Chapter 20

184 4 0
                                    

Seperti biasa Delisha menunggu Shaka menjemputnya usai jam kerja, hari ini jadwal pemotretan Delisha hanya sampai siang dan Shaka berjanji untuk menjemputnya makan siang. Namun yang ditunggu tak jua menandakan kehadirannya.

"Shaka kemana ya jam segini belum juga nongol." Delisha merasa sedikit khawatir dengan kekasihnya. Padahal sebelumnya Shaka sudah mengiyakan kalau ia akan menjemput Delisha tepat jam dua belas usai pemotretan. Tetapi hingga pukul satu lewat lima belas menit, Shaka tak kunjung datang.

Delisha hendak menelepon Shaka ketika mobil Mini Cooper hitam kesayangan Shaka terlihat memasuki area pemotretan.

"Hay... sorry telat. Dijalan macet parah," jelas Shaka seraya turun dari mobil.

Delisha terpesona melihat penampilan Shaka kali ini. Shaka memang tidak pernah bekerja dengan stelan jas, ia terbiasa bekerja dengan pakian casual karena bekerja dibidang IT tidak dituntut untuk berpakain formal. Tetapi penampilan Shaka kali ini membuat Delisha sedikit gemes.

Kemeja jeans dimasukan kedalam celan jeansnya, kaca mata hitam, dan rambutnya yang dibiarkan acak-acakan. Serta sepatu sneaker putihnya menunjang penampilan Shaka hari ini.

"Hay ganteng." Bisik Delisha seraya mengecup sekilas pipi Shaka.

Shaka meringis saat wajah Delisha mengenai memar dipipinya. Delisha menatap Shaka dengan bingung.

"Kamu kenapa beb?"

"Nggak papa, De. Yuk pulang." Shaka berjalan mengitari mobilnya dan membukakan pintu untuk Delisha.

Delisha melambai dengan anggun ke arah teman-teman kru pemotretannya hari ini, "Gw balik dulu ya guys. Thank you for today."

"Hati-hati ya De..." ujar beberapa orang teman Delisha. "Bye, girl."

"How was your day?" Delisha membuka pembicaraan.

"Not bad." Jawab Shaka sekenanya.

Delisha menoleh kearah Shaka. Ia merasa bahwa ada yang berbeda dengan Shaka hari ini. Diperhatikannya wajah Shaka secara seksama dari samping.

"Beb, buka sun glass kamu deh." Pinta Delisha.

"Mau apa sih?" Shaka menolak.

"Buka aja... aku pengen lihat wajah ganteng kamu secara seksama." Delisha mendekatkan diri pada wajah Shaka.

Shaka menahan kacamatanya saat Delisha hendak meraihnya. "Please Sha..." rengek Delisha.

Akhirnya Shaka mengalah dan membiarkan Delisha membuka kaca matanya. Betapa terkejut Delisha mendapati wajah lelaki yang dicintainya memar di atas tulang pipi kirinya, serta ada luka lecet di pelipisnya.

"Astagah Shaka.... muka kamu kenapa bonyok gini?" Pekik Delisha terkejut.

"Nggak, cuma kecelakaan kecil tadi."

"Kecelakaan gimana? Kamu bonyok kaya abis brantem gitu."

"Bener, De. I'm okay."

"Did you fight with someone, honey?"

"Nope. I'm fine... relax. Ok?"

"Oke fine. Aku yakin kamu nyembunyiin sesuatu sama aku."

"Ga ada De... aku ga nyembunyiin sesuatu dari kamu."

"Trus kalau kamu ga nyembunyiin sesuatu kenapa kamu ga mau cerita sama aku? Wait.. wait.. jangan bilang ini ada hubungannya sama Khalilah."

"Kenapa harus bawa Khalilah sih?"

"Karna kamu selalu aneh untuk segala hal yang berhubungan dengan Khalilah!"

"Kamu mau makan apa malam ini." Shaka mengalihkan pembicaraan.

"Kamu jangan ngalihin pembicaraan Sha... kalau kaya gini aku semakin yakin this all about Khalilah, right?"

"De.. please. Kepala aku pusing. Aku capek banget hari ini. Aku sumpah, ini bukan masalah serius."

"Fine! Fine! Terserah kamulah."

Shaka dan Delisha sama-sama terdiam lama. Tak ada satupun diantara mereka yang bersuara. Mereka hanya memandang jalanan di depan seolah kemacetan jam makan siang adalah hal paling mengasyikan untuk dinikmati.

Lama keheningan tercipta diantara mereka hingga Shaka membuka suaranya, "Menurut kamu kita cocok ga sih?"

"Kenapa kamu nanya gitu?" Delisha tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Aku ngerasa ketimbang pacaran, aku lebih nyaman untuk berteman dengan kamu."

"Jadi kamu mau putus?" Tanya Delisha dengan suara mendesis. Lidahnya kelu mengucapkan satu kata terakhir tersebut.

Obsession [COMPLITE!!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang