Bab 8 : Hari Pertama Tanpa Sekolah

62.6K 3.4K 13
                                    

[Buat kalian yang mau tau tentang seputar cerita Kinara's Diary atau sequel atau ceritaku yang lain-lain, kalian bisa follow aku di instagram @claxiee.rouse. Disana aku bakalan update seputar cerita-ceritaku❤]

●●●

Apa yang akan kalian lakukan jika kalian sedang tidak pergi ke sekolah? Melanjutkan tidur pagi kalian dengan nyenyak kah? Atau mengisi libur kalian dengan berjalan jalan keliling Ibukota? Mungkin remaja pada umumnya akan senang jika disuruh untuk tidak pergi ke sekolah. Karena apa? Tujuan mereka ke sekolah sebagian besar bukan untuk belajar. Melainkan untuk sekedar bertemu teman dan mencuri curi pandang terhadap seseorang yang disuka.

Tapi tidak bagi Kinara. Mengetahui Kinara tak bisa lagi untuk dapat pergi ke sekolah, dirinya sangat sedih. Bagaimana tidak? Sekolah adalah tempat menggali ilmu bagi Kinara dan gadis itu tak akan menyia-nyiakannya begitu saja. Kinara tidak pernah sekali pun absen dalam belajar. Terbukti sejak bangun tadi pagi, Kinara langsung mengambil buku buku cetak bekas sekolah lamanya atau Pelangi Winanta tepat dimana Artha menendangnya begitu saja. Meski dia tak dapat masuk ke sekolah itu lagi, setidaknya Kinara tak akan ketinggalan soal ilmu.

Meski sedih bercampur gelisah sedang menghantuinya, tetapi Kinara takkan berputus asa. Masa hanya karena Artha yang tega menendangnya begitu saja dari sekolah favoritnya, Kinara harus terus bersedih dan merenungi nasib menjadi anak pinggiran yang haus akan sekolah. Gak. Kinara bukan seperti itu. Dikeluarkan dari sekolah bukan berarti dia tidak dapat belajar lagi kan?

Bang Ucok, teman sekaligus orang yang selalu berada di dekat Kinara setiap saat hanya bisa mendengarkan dan menyayangkan semuanya. Rasa amarah dan rasa kesal berpadu menjadi satu begitu mendengarkan cerita Kinara karena tak sengaja kemarin bang Ucok sempat melihat Kinara nangis tak karuan di kamar kos-nya. Karena penasaran, bang Ucok pun bertanya. Saat Kinara menjelaskan semuanya, bang Ucok bertanya tanya pada dirinya sendiri.

Siapa itu Artha?

Ya, bagaimana pun juga Kinara sudah dianggap adik sendiri oleh bang Ucok. Dia tidak mau orang yang disayanginya disakiti oleh seseorang termasuk Artha. Sampai saat dia bertemu Artha nanti, bang Ucok akan meminta pertanggung jawaban atas semuanya. Gak, bang Ucok bukan ingin memukul laki laki itu. Hanya saja dia ingin menasihati Artha agar dia sadar dengan perilaku kasarnya terhadap Kinara.

Kinara sibuk memandangi soal matematika yang susahnya naujubillah untuk ukuran anak remaja seperti dirinya. Kinara yang memang memiliki otak pas pas-an pun mencoba untuk berpikir lebih jauh lagi agar dia bisa menyelesaikan soal matematika meskipun hanya menyelesaikannya sebanyak satu nomor saja. Yang penting Kinara bisa dan mengerti.

Namun, kefokusannya buyar saat sebuah getaran muncul di ponsel bewarna hitam miliknya. Penasaran, Kinara segera mengecek siapa seseorang yang berani menganggu ketenangannya dalam belajar.

Unknown number..

Kening Kinara mengkerut saat sebuah nomor tak dikenal muncul di layar ponselnya. Setaunya, tidak pernah sekali pun ada nomor yang tak dikenal meneleponnya. Dan nomor telepon Kinara hanya diberikan kepada orang orang tertentu seperti bang Ucok. Tapi.. kenapa bisa ada nomor tak dikenal masuk ke ponselnya?

Penasaran, Kinara mengangkatnya dan gadis itu dapat mendengarkan suara deru angin terdengar dari seberang sana.

"Halo? Maaf ini siapa ya?".tanya Kinara sopan meskipun nomor itu adalah nomor orang tak dikenal.

"Ini gue Ralisha! Lo tau gue kan?".

Hah?

"Ralisha?".

"Iya Ralisha! Mck, masa lo gak ingat gue sih? Itu lho yang gue ketemu lo di toilet".

Kinara mencoba mengingat kejadian kemarin. Ya, setiap kali ke toilet Kinara pasti akan bertemu teman teman perempuannya. Dan sudah pasti bukan hanya satu.

Kinara's Diary ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang