"Ka, gua punya cerita horor," Ucap Karen tiba - tiba yang duduk disamping Karel. Kakak perempuannya itu sedang memakan sepotong pizza yang baru saja ia ambil dari kotaknya. "mau denger gak?"
Sambil mata masih terfokus pada layar TV LCD empat puluh dua inci, Karel memasang kupingnya lekat-lekat. menunggu Karen yang masih duduk di bangku SMP itu mulai bicara. "apaan sih?"
Karen dengan ekspresi seriusnya, mulai membuka pembicaraan. "Besok," ucapnya sengaja menggantung sambil berpindah posisi menghadap Karel yang duduk di sampingnya.
Karel ikut menyerongkan badannya menghadap sang adik. dilihatnya ekspresi Karen yang sudah ngeri tersebut.
"Besok," ulangnya. "Senin." Karen melanjutkan ucapannya sambil mengambil sepotong pizza di atas meja.
tak ter-elakan lagi, ekspresi Karen berganti menjadi jengkel sedetik setelah ucapan yang dilontarkan Karen. "iye bacot, gua punya kalender"
Karen menggigit pizzanya sambil menadahi bawah bibirnya. seakan takut kalau potongan daging di pizzanya jatuh berantakan.. "biasa aja bego, kesel gitu." Sahutnya.
Karel membulatkan matanya. Bersiap ingin melempar bantal kecil yang berada di sofa. Namun sedetik kemudian, kepalanya terasa pening. Ia lupa kalau ada PR matematika dari pak Sayuti yang harus di kumpulkan besok pagi. "anjir, lupa gue ada PR MTK."
karen tertawa. wajahnya terlihat puas melihat derita dari sang kakak. "jiahhhh, abis jatoh ketimpa tangga."
Karel menatap Karen sinis. namun sepersekon kemudian, matanya menangkap jam dinding yang berjarak beberapa meter di depan. Ternyata sudah jam delapan. Dengan ekspresi setengah kaget, Karel langsung bangkit dari sofa dan bergegas naik ke tangga menuju kamarnya.
Awalnya ia hanya akan duduk disini sampai jam tujuh. Namun ia juga tidak habis fikir kenapa ia bisa berdiam diri hingga lebih dari satu jam dari rencana awalnya untuk belajar.
"kayaknya, besok ada yang kena hukum lari keliling lapangan nih!" Teriak Karen dari arah bawah sambil mengganti televisi show lain di televisi di depannya.
"Berisik lo Ren."
Begitu sampai di kamarnya, Karel langsung mengunci pintu. Takut Adiknya masuk dan merusuh.
Diambilnya tas kanvas berwarna merah marun yang terletak di meja belajarnya. Kemudian dengan wajah cemberut, Karel mengeluarkan alat tulis serta dua buku tulis. Satu buku untuk latihan soal, dan satunya lagi untuk rumus. ya, buku rumus itu yang paling penting bagi Karel. seperti hidup dan matinya ada di dalam buku tersebut.
seharusnya, Karel mengambil buku paket yang tebalnya melebihi novel Harry Potter di perpustakaan. buku itu mempunyai berat satu kilogram dan tebal halaman sebanyak dua ratus lembar. alasan kuat Karel tidak ingin mengambil buku tersebut adalah, guru matimatikanya, Pak Sayuti; Pak Say, selalu meminta murid-muridnya untuk mencatat ulang semua rumus yang ia ajarkan. jadi sebenarnya, kitab mujarabnya adalah buku tulis berisikan rumus itu yang menjadi pegangan hidup. bukan buku paket matimatika seberat satu kilogram yang di pinjam dari perpustakaan.
gerakan tubuh Karel dapat menunjukan kalau anak itu setengah iklas, setengah ingin bunuh diri, pasalnya, PR-nya malam ini adalah logaritma. dengan menarik nafas panjang, Karel menarik kursi belajarnya dan duduk di sana. mencoba menyelesaikan tugas terbaik-nya
well, Karelasta Evanya Lazuardi adalah seorang pelajar SMA tingkat dua belas di Jakarta yang sebentar lagi akan berhadapan dengan UN; Uji Nyali, dalam kurun waktu kurang dari enam bulan. Seperti anak kelas dua belas lainnya, Karel masuk kelas tambahan di sebuah privat les terkenal dengan biaya paket manis full satu tahun untuk beberapa mata pelajaran yang akan di-ujian nasional-kan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stranger From Chatous
Humor(SEDANG DI-REVISI) Karel itu anak kelas dua belas yang bentar lagi lulus. Ketemu Kevin dari aplikasi berlambang planet jupiter itu kayanya bikin Karel harus sabar-sabar hati. Karna bukan cuma Kevin yang terlibat disini, tapi Aldo juga. Aldo itu si t...