21 September 2016.
Hari ini hari Jum'at. Sudah beberapa hari Kinara memboloskan diri untuk mengikuti ekskul dance-nya akibat pelatihan olimpiade yang akan dimulai sekitar 5 hari lagi. Mungkin jika dihitung dari tahun ajaran baru, sudah 3 kali Kinara membolos ekskulnya yang satu ini. Padahal jika dibandingkan dengan ekskul vokal, Kinara lebih banyak menghabiskan waktunya di ekskul vokal tersebut.
Kinara masuk ke ruangan serba dingin yang lantainya dilapisi oleh karpet tebal bewarna hijau. Disetiap sudutnya disediakan bantal sofa. Terlihat sangat nyaman jika sedang berada di ruangan itu. Jauh lebih nyaman dibandingkan ruangan UKS yang hanya bermodalkan brankar saja jika untuk beristirahat.
"Lo Kinara kan?".
Pertanyaan seseorang itu, sukses membuat langkah Kinara terhenti dan menatapnya.
"I-iya kak".jawabnya gugup.
Bagaimana tidak, ini adalah kali pertama Kinara menginjakkan kakinya di ekskul dance. Padahal dia sendiri yang ingin masuk di ekskul ini, tapi nyatanya dia seperti seseorang yang terpaksa masuk di ekskul ini.
"Sejak hari pertama, kenapa lo gak pernah masuk? Bahkan hari pengenalan pun, lo juga gak pernah masuk. Lo kemana sih selama ini?". Sally--sang pengajar ekskul tersebut yang notabenenya alumni PW setengah perempuan setengah laki laki itu memandang Kinara tajam.
Kalau gue bohong, gak kelas banget ntar. Gue kan paling gak bisa bohong. Batin Kinara.
"E-eh.. i-itu kak.. sa--". "Lama! Gue tau lo selama ini lebih mentingin ekskul vokal lo itu. Kalau lo emang milih dua ekskul, harusnya lo sportif sama kedua duanya. Sekarang lo malah berpihak ke satu ekskul dan ekskul lainnya, lo biarin gitu aja".
Kinara menunduk. Ini kali pertamanya dia mendengar staf pengajar ekskulnya, terlihat sangat marah saat tau Kinara tak pernah masuk di ekskul tersebut. Oh jangan lupa kalau ini kali pertama Kinara bertemu dengan Sally.
Melihat Kinara yang sama sekali tak bergeming, membuat Sally menghembuskan nafas kasar.
"Yasudah. Sebagai hukumannya, lo bawa buku buku ini dan lo letakkin di kelas 12 IPS 1".
Kalau itu hukumannya, gampil mah. Eh tapi.. ITUKAN KELASNYA KAK ARTHA!! Teriak Kinara histeris walau Sally tak dapan mendengarnya.
"Lah kak, kenapa harus ke kelas itu sih? Gak bisa apa ke kelas sebelahnya? IPS 2 kek atau gak IPS 2, 3, 4 dan kawan kawan gitu?!".
Kinara memasang tampang tak sukanya dan dibalas Sally dengan tatapan super tajam. Mau tak mau, Kinara terpaksa dan jujur, dia tidak bisa ditatap seperti itu hanya karena membuatnya merasa takut.
"Gak ada hukuman lagi Kinara! Lo mau panas panas begini gue tenggelamkan di Samudera Pasifik?!".ancamnya lebay.
"Buset dah kak, yang bener aja dong ancamannya".kata Kinara tak terima.
"Udah jangan ngebantah! Bawa buku buku ini ke 12 IPS 1".
Daripada harus ditelan hidup hidup atau bahkan ditenggelamkan di Samudera Pasifik, Kinara tepaksa menerima. Dia mengambil setumpuk buku itu lalu dibawanya menuju koridor kelas 12 letak dimana kelas yang akan ditujunya berada. Hingga sampai di ambang pintu, Kinara menghentikan langkahnya. Kinara terlihat ragu memasuki kelas para seniornya itu. Bagaimana tidak, ini baru pertama kalinya Kinara mendatangi kelas 12. Bagaimana jika misalkan Kinara masuk ke dalam, dan dia dilecehkan oleh para seniornya terutama Artha?
Tapi untuk Artha, sangat mustahil mengingat beberapa hari ini pria itu begitu baik padanya. Hingga Kinara sadar kalau Artha seperti memiliki sifat kepribadian ganda. Kinara menarik nafasnya dalam dalam. Bagaimana pun juga, dia tidak boleh mengulur ulur waktu karena sebentar lagi pasti Sally akan memulaikan ekskulnya. Dengan langkah mantap, Kinara kembali masuk ke dalam kelas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinara's Diary ✔
Teen FictionBerkat beasiswa yang diterimanya, Kinara akhirnya berhasil masuk di salah satu SMA swasta yang menjadi sekolah favoritnya sejak dulu. Awalnya Kinara mengira masa-masa SMA-nya akan berjalan dengan lancar sesuai dengan impiannya. Namun sejak dia berte...