27. Gloomy

3.1K 318 4
                                    

Aldo berjalan sambil memainkan ponselnya. Ia fokus pada grup chatnya di Line ketimbang harus meladeni Karel yang sedang menggerutu di sampingnya. Mereka berdua sudah sampai di bandara.

Sejak kejadian pagi itu dengan Kevin, Karel sama sekali tidak berbicara dengan Aldo meskipun hanya satu patah kata. Kurang lebih sudah hampir lima hari mereka belaga seperti orang yang saling tidak kenal padahal mereka duduk dalam satu meja.

Aldo tau kalo Karel marah dengannya. Tapi pria itu tidak mau mencoba untuk meminta maaf atau apapun itu. Karna jujur saja, Aldo takut kalau perasaannya kepada Karel benar - benar nyata jika mereka harus saling berkomunikasi satu sama lain.

Karel mengecek arloji yang berada pada pergelangan tangan kanannya sambil berjalan cepat. Begitu tau kalau mereka akan telat sampai di bandara, gadis itu langsung menghujam telinga Aldo dengan rentetan kata - kata karna satu malam sebelumnya, Karel sudah memperingati Aldo untuk tidak tidur terlalu malam.

Anak perempuan itu hanya mengirimkan chat singkat dari line dan hanya dibaca oleh Aldo. Namun anak laki - laki itu baru membalas pada pukul dua dini hari karna sibuk memainkan xbox-nya.

"Lo kan semalem udah gue Line. Di bilanginnya batu sih." Pekik Karel yang berjalan beriringan dengan Aldo.

Yang diajak bicara sibuk mengetik balasan untuk Mamat. Tapi mulutnya terbuka. Bersiap untuk menjawab. "Yahh, mana gue tau kalo tadi pagi bakalan bangun telat." Jawabnya sambil sesekali melihat kearah depan.

Karel gemas dengan anak laki - laki itu. Gara - gara Aldo telat datang, sekarang mereka baru sampai satu jam dari jadwal landing pesawat yang di tumpangi Ferdi.

Anak gadis itu berjalan lebih cepat sepuluh langkah dari Aldo yang -bukannya cepat malah memainkan ponselnya.

Sekarang mereka sudah sampai di terminal dua. Dan Aldo bukannya tidak peduli dengan keterlambatannya. Tapi anak laki - laki itu hanya mencari cara agar Karel berhenti mengomelinya. Maka dari itu, ia fokus dengan ponselnya namun dengan titik fokus masih pada Karel.

Aldo hendak mengunci ponsel namun jari jempolnya tidak sengaja menekan ikon jam yang berarti menuju beranda akun Linenya. Ia berdecak namun di detik selanjutnya, ia memberhentikan langkahnya sambil membuka mata lebar - lebar. Dan dengan cepat, jarinya membuka salah satu berita hari ini yang berseliweran di berandanya. "Anjir demi apa?!"

Mata Aldo langsung menatap kearah depan dan berlari mengejar Karel.

*****

Karel sudah terduduk lemas di kursi tunggu dekat dengan pintu kedatangan. Bukan cuma dirinya yang berharap - harap cemas, namun puluhan orang lain yang seharusnya sudah bertemu dengan keluarga atau kerabat yang mereka jemput sejak satu setengah jam yang lalu, juga masih menunggu kepastian akan nasib dari orang yang mereka kasihi.

Aldo memegang erat kedua telapak tangan Karel yang sudah dingin dan gemetar tersebut. Ia tidak sama sekali mengambil posisi di samping Karel. Laki - laki itu sekarang berada di hadapan gadis itu dengan posisi berjongkok dengan kaki kiri di jadikan tumpuan. Matanya tidak mau lepas sedikit pun dari gadis yang mulai memucat tersebut.

Ia tidak ingin berkata apapun sejak ia menahan tubuh Karel yang hampir jatuh tersungkur ke tanah saat mendengar pesawat yang di tumpangi Ferdi mengalami kecelakaan.

Menurutnya, Memegang kedua tangan perempuan itu lebih baik ketimbang harus mengucapkan kalimat seperti tenang Rel, bokap lo akan baik - baik aja atau sabar Rel, lo harus kuat. Padahal kenyataannya, kata - kata itu tidak sama sekali membantu dan hanya omong kosong belaka.

Stranger From ChatousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang