Bab 5 : He Didn't Have The Heart!

77.8K 3.8K 32
                                    

[Buat kalian yang mau tau tentang seputar cerita Kinara's Diary atau sequel atau ceritaku yang lain-lain, kalian bisa follow aku di instagram @claxiee.rouse. Disana aku bakalan update seputar cerita-ceritaku❤]

●●●

Sekitar 3 jam, Kinara terbangun dari pingsannya. Saat sadar, Kinara menatap ke sekeliling ruangan serba putih itu. Kinara bernafas lega saat menyadari Artha tidak berada di ruangan itu. Huh syukur! Akhirnya Kinara tidak lagi dihadapkan dengan laki-laki itu. Lagi pula, memangnya Artha mengkhawatirkan dirinya? Mustahil. Artha kan membencinya, bukan menyukainya.

Sejak awal, Kinara sadar kalau dia yang menciptakan segala kesalahan yang membuat Artha semakin membencinya. Kinara bahkan sadar kalau dia telah menghancurkan dunia cowok itu. Awalnya, niat gadis itu baik. Tetapi, mungkin Artha menganggap niat baiknya sebagai perangkap dalam kehancuran. Ya, sebelumnya Kinara sudah tau akan resikonya. Dan ya, dia menjalani semua itu dengan penuh keberanian.

Kinara perlahan bangkit dari posisi tidurnya menjadi duduk. Kinara memegang kepalanya yang terasa berdenyut. Saat dia mencoba berdiri, seseorang datang dan mengejutkannya, membuat Kinara mengurungkan niatnya untuk turun dari brankar UKS tersebut.

Kinara menyipitkan kedua matanya melihat sosok laki-laki yang masuk ke ruangan itu sambil membawa sekantung plastik putih di tangan kirinya. Diletakkannya plastik itu di atas meja yang berada di sebelah brankar, kemudian menatap Kinara datar.

"Udah sehat lo?"

Meskipun nada suaranya terdengar datar, namun entah mengapa Kinara merasa ada aura kekhawatiran dibalik pertanyaannya.

Kinara mengangguk pelan. Kinara jadi ingat tentang siapa seseorang yang menggendongnya tadi di lapangan tengah. Apa mungkin cowok ini? Tanpa Kinara sadari, sebenarnya memang Dian laki-laki yang menggendongnya dan membawanya ke UKS.

"Jangan dilihatin terus guenya. Ini gue bawa roti sama air mineral, kata penjaga UKS-nya lo belum sarapan. Bener?" Suara Dian membuyarkan lamunan Kinara.

Kinara sedikit gugup. "E-eh.. i-iya Kak." Tak tau lagi harus menjawab apa, Kinara hanya bisa menjawab pertanyaan Dian seperti itu.

Harus bagaimanakah dia kalau sudah dilanda gugup seperti itu?

Tak lama, sebuah tangan terjulur ke arahnya. "Gue Dian, anak 12 IPS 1."

Kinara menatap tak percaya kepada Kakak kelasnya yang satu ini. Dia ngajakkin Kinara kenalan?

Dian menatap bingung cewek di depannya yang justru diam sambil menatap tangannya yang terulur.

Mencoba menyadarkan, Dian melambai lambaikan tangannya di depan wajah cewek itu. "Hei!" panggilnya.

"Hah? Apa?" tanya Kinara sesaat cewek itu sadar kembali.

"Hobi lo ngelamun ya? Daritadi gue ajak ngomong lo tiba-tiba diam kaya gini. Awas kerasukan lho," katanya bercanda.

Kinara memasang senyum manisnya. Tanpa rasa ragu, Kinara pun membalas uluran tangan cowok itu. "Ki-Kinara Kak."

Sebelum Kinara menarik tangannya kembali, dia sempat melihat Dian tersenyum tipis padanya.

"Maafin perlakuan teman gue ke lo ya,"

Kinara menatap bingung orang di depannya. Teman? Maksudnya Artha?

"Maksud Kakak, Kak Artha?"

Dian mengangguk. "Dia orangnya emang begitu. Galak, suka sinis gitu ke orang yang gak dikenal. Tapi sebenarnya anaknya baik dan juga asik banget kok,"

What? Baik? Kalau sudah begitu, darimana sosok baiknya coba?

Kinara tersenyum memaksa. Jadi Dian ini merupakan salah satu teman Artha. Dari kesimpulan yang ia dapat, sosok Dian pasti jauh berbeda dengan Artha.

Kinara's Diary ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang