Bab 21 : Tampilan Dadakan

47.4K 2.5K 28
                                    

19 September 2016.

Artha masuk ke dalam ruang kepsek tanpa mau mengetuk pintunya dari luar. Karena malas menunggu, Artha langsung masuk dan duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan pak Firman.

"Lo ya, asal masuk aje. Bukannya ngetuk dulu".geturu pak Firman disertai dengan logat Betawinya.

"Kelamaan pak kalau ngetuk dulu".kata Artha.

Pak Firman melepas kacamatanya dan menatap Artha. "Apa masalah lo?".

"Soal field trip untuk minggu yang akan datang nanti".katanya.

"Hah iya? Kenapa?".

"Saya mau biaya field trip untuk Kinara Diandra Raizanty murid kelas 10 IPA 3 digratiskan pak".

Seketika, pak Firman terkekeh pelan mengundang tanda tanya bagi Artha.

"Kenapa tiba tiba lo bilang kaya gini? Setau gue lo benci deh tuh sama tuh cewek. Dan sekarang lo nolongin gadis itu supaya biaya field trip-nya digratiskan".sahut pak Firman.

Artha memandang datar pak Firman. "Udahlah pak gausah bahas yang itu. Tinggal digratiskan apa susahnya sih?".

Pak Firman memijat pelipisnya. "Gue gak bisa jamin bisa meng-gratiskan biaya field trip Kinara. Karena itu harus disetujukan dengan pihak atasan, bokap lo".

"Kenapa harus ayah saya pak?".

Kali ini, pak Firman ikut memasang tampang datarnya. "Dia yang ngerencanain acara ini dan masalah biaya diserahkan ke bokap lo. Masa lo gak tau sih?".

Jangan karena Ali adalah ayahnya sekaligus pemilik sekolah itu membuat Artha mengetahui hiruk piruk urusan sekolahnya. Bahkan Artha tidak pernah perduli dengan semua itu dan pastinya, tidak pernah tau kalau selama ini ayahnya yang membuat acara itu.

"Saya memang gak tau pak. Tapi please.. saya mohon pak". Raut wajah Artha seketika melemas.

Pak Firman mendecih. "Ekspresi lo, geli gue". Dengan satu tarikan nafas, pak Firman kembali menyahut. "Gue gak bisa bantu dan kalau emang lo mau gratisin biaya field trip Kinara, lo harus ngomong langsung ke bokap lo".

Artha terdiam namun dia ikut membenarkan. Bagaimana pun juga, Artha harus meminta izin kepada ayanya karena Ali yang merencakan semua ini. Artha yakin, pasti Ali bakal mengizinkannya terlebih lagi Ali mengenal siapa itu Kinara. Namun tidak dengan kehidupan Kinara yang gak diketahui Ali.

"Yaudah kalau gitu saya balik ke kelas dulu pak".

Setelah melihat anggukan pak Firman, Artha berlalu dari ruangan itu menuju kelasnya.

Sepanjang koridor, tak henti hentinya para murid dari kaum Hawa sampai kaum Hawa menatap Artha kagum. Artha sudah biasa dengan tingkah laku para murid di sekolah itu, jadi ya dia menanggepinnya biasa saja. Toh apa yang harus dibanggakan dari dirinya?

Seketika, para murid berlarian menuju utara membuat Artha bingung sendiri. Baru saja kakinya hendak melangkah memasuki kelas, Dian terlebih dahulu menahannya.

"Kita disuruh ke lapangan sekarang".sahutnya membuat Artha semakin bingung.

"Ada apaan emang? Upacara? Kan udah".kata Artha dengan nada polosnya.

Gilang memutar kedua bola matanya malas sedangkan Fandy mendengus.

"Tadi lo habis dari ruang kepsek kan?".tebak Fandy sepenuhnya benar.

"Kok lo tau?".

"Gak penting mau tau darimana. Masa pak Firman gak ngasih tau lo tadi".

Lagi, Artha bingung sendiri tak mengerti dengan maksud ucapan Fandy barusan.

Kinara's Diary ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang