elo lebih brengsek dari gw."
"KALIAN APA-APAAN SIH?" Bentak Khalilah yang melihat perkelahian dua makhluk kekanak-kanakan dihadapannya. "Ngapain kalian jadiin kantor aku ring tinju?" Hardiknya.
Shaka dan Fabian segera melepaskan diri. Dua orang security datang bersama Sinta dan membantu keduanya berdiri. "Lepasin..." ucap mereka berbarengan. Dan segera merapikan pakaian mereka yang berantakan.
"Kenapa sih kalian bertingkah konyol kaya gini?" Amarah Khalilah memuncak.
Tidak ada yang menjawab diantara mereka.
"Pada gila apa?" Khalilah semakin murka. "Sekarang lo berdua masuk ke ruangan gw!" Bentaknya.
"Sinta, tolong ambilkan kotak P3K ya.." ujar Khalilah pada Sekretarisnya. "Dan bapak-bapak bisa kembali bekerja lagi."
"Baik Bu." Jawab ketiga karyawannya serentak.
Bukannya menuruti kata Khalilah, Shaka malah berlalu dari tempat itu.
"Mau kemana kamu?" Tenya Khalilah dengan nada sedingin es.
"Pulang." Jawab Shaka singkat.
Khalilah menatap punggung Shaka yang berlalu dari pandangannya. Fabian menyentuh lengannya dengan lembut, "Obatin aku dong." Ujarnya dengan manja.
Khalilah menurut dan mengajak Fabian masuk ke dalam ruangannya.
"Kamu ngapain sih sama Shaka?" Selidik Khalilah sambil membersihkan luka memar dan lecet diwajah Fabian.
"Urusan laki-laki." Jawab Fabian sambil meringis merasakan sakit lukanya diobati.
Khalilah semakin semangat mengobati luka Fabian. Ditekan-tekannya alkohol dilukanya yang lecet agar Fabian semakin meringis, "Aw... aw... Pelan-pelan aja Kha. Sakit tauu..," Fabian menangkap tangan Khalilah dan menahannya. Khalilah memberontak. Ia tetap memaksa mengobati luka Fabian, "Sakit Kha... aw.. aw..."
Kali ini Fabian menambah tenaganya. Ia benar-benar menahan tangan Khalilah dengan kedua tangannya dan menatap wajah gadis itu. Jarak mereka hanya beberapa centimeter, "Kita lagi memperebutkan gadis cantik yang ada di depanku saat ini." Fabian tersenyum jenaka. "Jadi... kasih aku satu kesempatan. Kesempatan yang sama seperti yang pernah kamu kasih ke Shaka."
Mata Khalilah membulat karena terkejut.
"Dan akan aku pastikan kalau kamu benar-benar bisa ngelupain dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession [COMPLITE!!]
RomansaA story about love, friendship, and obsession of someone. I hope you will enjoy this story. Terinspirasi dari kisah nyata tetapi tidak 100% sama terjadi Ssstt.... awas. Nanti akan ditambahkan konten untuk 18++ Yang belum cukup umur, harap "taubat"...