23. Selesai

3.8K 337 13
                                    

Karel memposisikan jari telunjuknya di depan kaca yang membatasi kertas - kertas di papan pengumuman. Ia sedang mengecek lokasi kelasnya untuk ulangan semester ganjil yang akan di laksanakan pada hari Senin.

Jarinya berhenti naik turun ketika ia menemukan kelas yang tertera pada kolom berbagan tersebut. "Oh jadi ruang lima belas itu disamping lab bahasa anak kelas sepuluh." Ucap Karel sambil mangut - mangut sendiri.

Ia lupa dimana ruangan tersebut berada karna ada sebagian ruangan yang lokasinya tidak berurutan.

Setelah selesai dengan urusannya, Karel langsung berbalik hendak menuju parkiran menemui Pak Mus yang sudah menunggunya. Namun saat melewati lapangan basket, seseorang terdengar meneriakan namanya. "Karel!" Panggil orang itu. Sontak yang di panggil menengok ke arah kanan. Lapangan basket.

Karel menyipitkan matanya yang mungkin sekarang sudah terkena minus dikarenakan aktifitasnya yang terlalu banyak memainkan ponsel dan laptop.

Sosok itu maju hendak mendekat. Setelah tinggal beberapa meter lagi, Karel mengenali sosok berseragam basket berwarna biru dongker tersebut. "Kenapa Kev?" Tanyanya saat Kevin sudah benar - benar di depannya.

Yang ditanya melemparkan senyum sambil berkata, "lo udah mau balik?" Tanyanya.

Karel hanya mengangguk. Mengiyakan.

Anak laki - laki di hadapannya itu hanya manggut - manggut mengerti. Namun di detik selanjutnya kedua bibir Kevin kembali bergerak naik turun. "Gimana kalo ngeliat gue sparing dulu? Nanti pulangnya, gue yang anter." Sarannya sambil menggerakan sebelah tangannya.

Karel mengisap bagian bibir atasnya sambil berfikir. Setelah pulang nanti ia memang tidak punya acara lain kecuali belajar untuk mempersiapkan ulangan minggu depan. Tapi sepertinya, ia juga tidak akan langsung belajar saat pulang nanti. Paling - paling, pukul tujuh malam ia baru akan menyentuh buku - bukunya.

"Boleh." Jawab Karel yang berhenti mengisap bibirnya dan tersenyum kearah Kevin. "Bentar, gue ngabarin Pak Mus dulu." Lanjutnya lagi.

Sambil mengetik pesan untuk supirnya, Karel dan Kevin berjalan menuju lapangan. Gadis itu tidak fokus pada jalanan di depannya sehingga ia tidak sengaja menendang botol minum milik salah satu anak basket yang berbaju putih. "Eh, so-- Radit?" Ucap Karel.

Kevin yang berdiri disampingnya baru saja ingin membuka suara namun peluit sang pelatih mampu menghentikannya. "Tim biru! Ayo mulai!" Ujar sang pelatih.

Mau tak mau, Kevin harus melakukan sparing yang dibagi menjadi dua tim tersebut. Tim satu diisi oleh anak basket berbaju biru dongker, dan tim dua diisi oleh anak basket berbaju putih. Alasan mengapa Radit tidak juga ikut bangun adalah, kaki anak laki - laki itu baru saja terkilir sehingga ia harus menjadi pemain cadangan untuk sementara waktu.

"Eh, Rel." Jawab Radit yang kepalanya mendongak agar bisa melihat wajah Karel yang menjulang tinggi beberapa senti diatasnya.

Karel pun duduk disamping Radit. Mereka kini sudah agak saling mengenal sejak anak itu bersama Mamat dan Aldo membersihkan nama Karel dua minggu yang lalu dari gunjang - ganjing para murid yang menganggap Karel sama seperti para perempuan yang pernah "bermain" dengan Aldo.

Mereka bertiga beralasan kalau keempatnya -dengan Karel sedang bermain truth or dare. Yang memilih dare harus berpura - pura menjadi pacarnya Karel selama seminggu dan tidak ada yang boleh membocorkan hal itu sebelum masa hukuman habis.

"Kaki lo gapapa?" Tanya Karel yang mengedarkan pandangannya ke kaki kiri Radit yang tidak terbungkus sepatu.

Radit tersenyum sambil mengibas telapak tangannya di depan wajah. "Gapapa. Cuma sakit dikit."

Stranger From ChatousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang