3. Curhatan Mamat

7K 818 177
                                    

EDITED

Aldo yang baru saja lompat pagar karna bolos pelajaran Biologi, akhirnya tiba di warung Babeh. Warung kesayangan anak-anak sepermainannya setelah warung mpok Surti.

Disana, ia sudah melihat Mamat. Sebetulnya, namanya adalah Muhammad Fatur Gifari. Tapi panggilan Mamat lebih cocok setelah dilihat dari nasibnya. Ya, nasib jomblo yang tak kunjung usai itu selalu menemani Mamat sejak kelas dua SMP.

Sebelum menghampiri Mamat yang sedang muram, Aldo masuk ke dalam warung dan memesan minum. "Beh, biasa ya," ucapnya sambil menaikan jari telunjuknya ke depan dada. " satu Taro bubble gapake bubble. Keju-nya banyakin."

Setelah itu, Aldo berjalan menuju kursi kayu panjang yang di duduki Mamat. "Manyun aje lo kaya ilang dompet." Aldo duduk berhadapan dengan temannya tersebut.

"Sepengalaman gua sih, ilang dompet masih kalah sakitnya dari ditolak gebetan." Mamat dengan ekspresi lemas serta nada bicara yang ogah-ogahan pun menjawab.

"Anjing, demi apa sih lo ditolak lagi?" Pertanyaan itu lah yang memang cocok untuk menggambarkan rasa tak percaya Aldo pada Mamat.

Pasalnya, bukan hanya sekali dua kali Mamat nembak cewek. Mungkin Delisa adalah cewek ke lima puluh delapan yang nolak sahabatnya itu.

Mamat mengangguk. Tatapannya masih ter-arah ke kerupuk kulit di depannya. "Kerupuk aja punya pendamping di dalem plastik, masa gue yang napas begini gada temen hidupnya?"

Sontak Aldo tertawa. Betapa mirisnya cowok yang satu ini. "Temen gua kesian amat ya Allah."

Mamat menatap Aldo malas. Es bubble yang baru saja diletakan Babeh di atas meja pun tak luput jadi korban. "Yang ganteng sih enak," Jawab Mamat sambil meraih es bubble Aldo dan meminumnya. "Lah gua?Kenapa sih cewek-cewek diluar sana mesti banget nyari cowok yang sempurna? Seakan mereka mesti dapet cowok most wanted yang kece-nya luar biasa. Terus sekarang, gue mesti berubah jadi Jefri Nichols dulu gitu, biar banyak yang ngejar-ngejar?"

Aldo menepuk pundak Mamat dua kali sambil menggelengkan kepalanya. "Jadi curhat dah goblok," jawabnya. "Lagian ya, saat lo bisa pdkt pake hati, gua jamin, cewek manapun nempel sama lo!"

Mamat menatap Aldo tajam. Ia sudah frustasi dengan status kejombloannya yang tak kunjung berakhir. "Eh kuda! Lo mah enak cewek mana aja nempel!

"Dikata gua lem kayu apa?"

Mamat menatap Aldo sambil berpikir. Dahinya berkerut sedikit. "Ngelucu lo?" Tanyanya. "Eh tapi ya, menurut lo gue deketin siapa lagi yak?"

Tiba-tiba Radit datang dan langsung duduk di samping Mamat. "Yaelah Mat, break dulu sih," ucapnya. "Lo gak cape patah hati terus?"

Ini dia Radit. Cowok idealis yang gak pernah mau sesumbar dengan hal yang belum pasti; contohnya masalah gebetan. "Yah anjing, lo lagi mah itu udah enak. Cewek tinggal tunjuk." Mamat menyauti ucapan Radit.

Radit meraih plastik kerupuk kulit lalu membukanya. Ia memberikannya pada Mamat. "Tolol dah, dikira milih cewek kaya milih pulpen di konter foto copyan?"

Mamat langsung menyambar kerupuk tersebut. Ekspresinya masih terlihat malas.

"Do, tadi lo kenapa sama Bu Ika?" Radit menatap Aldo yang duduk di hadapannya. Mengabaikan Mamat yang juga mengabaikannya.

Stranger From ChatousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang