Suasana hening masih belum terpecah saat Aldo dan Karel sama-sama diam. Merasakan rasa yang terpendam dan tidak bisa hilang. Ponsel yang diletakan diatas meja tidak henti-hentinya bergetar. Kevin masih mencoba menghubungi Karel. Namun Aldo menggelengkan kepalanya pelan. Memberj isyarat untuk mengabaikan Kevin.
Karel menurut. Aldo yang duduk di hadapannya masih memandangi mata Karel denan lekat. Sudah lima menit setelah perkataan Karel keluar langsung dari mulut gadis itu. Ia menunggu Aldo untuk menjawab ucapannya.
Yang ditunggu untuk menjawab hanya menatap kosong ke dalam mata Karel. Mencoba menelusup masuk, mencari titik terang dalam bola mata gelap milik Karel.
"Kalo emang lo maunya kita cuma temenan, gue bakalan ikutin kemauan lo itu." Aldo menjawab sambil mengalihkan tatapannya ke kemeja yang digunakan Karel.
Sejak Attaya mempertemukannya dengan Karel sejak satu jam yang lalu, Aldo merasa bahwa semuanya semakin sulit. Begitu juga yang dirasakan Karel. Gadis itu berusaha untuk membangun pertahanannya sendiri.
Ia tau bahwa Aldo dapat menghancurkan pertahanan yang ada di dirinya dengan sangat mudah, dan alangkah baiknya jika sekarang ia membuat batasan sampai semuanya terasa lebih baik.
Karel menarik nafasnya dengan susah payah. Ada rasa sesak yang mendominasi disana. Kedua fokus matanya ada pada Aldo. Dan kini, kedua bibirnya mulai berbicara. "Kita sulit Do, dan gue gak yakin kalo semuanya akan baik-baik aja kalo kita masih maksain untuk lanjut." Suaranya pelan. Namun terdengar penuh dengan kepasrahan.
Suasana cafe yang sepi pun mampu membuat keadaan semakin getir. Aldo tau kalau semua keputusan Karel itu punya alasan yang mendasar. Dan cukup sakit juga saat mengetahui bahwa alasan paling kuat adalah kesalahan Aldo sendiri.
Semesta tidak berbohong, semua orang pun tahu kalau keputusan Karel itu tepat. Karna untuk bersama Aldo, butuh pengorbanan hati yang kuat.
Aldo tersenyum kecut. Kedua tangannya ia posisikan di bawah meja. "Dan faktanya, gue yang mempersulit lo, gue, kita."
Karel menelan ludahnya dengan susah payah. Lidahnya seakan ingin membenarkan ucapan Aldo barusan.
Suara tarikan nafas Aldo yang terdengar dalam itu pun makin membuat suasana kelabu. Semuanya terasa abu-abu untuk hubungan mereka kedepannya. Mereka berdua sama-sama sakit. Namun satu diantara mereka merasa takut untuk terluka lebih parah. Tapi mereka tidak pernah tahu tentang dampak dari keputusan ini. Bisa saja salah satunya melepaskan karna lelah dengan keadaan, atau yang paling buruk, perasaan yang mereka miliki pudar karna waktu dan keadaan yang kaku.
Dan kenyataannya,
Mereka berdualah yang sebenarnya mempersulit hubungan itu sendiri dengan membuat kesalahan dan batasan.
"Tapi, rasa gue buat lo, akan terus lebih dari sekedar seorang teman." Dan Aldo kembali bersuara.
Karel diam. Bersusah payah untuk tidak menangis lagi. Ia tidak mau dkpandang lemah, namun ia juga bukan superwomen yang dapat menyembunyikan sisi emosionalnya di depan orang yang ia sayang. "We should make up our mind first."
"Tapi gue gak akan berhenti buat ngejar kesempatan kedua itu, kesempatan untuk kembali sama lo." Aldo menjawab dengan cepat tanpa adanya keraguan dari nada suaranya.
*****
Kevin baru saja sampai di rumahnya saat Andra datang menghampiri. Andra duduk di sofa ruang tamu kediaman Kevin yang sepi tersebut. "Vin, udah cukup."
Kevin yang sedang fokus dengan layar ponselnya pun mengerti dengan maksud yang diucapkan Andra. Benda itu langsung diturunkan dari depan wajahnya. Lalu ia menarik diri dari sandaran sofa untuk berhadapan langsung dengan Andra yang juga menatapnya. "I wanted to, but i cant."
Andra menautkan lima jari kanannya ke lima jari kirinya. Wajahnya tertunduk sambil membuang nafas. Sepupunya itu memang harus berhenti mencintai Karel. "Lo tau kan kalo gue dan Valerie dijodohin? She wasnt my ex and i played the drama in front of Karel by saying Valerie was my ex," ucap Andra kembali menatap Kevin. "and i was saying i was getting back to her when the fact is totally bullshit."
Kevin mengangguk. Ia tahu semua tentang Andra.
"Awalnya emang susah buat ngelepasin Karel begitu aja dan mulai yang baru sama Valerie," ucap Andra. "Sampe kemaren pun gue masih belum bisa. Tapi sekarang gue sadar, semuanya perlu belajar dan usaha," lanjutnya. "Gue cukup bodoh untuk benci Valerie dan gak memperdulikan dia. Tapi makin kesini, gue ngerti kalo semua ini bukan salah dia. Dia juga gak cinta sama gue, tapi mau gak mau, kita emang harus kaya gini."
Kevin mengerutkan alisnya. Ia tidak sepenuhnya menangkap ucapan Andra. Tapi sepertinya ia mengerti arah pembicaraan kakak sepupunya itu.
"Gue tau kalo lo cape dengan keadaan yang kayak gini, tapi lo mesti tau juga kalo enggak semua orang yang kita sayang akan jadi milik kita, tapi orang yang kita gak pernah duga, bisa jadi yang bakalan bersama kita."
Andra benar. Kevin lelah dengan semuanya. Lelah dengan keadaan dimana ia tidak pernah menang. Namun satu yang tidak pernah bisa ia lawan. Yaitu hatinya sendiri. Dan hatinya menginginkan Karel. Dan sampai saat ini, ia belum menemukan sosok lain selain Karel. "Gue gak yakin Dra."
"Apa yang buat lo gak yakin? Mencintai dalam diam selama 2 tahun dan gak pernah terbalaskan sampe sekarang yang buat lo gak yakin?"
"Dra -----"
"Vin, dengerin gue. Lo gak dapet apapun dari bertahan sendirian."
Kevin diam. Ia ingin menjawab. Namun kenyataannya memang pahit.
Andra berdecak. Merutuki sifat Kevin yang kelewat setia. "Lo butuh seseorang yang bisa bantu lo buat move on."
"Gue gak butuh siapapun."
"You decide."
Keduanya diam. Sama-sama punya pendirian masing-masing. Namun tak lama, Andra membuat pergerakan. "Give it a try man." Andra berdiri sambil menepuk pundak Kevin sebanyak dua kali. Berusaha meningkatkan semangat adik sepupunya itu.
Kevin masih terdiam, dan sepersekon kemudian pandangannya menuju ponselnya. Benda yang sedari tadi ia gunakan untuk menghubungi Karel. "I always worries too much to her, doesnt she feels it?"
Otaknya mulai memikirkan tentang ucapan Andra. Apa yang ia lakukan selama ini sebetulnya tidaklah berguna. Karna bagaimana pun juga, cinta bukanlah soal bertahan sendirian dan mencintai sendirian. Semuanya tentang dua orang yang saling membutuhkan dan melengkapi satu sama lain.
Mungkin dulu ia masih dungu, bodoh, atau bahkan tolol untuk mempercayai dan menyukai wanita karna pandangan pertama. Tapi sebenarnya Kevin hanya seorang laki-laki yang tulus ketika itu bersoalan dengan cinta.
Lalu, apakah harus ia menemukan seseorang yang baru dan menemukan arti cinta yang sebenernya dari orang lain? Apakah Kevin sudah yakin untuk melepaskan hatinya dari Karel atau justru, ia akan hancur jika memaksakan diri?
Karna, cinta sejujurnya sangat sulit untuk sebagian orang.
"Aku, dirimu, dirinya tak akan pernah mengerti dengan suratan. Aku, dirimu, dirinya tak rasa bila sadari, cinta takan salah." Kahitna - aku, dirimu, dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stranger From Chatous
Humor(SEDANG DI-REVISI) Karel itu anak kelas dua belas yang bentar lagi lulus. Ketemu Kevin dari aplikasi berlambang planet jupiter itu kayanya bikin Karel harus sabar-sabar hati. Karna bukan cuma Kevin yang terlibat disini, tapi Aldo juga. Aldo itu si t...