Sedari tadi, Fandy menyadari perubahan sikap Artha yang mendadak berubah. Biasanya jika diajak main psp atau beradu sepak bola dalam ponsel masing masing, tak jarang Artha menolak. Malahan cowok itu yang paling semangat jika diajak bertarung lawan dengan mereka semua.
"Gue kesana dulu," Tanpa menunggu jawaban, Fandy berjalan ke arah balkon kamar hotel tersebut. Dilihatnya Artha yang sedang sibuk membaca sebuah buku.
Fandy mengerutkan kening. Sejak kapan Artha jadi rajin baca buku? Oke katakanlah Artha termaksud cowok pintar di kelasnya. Tapi untuk membaca buku saat hari libur tiba, Artha tidak pernah melakukannya dan ini kali pertamanya.
"Baca buku apaan lo?" Pertanyaan yang dilontarkan Fandy membuat Artha sepenuhnya terkejut. Hampir saja buku itu terjatuh jika dia tak menahannya.
"Ngagetin aja," gerutu Artha. Cowok itu meletakkan buku diary milik Kinara di atas meja yang berada di balkon tersebut.
"Kinara," Fandy mengucapkan satu nama yang tertera di atas buku berwarna coklat itu. "Ini buku Kinara?" tanyanya kemudian.
Artha membuang mukanya dari Fandy lalu mendengus. "Iya."
"Kok bisa ada sama lo?"
Lagi, Artha kembali mendengus. "Ketinggalan di pesawat tadi." jelasnya begitu logis.
"Ini diary-nya Kinara dan lo secara gak sopan ngebaca isi dalamnya? Lo tau kan ini privasi dia?" Fandy tak bisa percaya kalau ternyata, sahabatnya ini telah membaca sebuah buku yang isi dalamnya merupakan sebuah privasi yang tak patut untuk dibaca oleh orang asing.
Bagaimana bisa Artha membacanya? Bahkan, meskipun Fandy juga ikut penasaran dengan buku itu, dia masih tahu diri untuk membacanya. Tak menyangka jika ternyata, Artha suka membaca privasi orang.
"Gue penasaran." singkatnya dengan nada tak minat.
"Tapi lo harus tau kalau ini privasinya Kinara, kalau dia tau lo udah baca privasi dia gimana?"
"Ya makanya jangan sampai dia tau! Gue juga bakalan hati hati kali bacanya!" Suara Artha meninggi, membuat Dian dan Gilang yang masih asyik beradu games menghampiri keduanya.
"Ada apaan sih?" tanya Gilang melihat raut perubahan wajah dingin pada kedua sahabatnya.
Baik Artha maupun Fandy, tak ada yang mau menjawab. Hingga Dian berjalan mendekati meja yang diatasnya terletak sebuah buku. Dian ikut membaca sebuah nama yang tertera di atas sampul buku tersebut.
"Jangan bilang kalau lo--" "Gue udah baca." potong Artha.
Dengan sukses, Dian dan Gilang melototkan matanya.
"Sumpah, ini kan privasinya Kinara," kata Dian dengan nada tak percayanya.
"Lebay lo semua!"
Tanpa memperdulikan ketiganya, Artha berjalan masuk ke dalam dengan wajah ditekuk. Tak lupa dia juga membawa buku diary milik Kinara itu. Berniat mengembalikan kepada pemiliknya. Dan Artha memang sudah sadar sejak pertama kali mereka menginap di hotel itu kalau kamarnya dengan kamar Kinara berada bersebelahan.
Tok tok tok..
Ketukan pertama yang dibunyikan oleh Artha berhasil membuat tiga perempuan yang berada di dalam kamar tersebut terperanjak dari posisinya duduk. Kinara sedang duduk di atas sofa sambil membaca majalah, Ralisha yang sedang duduk bersandar pada bahu tempat tidur dan Alenia yang sibuk dengan ponselnya dan duduk bersandar di sebelah Ralisha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinara's Diary ✔
Teen FictionBerkat beasiswa yang diterimanya, Kinara akhirnya berhasil masuk di salah satu SMA swasta yang menjadi sekolah favoritnya sejak dulu. Awalnya Kinara mengira masa-masa SMA-nya akan berjalan dengan lancar sesuai dengan impiannya. Namun sejak dia berte...