43. Baikan

3.2K 243 16
                                    

Dahi Karel mengerut begitu melihat sepucuk surat sudah tergeletak manis di lokernya. Surat dengan amplop berwarna kulit telur asin itu masih tertutup rapat. Ia bingung, siapa yang membuka lokernya.

Sambil menggelengkan kepalanya, Karel menyisipkan surat tersebut di dalam buku paket matematikanya. Mengingat jarum panjang sudah hampir menyentuh angka dua belas, Karel bergegas menuju kelas pak Sayuti.

Sesampainya di kelas, seperti biasa pak Say menerangkan materi yang gampang-gampang susah tersebut. Tapi bagi Karel, lebih banyak susahnya ketimbang gampangnya tersebut.

Hingga satu jam pak Say menerangkan, kepala Karel sudah mulai pusing. Dan tiba-tiba ia ingat akan surat yang ia temui tadi. Dengan cepat ia mencari surat tersebut di lembar halaman buku paketnya.

Setelah dapat, ia membuka dan membacanya dalam hati.

Kala senja senyap, gelapnya malam siap menyelimuti semesta.
Kala kamu lenyap, sebuah rasa tiba-tiba binasa.

Beda dengan malam yang masih ditemani bulan dan bintang untuk menyinari semesta, saat kamu hilang, tidak ada yang bisa menerangi hati seseorang.

Aku merindukan senja, juga pun merindukan kamu.

Akankah kamu kembali dengan warna-warni indahmu yang mampu mengisi hariku seperti senja yang mengisi langit semesta dengan warna-warni agung dari maha karya Tuhan?

Karel terkesiap, hatinya terenyuh begitu selesai membaca. Ia tau siapa pengirim surat tersebut.

Tiba-tiba suara pak Say memecah konsentrasi Karel. "Jadi Karel, apakah kamu mengerti dengan yang baru saja bapak jelaskan?"

Dengan cepat Karel menutupi surat tersebut dengan buku paketnya. Kemudian ia mengangguk menanggapi ucapan pak Say. "Mengerti pak." Untungnya pak Say tidak bertanya lebih lanjut.

Cepat-cepat Karel memasukan surat tersebut ke dalam amplop dan menyimpannya di dalam tas sebelum pak Say datang dan merebut paksa surat tersebut.

*****

Aldo berjalan di koridor sambil memperhatikan Kevin yang sedang latihan basket di lapangan. Sepersekon kemudian, matanya mencari Karel di pinggir lapangan. Tapi tidak ada sosok gadis itu. Yang ada hanyalah Attaya yang duduk sambil memperhatikan Kevin dengan sejuta rasa. Hal itu dapat terlihat jelas dari sorotan matanya yang terlihat berbinar.

Aldo menggelengkan kepala sambil menghentikan langkahnya di pinggir lapangan. Sepersekon kemudian, Aldo menyandarkan bahu kanannya di samping tiang bendera. Telapak tangan kirinya dimasukan ke saku celana.

Ia sedang berfikir bahwa akhir-akhir ini banyak hal yang terjadi. Dari mulai Valerie yang menghubunginya kembali hingga Attaya yang menyukai Kevin. Sedangkan hubungannya dengan Karel masih terombang-ambing di lautan ketidakpastian.

Kedekatan Karel dengan Kevin mampu membawa Aldo pada titik ketakutan. Akankah Kevin mengambil alih posisi Aldo di hati Karel? Lalu, bagaimana dengan Attaya? Apa yang akan ia rasakan kalau kenyataanya ia tidak akan pernah bisa memiliki Kevin? Dan Karel, apakah semudah itu menghapus Aldo dari hatinya?

Aldo membuang nafasnya kasar sambil membuang tatapannya ke bawah. Mengapa semuanya jadi terasa begitu sulit?

Tiba-tiba Radit menepuk bahu Aldo dua kali. "Kenapa lo?" Tanyanya yang sudah merangkul sahabatnya itu.

Aldo menoleh ke samping. Namun tidak membuat suatu gerakan baru. "Suratnya dibaca gak ya?"

Radit tersenyum simpul. Sehari sebelumnya, Radit meminta tolong pada Vanka untuk menduplikatkan kunci loker Karel. Awalnya, Vanka tidak ingin membantu. Namun setelah Radit jelaskan bahwa Aldo ingin mengubah situasi sulit ini, Akhirnya Vanka setuju dengan satu syarat. Syaratnya, jangan pernah Aldo menyakiti Karel lagi. Jika itu terjadi, Vanka dan Aya lah yang akan buat perhitungan langsung dengan Aldo.

Stranger From ChatousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang