"Sha... ada hal penting yang aku mau bicarain sama kamu. Bisa kita ketemu?" Khalilah menelepon Shaka tepat sesaat setelah Delisha pulang.
Perasaan hatinya tak karuan. Ia merasakan rasa sakit di dalam hatinya saat ini. Entah karena apa. Hanya saja ia ingin segera bertemu dengan Shaka dan mengatakan semua apa yang dirasakannya.
Pembicaraannya dengan Delisha tadi secara tidak langsung juga menyadarkan dirinya sendiri. Bahwa apa yang terjadi diantara ia dan Shaka tidak lebih baik dari apa yang terjadi diantara Shaka dan Delisha.
Maka setelah Shaka menyanggupinya untuk bertemu ditempat biasa, Khalilah segera meraih tas tangannya, dan melajukan mobil menuju tempat tersebut.
Sejam kemudian Shaka dan Delisha sudah duduk berhadap-hadapan di kafe tersebut. Suasana cangguh meliputi mereka.
"Aku..," ucap keduanya berbarengan.
"Kamu deluan aja..," kembali mereka mengatakan kalimat tersebut secara bersamaan.
Khalilah dan Shaka tersenyum menyadari ketidaksengajaan mereka. "Yaudah, kamu dulu aja, Kha. Ladies first." Ujar Shaka.
"Aku... aku, jadian sama Fabian." Jelas Khalilah ragu-ragu.
"Oh...," ada keterkejutan dimata Shaka. Secepat kilat ia menutupinya namun mata Khalilah sudah terlebih dahulu melihat kilatan tersebut. "Well, congratulation for both of you."
"Thanks..."
"Jadi itu aja yang mau kamu bicarain sama aku Kha?"
"Nggak... ada hal lain yang mau aku tanyain ke kamu Sha."
Shaka mengangguk. Seolah mempersilahkan Khalilah untuk bertanya.
"Enam tahun yang lalu, apa alasan kamu putus dari aku? Walaupun aku tau dulu aku ngatur kamu dan walaupun aku tau sekarang udah sangat terlambat buat aku tanya ini, tapi aku tetap mau jawabannya Sha."
Shaka tersenyum. Ada kepahitan yang dirasakannya. "Kamu ga salah apa-apa Sha.. aku yang salah. Selama enam tahun ini aku udah mikirin semuanya, dan ya, akulah yang salah saat itu. Aku egois dan merasa tertekan dengan hidup aku. Dan aku memposisikan kamu sebagai kambing hitam dari semua masalah aku."
"Trus alasan kamu selalu ngehindar dari aku setiap kali kamu memiliki hubungan yang baru apa Sha?"
"Khalilah Rasyikah...," Shaka mengucap nama lengkap Khalilah. Nama itu biasa Shaka ucapkan jika dia ingin menyatakan sesuatu yang sangat penting kepada Khalilah. Khalilah menyadari kebiasaan ini saat mereka masih bersama dulu. "Aku mencoba dengan susah payah untuk melupakan kamu. Mengalihkan pikiran aku dari kamu. Dan kenyataan bahwa aku tetap memikirkan kamu, mencintai kamu, bahkan membayangkan kamu meski aku dengan orang lain adalah alasan utama kenapa aku selalu menghindari kamu saat aku punya hubungan yang baru."
Shaka terdiam sesaat. "Dan bahkan saat ini pun, meski kamu dihadapanku, itu tidak pernah cukup untukku Kha. Aku menginginkanmu lebih dari apapun yang aku inginkan dalam hidupku."
"Lalu kenapa Delisha, Sha? Kenapa harus sahabatku? Sahabat kita..."
"Keputusanku bersama Delisha adalah murni kesalahanku. Keegoisanku yang lain. Itu kenapa aku nggak bisa lebih lama sama dia Kha.. aku sayang sama Delisha. Aku nggak mungkin berpura-pura mencintai dia seperti aku ke perempuan lain. Setiap ngelihat wajah Delisha, ribuan jarum menusuk hatiku. Aku terluka dengan kesalahanku. Aku memang cowok brengsek."
Khalilah menatap lekat mata Shaka. Shaka membalas tatapan matanya.
"Khalilah Rasyikah, meski ini terlambat. Sangat-sangat terlambat..."
"Aku mencintaimu Sha..," potong Delisha kemudian.
Shaka terperangah dengan pengakuan Khalilah. Senyumnya tersungging dengan indah. Ia menyentuh tangan Khalilah.
"Dan akupun mencintaimu Khalilah Rasyikah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession [COMPLITE!!]
DragosteA story about love, friendship, and obsession of someone. I hope you will enjoy this story. Terinspirasi dari kisah nyata tetapi tidak 100% sama terjadi Ssstt.... awas. Nanti akan ditambahkan konten untuk 18++ Yang belum cukup umur, harap "taubat"...