"Selamat pagi, Bu." Sapa karyawannya begitu Khalilah memasuki Lobby The Capital Hotel.
Ayah Khalilah adalah seorang Pengusaha Hotel ternama di tanah air. Khalilah bukan anak satu-satunya. Ia mempunyai seorang Kakak laki-laki yang memegang seluruh kendali perusahaan mewakili sang Ayah.
Awalnya Khalilah menolak keras untuk bergabung di dalam perusahaan. Namun dengan ancaman bahwa seluruh saham yang dimilikinya akan ditarik, si anak bontot yang manja ini pun akhirnya mau juga untuk melanjutkan kuliah dibidang bisnis dan ikut membantu dalam perusahaan.
Mengurus hotel bukan pekerjaan yang senang dilakukannya, Khalilah lebih tertarik untuk menekuni dunia kuliner. Ia sangat ingin membuat sebuah bakery dan menjual kue-kue dengan resepnya sendiri. Tetapi apa mau dikata, jika Ayah yang sangat dicintai mengancam menghapus namanya dari daftar keluarga dan menarik seluruh saham yang dimilikinya, maka menyerah adalah keputusan yang tepat. Toh ia masih bisa membuat cake dirumah. Begitu pikirnya dulu.
"Bu, ada kiriman untuk Ibu. Sudah saya letakkan di atas meja." Jelas Sinta sekretarisnya begitu Khalilah tiba.
"Baik Sinta, terima kasih ya..." Balasnya dengan senyuman dan langsung melenggang masuk ke dalam ruangan.
Ruangan kerja Khalilah tidak terlalu besar, ada sofa kecil di tengah ruangan untuk menjamu tamu yang datang ke kantornya. Disisi kanan ruangan ada meja kerja dan kursi berlengan yang nyaman baginya.
Ruangannya sederhana saja. Sebab Khalilah tidak ingin terlalu repot dengan pekerjaannya. Tanda tangan, buat keputusan, menjalankan kebijakan. Beres! Itu yang selalu dipikirkannya setiap pagi saat memasuki ruangan kerjanya.
Ia memandang bingung kearah meja kerjanya. Sebuah bouqet bunga Mawar putih terletak diatas sana. Segera diraihnya bunga tersebut dan ambilnya kartu ucapan yang terselip diantara bunga yang indah itu.
"Aku Bicara Perihal Cinta
Apabila cinta memberi isyarat kepadamu, ikutilah dia,
Walau jalannya sukar dan curam.
Dan apabila sayapnya memelukmu menyerahlah kepadanya.
Walau pedang tersembunyi di antara ujung-ujung sayapnya bisa melukaimu."Khalilah takjub membaca penggalan puisi tersebut. Khahlil Gibran.. ujarnya lirih.
Dibaliknya kartu ucapan tersebut dan ada inisial "FD" tercetak indah disana. Fabian menanda tangani sendiri kartu ucapan tersebut.
Senyum merekah diwajah Khalilah. Diraihnya handphone dari tas tangannya hendak memberi ucapan terima kasih pada Fabian, tetapi pria itu malah sudah meneleponnya terlebih dahulu.
"Selamat pagi, cantik..." Ujar Fabian diseberang. "Udah terima dong kiriman aku. Suka ga?"
"Suka. Makasih ya Fabian."
"Everything for you, beb."
"Haha.. mulai deh. Masih pagi kaliii.."
"Gw serius Kha.."
"Iyaaa deh iyaaa.."
"Nanti siang makan bareng?"
"Hmm..."
"Aku jemput jam 12 ya... see yaa."
Klik
Telepon terputus.
Khalilah melihat sekali lagi pada bunga dan kartu ucapan ditangannya. Aah... bisa melted nih gw!!

KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession [COMPLITE!!]
RomanceA story about love, friendship, and obsession of someone. I hope you will enjoy this story. Terinspirasi dari kisah nyata tetapi tidak 100% sama terjadi Ssstt.... awas. Nanti akan ditambahkan konten untuk 18++ Yang belum cukup umur, harap "taubat"...