28. ThrowBack

3.1K 279 12
                                    

Tangisan pecah saat sesi penguburan dilaksanakan pada pukul lima sore. Selda tidak dapat menahan kesedihannya saat tubuh Ferdi dimasukan ke dalam liang lahat. Ibu dua anak itu sampai pingsan begitu menyaksikan hal tersebut. Sementara Karen dan karel, mereka menangis sejadi - jadinya. Bedanya, Karen menangis di pelukan sahabat - sahabatnya, sedangkan Karel, menangis di dalam pelukan Aldo yang sekarang sudah mengganti bajunya dengan kemeja hitam polos serta kacamata hitam yang dibawakan Farah saat ia sampai ke kediaman Karel.

Gadis itu membenamkan wajahnya di dada Aldo sambil menyerukan panggilan biasanya untuk Ferdi. "Do, Papi." Ucapnya sambil sesenggukan.

Aldo pun hanya bisa mengusap rambut Karel sambil menggenggam telapak tangan anak itu yang seperti membutuhkan pegangan dalam hidup setelah kepergian satu - satunya pria dalam keluarganya. "Om Ferdi udah dapat tempat terbaik di sisi Tuhan Rel." Ucapnya.

Setelah pemakaman selesai, Aldo langsung mengantarkan Karel pulang. Anak laki - laki itu tidak berniat untuk mengajak bicara gadis yang terlihat lemah tersebut. Mereka hanya diam di sepanjang perjalanan.

Saat sampai di rumah, sudah ada kerabat yang berdatangan termasuk Aya dan Vanka. Mereka memeluk Karel dengan erat sambil mengucapkan bela sungkawa yang sebesar - besarnya. Aldo yang berdiri di belakang Karel hanya bisa menarik nafas. Ia merasa bersyukur bahwa kedua sahabat gadis itu menaru simpati yang besar terhadap Karel.

Sambil menunggu anak perempuan itu bersama Aya dan Vanka, Aldo berjalan mencari Farah atau siapapun yang ia kenal. Dan matanya berhenti saat ia menemukan sosok Azka yang berdiri di samping Selda. Anak laki - laki itu sedang merangkul perempuan setengah baya tersebut dengan hati - hati. Nampak Farah juga berada disana.

Dengan cepat, Aldo langsung menghampiri Kaka dan Ibunya tersebut untuk membantu Selda. Karna ia tahu kalau wanita itu sangat terpukul atas kepergian suaminya yang sangat mendadak tersebut. "Biar Aldo aja, Ma." Ucapnya sambil mengambil posisi Farah di samping kanan Selda. Anak itu mulai memposisikan lengan Selda ke pundaknya dan membantu Azka untuk mengantar wanita itu masuk ke kamarnya di lantai dua.

Sesampainya di lantai dua, Selda kembali menangis sambil meraih foto suaminya yang terletak di atas nakas putih di samping tempat tidurnya. "Sel, kamu harus relain Ferdi. Dia sudah mendapat tempat di sisi Tuhan." Ucap Farah sambil mengelus - elus punggung sahabatnya itu.

"Aku tahu Far, tapi kepergiannya sangat mendadak. Aku bahkan gak sempat melihat wajah dia dalam kurun waktu tiga bulan ini."

Aldo dan Azka hanya bisa diam di tempat masing - masing. Mereka merasa bahwa mereka harus meninggalkan Farah dan Selda berdua saja. "Tante, Ma, kayanya Azka sama Aldo lebih baik keluar dulu deh supaya kita gak ganggu." Ucap Azka yang di sambung dengan anggukan Aldo.

Farah tersenyum lembut sambil mengangguk. "Ka, kamu coba tolong liatin Karen ya." Ucap Farah. "Terus kamu Do, jagain Karel. Kasihan dia." Lanjutnya. "Pokoknya jangan kamu tinggal - tinggal."

Aldo dan Azka mengangguk mengerti. Lalu mereka permisi dan meninggalkan Selda dan Farah berdua. Mereka berjalan menuruni anak tangga beriringan namun Azka memisahkan diri saat mendapati sosok Karen di ruang tamu. Ia menepuk bahu Aldo dua kali dan bergegas menuju Karen.

Sekarang giliran Aldo yang mencari Karel. Ia tadi meninggalkan gadis itu di ruang tamu juga, namun setelah mengedarkan pandangannya ke penjuru sudut, ia tidak menemui anak perempuan itu.

Akhirnya ia berjalan mengitari rumah yang lumayan luas tersebut. Mulai dari ruang tamu hingga dapur. Tapi anak laki - laki itu tidak juga menemukan sosok Karel. Namun saat ia ingin kembali ke ruang tamu, Aldo melihat sosok Karel sedang duduk di kursi putih taman rumahnya yang cukup besar tersebut.

Stranger From ChatousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang