10. Tidak Terduga

4.3K 554 33
                                    

Aldo baru saja keluar dari kelas biologi dan hendak beristirahat. Hari Jumat adalah hari favoritnya. Bukan hanya pulang cepat, namun seluruh pelajaran hari ini adalah pelajaran paling berkah dari ke 4 hari lain.

"Do, kantin kuy."ajak Radit sambil merangkul pundak Aldo layaknya kebanyakan anak laki - laki pada umumnya

Aldo yang baru saja memakai tali tasnya sebelah, langsung ikut berjalan mengikuti ritme Radit.

Sambil membawakan tas Mamat yang baru saja keluar dari rumah sakit kemarin malam, Radit mulai membuka pembicaraan. "Si Mamat boleh juga ye, cuma dirawat berapa tuh? 2 harian kali ya ada? Udah masuk lagi aja. Padahal abis jatoh dari genteng rumah." Ucap Radit yang mulai melepaskan rangkulan di bahu Aldo.

Mereka sedang berjalan di koridor lantai 2 dengan santai. Nampak sebentar lagi mereka akan menuruni anak tangga ke lantai 1.

Aldo terkekeh pelan. Ia juga sebetulnya heran dengan Mamat. Kenapa bisa sahabatnya yang satu itu terjatuh dari genteng rumah. "Yaelah, namanya juga Mamat. Kalo Memet mah congean." Jawab Aldo sambil mengganti kaki kanan dan kirinya secara bergantian menuruni anak tangga

Radit pun melakukan hal yang sama sambil terkekeh. "Maksud lo memet yang di film si entong?" Tanya Radit

Aldo mengangguk sambil menoleh sebentar kearah Radit yang berada disampingnya. Mereka menutupi tangga hingga tidak ada murid lain yang dapat menyalip posisi mereka. "Yaiyalah. Memet mana lagi emang yang congean? Angling darma?"

Radit pun langsung melayangkan tangannya ke kepala Aldo. "Sa ae lo ah kang tambel ban." Ucapnya.

Mereka kini sudah sampai di lantai 1. Dan disaat yang bersamaan, saat Aldo dan Radit baru saja membelokan tubuh mereka ke arah kanan, ada Mamat yang berjarak kurang dari 1 meter sedang menggoda anak kelas 10. Entahlah siapa namanya.

Posisi Mamat sedang berhadapan dengan adik kelas yang menyandarkan diri di sisi pintu coklat depan kelas. Membuat Mamat tidak menyadari bahwa Aldo dan Radit berdiri di sisi kirinya dengan jarak kurang dari 1 meter. "Woi Mamat!" Tegur Radit dan langsung membuat Mamat menoleh kearah Radit.

"Woi Dit, Do." Ucap Mamat sambil mengangkat tangan kanannya. Mengisyaratkan untuk bersalaman seperti salam para anak laki - laki kebanyakan.

Radit dan Aldo sudah berdiri di depan Mamat yang sekarang memutar dirinya 60 derajat ke arah kedatangan mereka berdua. Sambil menyambar tangan Mamat secara bergantian, Radit mengamati adik kelas yang sekarang pandangannya terpaku pada Aldo. "Dek, jangan mau sama Mamat. Kalo jalan cuma dibayarin aqua sama pro maag." Ledek Radit.

Aldo dan Mamat pun menatap Radit bersamaan. Yang satu menatap kesal, yang satunya lagi menatap geli karna guyonan Radit.

"Ka Aldo, kalo senyum ganteng banget sih." Gadis itu tiba - tiba buka suara. Sambil memasang ekspresi memuja, gadis itu tidak sedetik pun mengedipkan matanya kearah Aldo

Ke 3 pria itu pun sekarang sedang menatap adik kelas tersebut. Aldo dengan ekspresi aneh, Radit dengan ekspresi menahan tawa, sedangkan Mamat dengan ekspresi pasrah. Pasrah karna pasti adik kelas yang sedang ia goda setengah mati akan mengejar Aldo.

"Makasih." Jawab Aldo singkat lalu kemudian Aldo merangkul kedua sahabatnya. "Dit, Mat, kantin kuy. Keburu masuk." Lanjutnya dan langsung menarik Radit dan Mamat berjalan menjauh meninggalkan adik kelas tersebut.

Setelah beberapa meter di depan, Aldo melepas rangkulan tangannya di masing - masing pundak Radit dan Mamat. "Gebetan baru, Mat?" Tanya Aldo.

Mamat menaikan kedua alisnya. "Menurut ngana? Ah, tapi bentar lagi juga nanyain lo mulu ke gue."

Stranger From ChatousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang