Setelah seharian bermain-main di curug, Khalilah dan Fabian akhirnya memutuskan untuk pulang ke villa. Mereka berpisah dengan Shaka dan Delisha di parkiran mobil dan saling bersalaman karena berpikir tidak akan bertemu lagi hingga mereka tiba di Jakarta besok lusa.
Namun pikiran mereka salah. Yang namanya takdir, memang sering kali menghianati rencana manusia.
"Lu ngapain sih dari tadi ngekor dibelakang gw??" Omel Fabian saat ia turun dari mobilnya kepada Shaka yang juga turun dari mobilnya.
"Heh, goblog. Gw ga ngekor elu. Gw balik ke villa gw." Jawab Shaka sembari membuka gerbang vilanya.
Fabian melotot tak percaya. "SHIT!! Kenapa juga lu harus nginep di villa sebelah sih?"
Shaka mengacuhkannya dan meninggalkan Fabian dengan kedongkolannya sendiri. Delisha hanya memperhatikan keduanya dengan senyum geli dari dalam mobil.
"Kenapa Yan?" Khalilah menghampiri.
"Itu Shaka sama Delisha di vila sebelah."
"Waaahhh... seru dong. Bersebelahan."
"Apanya yang seru sih? Yang ada rencana aku buat ngedapetin hati kamu gagal total. Gimana kamu bisa move on kalau wajah mantan terbayang selalu."
Khalilah meninju pelan dada Fabian. Ia berjalan meninggalkan Fabian dan segera masuk ke dalam halaman vila yang mereka sewa.
Fabian mengejarnya dari belakang. "Nah kan.. ngambek. Berarti benar dong." Cecar Fabian.
Khalilah tak menjawab dan dia terus saja berjalan sampai tiba diteras vila. "Kuncinya mana?"
"Kunci apaan?" Fabian berpura-pura bodoh.
"Kunci vilanya..."
"Kalau kunci hati aku kamu mau ga?"
"Lu tuh ganteng-ganteng norak amat sih Yaaaannn..."
Khalilah dan Fabian tertawa saling menejek satu sama lain. Butuh waktu lima belas menit hanya untuk mereka berhenti saling mengejek dan membuka pintu.
Ditempat lain Shaka sudah masuk ke dalam rumah. Ia memandang jam dinding yang berada tepat di atas perapian. Waktu sudah menunjukan pukul empat sore. Rupanya mereka sudah cukup lama bermain di curug.
"Sha.. gimana menurut kamu kalau aku ngajak pasangan sebelah makan malam disini?"
Shaka tidak senang mendengar Delisha menyebut Khalilah dan Fabian dengan istilah "pasangan". Perasaan dongkol menggerogoti hatinya.
Shaka berpikir sejenak. Kalau gw bilang nggak, pasti Fabian sama Khalilah bakalan makan malam berdua. Nggak... nggakk.. itu ga boleh terjadi! Tapi kalau gw bilang iya, gw bakalan lihat kelakuan menjijikan si kunyuk itu lagi. Pikir Shaka... pikir.. pertimbangkan dengan baik.
"Boleh. Ajak aja mereka sekarang juga."
"Kok sekarang Sha?" Delisha terdengar kaget dengan keputusan Shaka.
"Biar bisa nyiapin bahannya De." Shaka mencoba mencari alasan. Ia hanya tidak ingin membiarkan Khalilah berlama-lama dengan Fabian berdua di vila itu.
"Tadi pagi sebelum kita berangkat ke curug, Mang Diman udah siapin semua persiapan untuk bakar-bakar kok."
"Dimana?" Tanya Shaka sok mau tau. "Aku mau liat Mang Diman udah nyiapin apa aja."
"Tuh di dapur, lihat aja sendiri."
Fabian segera beranjak ke dapur dan mendapati bahwa kulkasnya sudah penuh dengan berbagai macam bahan makanan. Ada udang, ada daging, ikan air tawar, sayuran, buah-buahan, minuman kaleng, juga beberapa jajanan pasar yang entah kenapa menurutnya kurang cocok untuk malam ini.
"De... Delisha.." panggil Shaka kemudian. Ia menemukan ide cemerlang.
"Kenapa Sha?"
"Talas mana talas?" Tanya Shaka dengan tampang bloon. "Jagung mana jagung?"
"Buat apa Sha?"
"Loh... kalau bakar-bakar emang butuh jagung dongg..."
"Terus talasnya buat apa?"
"Pudding!!" Ujar Shaka bersemangat. "Pudding talas seperti yang biasa Mama bikin, Dee..."
"Aku ga bisa bikin puding ah, kamu kan tau aku ga bisa masak Sha..."
"Khalilah bisa, De. Suruh Khalilah aja buat."
Ekspresi Delisha berubah tak mengenakan. "Kamu kenapa sih Sha? Tiba-tiba banget."
"Dee... kamu ingat kan kebiasaan Mama setiap kita makan bareng disini. Pudding talas itu ga pernah absen,Dee... pleasee..."
Delisha tidak tega juga melihat tingkat Shaka. Mungkin dia kebawa suasana dan kangen Mama ya...
"Yausah deh kamu tunggu sini. Aku ngajak Khalilah buat belanja bareng."
"Aku ga ikut aja De? Bantu bawain belanjaan."
"Udah gausah. Entar malah kamu ngomel lagi kalau kita belanjanya kelamaan. Kamu mandi aja biar segar ntar pas makan puddingnya." Kalimat terakhir itu Delisha ucapnya dengan nada menyindir.
Shaka tertawa bodoh dan berjalan setengah berlari ke lantai atas. Dia senang rencanya telah berhasil!
Satu jam kemudian Shaka mendengar suara ribut seperti orang yang sedang memasak di dapur. Ia segera turun ke lantai bawah dan menuju dapur.
Langkahnya terhenti sekitar dua meter dari tempat Khalilah berdiri. Ia memandang gadis itu dari ujung tangga dengan perasaan bahagia di dalam hatinya. Ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan di dalam perutnya, dan desiran rasa yang tak dipahaminya memenuhi rongga dada.
Di dapur Khalilah sedang sibuk mengocok adonan dengan apron dibagian depan tubuhnya.
Rambut panjangnya diikat ekor kuda ke belakang. Menampilkan tengkuknya yang putih dan indah. Sore itu Khalilah mengenakan baju kaos lengan pendek berwarna merah. Senada dengan warna bibirnya. Dipadu padankan dengan skinny jeans selutut.
Melihat keanggunan Khalilah saat itu, Shaka mengakui bahwa ia sangat terpesona. Ia terhipnotis oleh penampilan Khalilah.
"Ngapain Sha?" Tegur Khalilah kemudian.
"Eh.. heeh." Shaka sadar dari lamunannya. "Kamu bikin apa Kha?" Ia berjalan menghampiri Khalilah dan berdiri dihadapannya.
Mereka hanya terpisah meja besar tempat Khalilah menyimpan bahan untuk membuat kue.
"Aku mau bikin steam cake." Jelas Khalilah masih sibuk dengan adonannya. "Tadi aku beli bubuk talasnya lumayan banyak. Biar ga mubajir aku bikin steam cake aja sekalian."
Shaka mengangguk-angguk seperti orang bodoh.
"Delisha mana Kha?" Tanyanya kemudian saat menyadari bahwa Delisha dan Fabian tidak berada disana.
"Ohh itu... Delisha bilang dia pengen makan bakso langganannya. Tempatnya cukup jauh sih, jadi dia minta Fabian buat nemenin. Baru aja keluar." Jelas Khalilah.
Sekali lagi Shaka mengangguk bak orang tolol. Sebenarnya di dalam hati ia senang bukan main. Dibiarkan berdua dengan Khalilah seperti ini adalah salah satu anugrah terindah baginya. Apalagi kalau Khalilah lagi masak...beeuhhh cantik banget maannn!!!
Khalilah mengangkat wajahnya dan menatap wajah Shaka. "Luka kamu gimana Sha?"
Memar diwajah Shaka baru terlihat jelas sekarang oleh Khalilah. Karena saat dicurug tadi Shaka tak pernah melepaskan kaca mata hitamnya. Ada juga luka pada pelipisnya, ditutup dengan band aid. Dan jika diperhatikan dengan seksama, bibir kanan Shaka juga sedikit robek. Khalilah bergidik melihat luka diwajah pria itu.
Tanpa disadarinya, ia mengulurkan tangan dan memegang luka diwajah Shaka. Disentuhnya luka di pelipis pria itu, lalu berpindah ke memar di atas tulang pipinya. Dan yang terakhir luka pada sudut bibir Shaka.
Lama ia berhenti disana, hingga disadarinya bahwa apa yang dilakukannya salah. "Sorry..."
Khalilah meraih tangannya. Shaka segera menahan tangan itu....
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession [COMPLITE!!]
RomanceA story about love, friendship, and obsession of someone. I hope you will enjoy this story. Terinspirasi dari kisah nyata tetapi tidak 100% sama terjadi Ssstt.... awas. Nanti akan ditambahkan konten untuk 18++ Yang belum cukup umur, harap "taubat"...