Chapter 31

189 6 0
                                    

Wanita itu menggak habis minuman berwarna bening dengan potongan lemon yang berada di dalam gelas kacanya. Itu adalah minuman beralkohol dengan jenis koktail London Dry dengan kadar alkohol tinggi. Gin jenis London dry diproduksi dari minuman beralkohol rasa tawar yang dicampur dengan rempah-rempah, dan didistilasi ulang dalam ketel distilasi.

Bagi seseorang yang belum pernah meminum minuman beralkohol, satu shot saja mungkin akan membuatnya hilang kendali. Namun bagi Delisha, minuman beralkohol bukan hal yang baru baginya. Ia memang seorang penikmat minuman beralkohol dan juga rokok.

Ia bukan perempuan kalem yang akan menunggu suami pulang dan menghidangkan makanan hangat di atas meja. Ia wanita modern dengan gaya hidup bebas dan pikiran yang terbuka.

"Aku bukan Khalilah, Sha." Gumam Delisha sambil menenggak gelas ketiganya.

Hingar bingar suara musik, dan kelap kelip lampu diskotik tak memuat Khalilah dapat meredakan emosinya. Ia benci menyadari kenyataan bahwa setelah usaha kerasnya, Shaka masih juga tak bisa menerima kehadirannya.

"Aku udah ngelakuin semua semampuku untuk kamu, Sha..." gumam Delisha lagi.

Dikenangnya kembali peristiwa yang terjadi dua hari yang lalu. Ia sudah bersusah payah, berlelah-lelah ria mencoba membuatkan Shaka berbagai jenis makanan kesukaannya seperti yang ia dan Fabian rencanakan untuk menangkap "target" mereka. Namun apa yang didapatkannya?

Berjam-jam di dapur bersama seorang cheft terkenal, menjadi belepotan bumbu dapur, terlebih lagi bau rempah rempah... iiyaiikksss!!! Delisha masih juga gagal merebut hati Shaka.

"Rasa masakanku nggak mengecewakan kok, Sha..." gumam Delisha.

Kenangan diotaknya memutar ulang jawaban Shaka. "Memang, De... ini enak. Aku hargain usaha kamu. Tapi ini bukan soal masakan atau rasa... aku yang bermasalah. Hati sama otak aku yang bermasalah."

"Aku memang nggak selemah lembut Khalilah," gumamnya lagi. "I am bitch. Yes I'm! Gw tau banget lo pengennya pacar yang keibuan seperti Khalilah. I know that..." Ia menggak lagi minuman dari gelasnya yang lain.

"Bukan begitu, De.. hanya saja.. ada bagian dalam diri aku yang ga bisa nerima orang lain selain dia."

"Lo cuma nganggep gw teman??? Just go to hell you fuc**g man!!" Racauan Delisha semakin tidak karuan.

"Hei...," seseorang menghampiri Delisha dan bersikap ramah namun mencurigakan padanya.

"Apaan sih Lo?" Jawab Delisha setengah tidak menyadarkan diri.

"Loh... kok cantik-cantik marah." Pria itu merangkul Delisha.

Delisha merasa jengah dengan apa yang dilakukan pria tersebut. Ia mencoba melepaskan diri, namun usahanya terasa sia-sia. Tubuhnya yang memang sudah kehilangan kesadaran setengah tak mampu dikendalikannya. Meski ada perasaan jijik saat pria itu menyentuhnya, Delisha tetap tak berdaya meronta.

"Lepasin tangan sialan lo dari cewek gw," ancam seseorang yang suaranya sangat dikenali Delisha.

Tangan yang melingkari bahu Delisha itu perlahan melepaskan diri. "Santai bro... gw ga ada maksud." Jawab lelaki itu.

Bug

Bogeman mentah dilayangkan Shaka pada lelaki itu membuatnya jatuh tersungkur ke lantai. Lelaki itu hendak membalas Shaka ketika belum sempat ia terbangun Shaka sudah menonjokinya dengan membabi buta.

Entah berapa kali Shaka memukuli pria itu. Yang pasti ia baru menghentikan perbuatannya ketika dua orang security menariknya mundur. Delisha terkulai lemas masih ditempatnya duduk. Ia tidak mampu berkata apa-apa, ia hanya mengulurkan tangannya kepada Shaka.

"Sha... ayo pulang." Ucap Delisha lemah.

Shaka menarik Delisha berdiri. Ia melepas jaket yang dikenakannya dan mengikatkannya pada pinggang Delisha. Dengan satu gerakan cepat, Shaka menggendong wanita itu dalam pelukannya.

Delisha mengeratkan pelukannya pada Shaka. Air mata menetes dari kedua bola matanya yang indah. Ia merapatkan tubuhnya pada tubuh Shaka, menyembunyikan wajahnya di dada pria itu.

Tuhan... aku mencintai pria ini hingga rasanya hatiku akan hancur hanya dengan berada di dekatnya.

Esok paginya Delisha terbangun dengan kepala pusing luar biasa. Ia hang over... mabuk berat. Aroma kopi menguar ke seantero kamarnya.

Diliriknya meja yang berada tepat disamping tempat tidurnya. Disana ada segelas kopi dan dua keping roti dengan telur dadar. Sebuah surat diletakkan dibawah nampan.

Delisha meraih surat itu terlebih dahulu lalu dan membukanya,

Good morning hi you a drunker girl....

Sorry gw pulang deluan.

Sarapan. Mandi. Dan istirahat yang cukup.

I'll see you later.

Your dearest friend,

SHAKA

"You ashole!!" Rutuk Delisha usai membaca surat itu. "Dearest friend? Hell!! Just go to hell!!!"

Khalilah menjatuhkan kembali kepalanya di atas bantal. Ia menutup wajahnya dan menangis sesenggukan.

Kenapa gw harus jatuh cinta sih sama si brengsek itu. Why me? Or... why him... and always him???

------------------------------------------------------

Khalilah menantap tak percaya pada kondisi gadis yang duduk hadapannya kini.

Delisha yang biasanya tampil gorgeous kali ini benar-benar terlihat berantakan. Ia hanya mengenakan skinny jeans dan kaos yang terlihat kebesaran di tubuhnya. Rambut pirangnya dikuncir asal-asalan di atas tengkuknya. Dan kedua matanya sembab. Ada cekungan hitam dibawah mata itu. Ini anak udah berapa lama ga tidur sih??

"De...," Khalilah menegurnya hati-hati. "Minum dulu."

Delisha menggeleng. "Gw datang ke kantor lo sekarang bukan buat minum Kha. Ada hal penting yang pengen gw bicarain..."

Khalilah mengangguk. "Silahkan De..."

"Apa yang lu punya yang gw ga punya Kha?" Cecar Delisha. "Kenapa Shaka nggak pernah sekalipun berpaling dari lo. Mungkin secara fisik dia bisa sama orang lain. Tapi hati dan jiwanya? It's only about you.. always you!! WHY??"

Khalilah tercengang untuk sesaat. Namun ia kemudian tersenyum, "Pertanyaan gw juga sama De... kenapa harus elo? Kenapa Shaka harus jadian sama lo?? Diantara ratusan milyar wanita di dunia ini, kenapa harus sahabat gw sendiri???"

Delisha bangkit dari tempatnya duduk. "Gw mencintai Shaka lebih lama dari lo, Kha. Selama sekian tahun ini gw cuma diam aja ngelihat dia sama orang lain! Gw orang yang ada disisi dia tanpa perduli kondisi dia kaya gimana. Gw yang ngedukung dan ngeraih tangan dia saat dia terpuruk. Gw orangnya Kha.. tapi kenapa hatinya buat elo?"

Khalilah kembali tersenyum. "Karena selama sekian tahun itu De," ia mendekat pada Delisha. "Lo memposisikan diri lo sebagai seorang sahabat bagi dia. Sedangkan gw memposisikan diri gw sebagai seorang kekasih. Itu kenapa dia mencintai gw dan hanya menyayangi elo. Kebisuan lo selama ini adalah kesalahan terbesar yang lo lakuin. Kalau itu cinta, jangan pernah memendamnya."

Delisha kaget mendengar jawaban Khalilah.

"Karena meski kalian memiliki rasa yang sama, kalau diantara kalian nggak ada yang mengutarakannya, itu selamanya hanya akan menjadi kesia-siaan. Lo mungkin mencintai Shaka seumur hidup lo, dan gw orang yang hadir hanya enam tahun ini. Tapi gw orang yang menunjukan cinta ke dia terlebih dahulu disaat lo hanya diam dan mengaguminya. Jadi, De, jangan tanya kenapa..."

Obsession [COMPLITE!!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang