45. Between Pass And Future

2.1K 190 16
                                    

Karel menatap lurus ke depan. Tatapannya kosong namun otaknya bekerja keras untuk tetap sadar.

Kevin duduk di sampingnya. Ia tidak bisa melakukan banyak untuk membantu. Karel pasti shock melihat kejadian tadi tepat di depan matanya. Tante Farah belum datang. Mungkin sedang terjebak macet.

Pintu ruangan Aldo terbuka. Dokter dan suster yang menangani Aldo terlihat serius. "Ada orang tuanya?" Tanya dokter laki-laki.

Karel bangkit. Kepalanya menggeleng saat ia sudah berhadapan dengan dokter tersebut. "Belum sampai, Dok." Karel mengatur nafasnya. Takut kalau kabar dari sang dokter tidak memenuhi ekspektasinya. "Jadi, bagaimana keadaan Aldo?"

"Pukulan di kepalanya sangat kencang," ucap sang dokter. "Saya ingin bertanya pada orang tuanya, apakah kejadian ini juga pernah terjadi dulu?"

Karel terdiam. Mencoba mengartikan ucapan dari sang dokter.

Tak lama, Farah datang sambil berjalan cepat. Wajahnya sudah panik.

"Tante Farah," panggil Karel begitu Farah sudah sampai di hadapannya. Ia langsung memeluki ibu dari -masih belum pacarnya tersebut.

Farah menyambut pelukan Karel. Ia menatap Kevin sekilas yang melemparkan seulas senyum kecil. Lalu matanya beralih pada dokter di hadapannya. "Dok, bagaimana keadaan anak saya?"

Sang dokter menarik nafasnya pelan. "Kita perlu bicara," ucapnya. "Mari ke ruangan saya."

Farah mengangguk. Ia melepaskan pelukan Karel. "Tunggu sebentar ya, sayang."

Karel mengangguk. Ia mundur dan mensejajarkan diri dengan Kevin yang berdiri di belakangnya. "Sus, saya belum bisa masuk ya?"

Sang dokter sudah pergi bersama Farah. Itu sebabnya Karel bertanya pada suster yang hendak meninggalkan ruangan Aldo. "Sudah, tapi pasien masih belum sadar efek obat bius. Jadi, Lebih baik tiga puluh menit lagi baru masuk." Sang suster tersenyum lalu meninggalkan Karel bersama Kevin.

Kevin yang sedari tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Mendingan kita tunggu tante Farah aja, gimana?"

Karel mengangguk. Mereka berdua kembali duduk di kursi tunggu. Selang beberapa menit, Farah datang kembali. Ekspresinya terlihat normal. Namun bisa di bilang biasa saja, seperti tidak ada yang terjadi pada Aldo.

"Tan, gimana?" Tanya Karel.

Farah ikut duduk di samping Karel. Ia melirik ke arah Kevin sebentar. Seakan mengerti akan pesan non-verbal yang disampaikan Farah, Kevin membuka suaranya. "Tante, Karel, kayaknya saya harus ke toilet. Mungkin habis dari sana saya akan mampir ke kantin. Ada yang mau nitip kopi atau makanan ringan?"

Farah tersenyum sambil menggeleng. "Enggak, makasih hmm.."

"Kevin, tante."

"Iya Kevin. Enggak, makasih ya." Farah masih tersenyum.

Kevin mengangguk mengerti sambil bangkit. "Lo, Rel?"

"Nah im okay." Karel mendongakan kepalanya agar bisa melihat Kevin yang menjulang tinggi di sampingnya.

Kevin mengangguk, kemudian ia pergi.

Kini hanya tinggal Farah dan Karel. Mereka berhadapan. Mata Farah mencoba mentransfer rasa keibuannya pada Karel walau ia akan menceritakan sesuatu yang berhubungan dengan masa lalu yang kelam bagi seorang Aldo.

"Begini Rel, mungkin kamu belum tau tentang ini semua," ucap Farah sambil menggigit kecil bibir bagian dalamnya. "Tapi bagaimanapun juga, kamu masuk dalam masa lalu Aldo dan masa depannya."

Karel tidak mengerti dengan apa yang diucapkan Farah. Jantungnya berdebar. Takut kalau apa yang akan disampaikan Farah adalah sebuah berita buruk tentang Aldo.

Stranger From ChatousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang