42. Poison

2.9K 229 19
                                    

"Nih orang ngomong apaan sih?" Mamat dengan kerutan di dahinya terus mencerna kata perkata dalam lagu terbaru Awkarin saat Radit dan Aldo mengalihkan perhatian mereka pada Mamat.

Ketiga anak itu sedang berada di rumah Radit. Aldo yang duduk di sofa di belakang Mamat, hanya bisa berdecak sambil geleng-geleng kepala. Sudah lima kali Mamat memutar ulang lagu tersebut di Youtube. Membuat kedua sahabatnya ingin melempar laptop yang digunakan Mamat.

"Mat, lo gada kerjaan lain gitu?" Tanya Aldo sambil memasukan kacang ke dalam mulutnya.

Mamat dengan cepat mengintruksi Aldo. Sambil mengarahkan jari telunjuknya ke belakang, Mamat bersuara. "Sutttt, gua lagi kena dare nih buat nyari visi misi lagunya Awkarin."

Radit menoyor kepala Mamat dari belakang hingga kepala Mamat hampir menyentuh layar laptopnya. "Ngaji sono lu!"

Mamat menoleh ke belakang. Kilatan matanya di buat sedramatis mungkin. "Jahat lo ya sekarang sama gue." Mamat menatap Radit yang terlihat jijik. "Aldo selingkuh, lo selingkuh. Semuanya aja selingkuh dari gue."

"Uhhh tayank." Aldo mendekap Mamat dari belakang hingga sahabatnya itu bergidik ngeri.

"Woi lu kalo frustasi, jangan ngelampiasin ke gue juga, kampret!" Mamat berdiri dan mundur beberapa langkah. Menjauhi Aldo.

"Sayang, kok kamu galak sih sekarang?"

Radit melempar bantal tepat ke wajah Aldo sambil tertawa. "Jauh-jauh lo sana dari gue!"

Kini Aldo menatap Radit sambil memperhatikan kedua bibir Radit yang kemerahan. Sambil memainkan bibirnya, Aldo terus memperdalam tatapannya.

Radit yang sadar akan hal itu pun langsung berdiri sambil bergidik ngeri. "Anjing! Serem bego lo!"

Aldo tertawa sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. "Yaela, gua kalo homo juga milih-milih kali! Gak mungkin yang kaya lo berdua."

"Terus kaya siapa? Kaya Kevin? Hahaha." Radit tertawa puas begitu melihat wajah Aldo berubah drastis saat nama itu disebut.

Sudah dua minggu ke belakang, nama itu tidak pernah disebut lagi. Namun hari ini, ia harus mendengarnya lagi. "Garing lo." Aldo menjawab dengan ketusnya. Kemudian ia mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Mengecek satu persatu pesan di line.

Radit kembali duduk di samping Aldo, sedangkan Mamat duduk di sofa lain yang berada di sebelah kanan Aldo. "Eh masa ya, si Vania ngajakin gua nonton Dear Nathan dah." Radit berbicara dengan Mamat.

Mamat menaikan kedua alisnya. "Adek kelas yang ngeduplikatin kunci loker lo itu?"

Radit mengangguk. Beberapa hari yang lalu, Radit selalu heran saat membuka lokernya. Disana selalu ada bekal makanan serta secarik kertas penuh dengan syair. Ia sempat bingung, pasalnya kunci lokernya sempat hilang dan tiba-tiba kembali.

Dan ternyata, adik kelas yang naksir berat dengan Radit lah pelakunya. Hingga Radit minta pindah loker pada bagian tata usaha sekolah.

Tiba-tiba pintu rumah Radit terbuka. Dan kurang dari dua menit, sosok Attaya sudah nampak di depan ketiga anak itu. Sambil membawa kantong plastik berwarna putih, Attaya tersenyum sumringah.

"Eniwan, gue hari ini lagi seneng!!!" Attaya langsung berlari kecil dan meletakan plastik putih berisi makanan ringan ke atas meja. Gadis itu langsung menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada.

Sejak kepindahannya ke Harapan Bangsa dua minggu lalu, Attaya memang jadi dekat dengan Aldo serta kawan-kawan. Hal itu sempat membuat Attaya di benci hampir oleh seluruh anak perempuan di angkatan. Tapi Attaya tak peduli.

Stranger From ChatousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang