"Ngapain Lu disini?" Tanya Fabian lebih kepada Shaka.
Shaka mengangkat bahunya santai. "Ngelihat curug, bego." Jawabnya sambil berlalu.
Fabian mengikutinya dari belakang. "Jangan bilang lo kesini buat mata-matain gw sama Khalilah." Nada suara Fabian menyindir.
"Gw sih ga ada niat kaya gitu." Jawab Fabian masih dengan nada yang santai. "Tapi kayanya Tuhan emang nakdirin untuk seperti itu."
Delisha dan Khalilah yang ditinggal di belakang hanya saling menatap dengan bingung melihat kelakuan dua lelaki itu. Delisha membantu Khalilah merapikan pakianyan, dan mengajaknya berjalan bersama menuju curug.
"Kamu disini sejak kapan De?" Tanya Khalilah membuka pembicaraan.
"Aku nginep di villa Shaka sejak kemarin sore. Kamu baru sampai Kha?"
Jantung Khalilah berdegub kencang... menginap? Berdua? perasaan tak menentu menggelayuti hatinya.
"Iya, De. Baru aja."
"Kamu nginep nggak Kha?" Tanya Delisha kemudian.
"Kata Fabian sih dia udah sewa vila kemarin.."
"Oh yaa??" Mata Delisha membulat. Senyum jahilnya menyeringai. "Kamu udah bawa pakaian yang sexy belum Sha? Kalau belum... aku bisa pinjemin loh."
"Iiihh apaan sih Dee.."
Dua sahabat itu kemudian tertawa dan saling mengejek sepanjang perjalanan mereka menuju curug.
Untuk tiba di curug memang diharuskan berjalan kaki menaiki undakan tangga yang telah disediakan. Karena satu-satunya akses ya hanya dengan jalan tersebut.
"Hati-hati," Tegur Shaka pada kedua gadis itu. "Jangan kebanyakan bercanda. Entar jatuh."
Keduanya mengangguk bagaikan dua boca TK tengah dinasehati gurunya.
Fabian mengulurkan tangan pada Khalilah, "Aku pegangin aja mau ga Kha? Biar kamu jatuhnya kepelukan aku..."
"Ihhh Fabian apa-apaan sih." Khalilah mengejek Fabian.
"Norak lu yeee...," Delisha ikut mengejeknya.
Shaka hanya meringis jijik mendengar ucapan Fabian. Dengan PDnya Fabian malah membalas Shaka, "Apaan lo? Diem aja deh lu. Gausah ikut campur."
"Terserah," Jawab Shaka dan berjalan mendahului ketiga temannya yang lain.
Khalilah melihat punggung Shaka dari belakang, rasanya ia ingin berlari ke pelukan lelaki itu dan memeluknya dengan erat. Duh.. apaan sih Kha.
------------------------------------------------------
Setelah perjalanan menanjak yang membutuhkan waktu kurang lebih dua puluh menit, mereka akhirnya sampai di curug yang dituju.
Keempat pasang mata tersebut memandangi pemandangan dihadapan mereka dengan tatapan penuh kekaguman.
Air terjun itu setinggi lima belas meter. Dengan sebuah cekungan sebagai penampung air dibagian bawah yang berdiameter sepuluh meter. Khalilah kagum bukan main melihat air terjun secara live seumur hidupnya.
Ssstt.... dia memang norak. Walaupun sering bolak balik Amerika, tak sekalipun ia berpikir untuk mengunjungi Niagara Falls. Karena yang ada dalam pikirannya hanya shopping shopping dan shopping. New York adalah tujuan utamanya!
Khalilah menatap Fabian yang berdiri dengan tatapan kagum yang sama dengan dirinya. Merasa ada seseorang yang memperhatikannya, Fabian menoleh dan mendapati Khalilah sedang menatapnya.
Tatapan mata mereka bertemu. Hati Fabian berdesir tak karuan melihat bola mata hitam pekat itu.
"Terima kasih," bentuk gerak bibir Khalilah terbaca oleh Fabian.
"Everything for you, dear." Jawab Fabian dengan gerakan bibirnya juga.
Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang menyaksikan pemandangan itu dengan hati yang terluka. Apa kamu akan bahagia dengan dia Kha?
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession [COMPLITE!!]
RomantiekA story about love, friendship, and obsession of someone. I hope you will enjoy this story. Terinspirasi dari kisah nyata tetapi tidak 100% sama terjadi Ssstt.... awas. Nanti akan ditambahkan konten untuk 18++ Yang belum cukup umur, harap "taubat"...