Pagi-pagi sekali Aldo sudah berada di depan gerbang rumah Karel. Ia sedang menunggu sang pujaan hati untuk menghampirinya dan pergi sekolah bersama.
"Pagi Kakak kelasku!" Aldo langsung bersuara dengan nada sok manis saat pagar rumah Karel terbuka dan gadis itu berdiri tepat di depan Aldo.
Karel menyangkutkan helaian rambutnya ke belakang telinga. Gadis itu pura-pura tidak dengar pada sapaan Aldo. "Udah sarapan?" Tanyanya.
Aldo langsung menebar senyumnya sambil menjawab. "Udah."
"Yakin?"
Aldo mengangguk. Sebetulnya ia terlalu pagi menjemput Karel. Tapi namanya juga hari pertama sekolah, jadi Aldo akan bangun sepagi apapun untuk menjemput Karel. "Yuk, berangkat." Aldo langsung melangkahkan kakinya ke depan pintu di samping kemudi. Lalu ia membukakan pintu tersebut untuk Karel.
Karel menggelengkan kepala sambil berjalan ke arah pintu. "Gak usah dibukain terus kali pintunya," ucap Karel. "Lo kan gak gue gaji." Lanjutnya sambil melewati Aldo yang berdiri di belakang pintu.
Aldo tertawa sebelum menutup pintu mobilnya. "Pagi-pagi udah lawak aje lo." Lalu pintu itu pun tertutup.
Karel mengernyitkan dahinya sambil melihat pergerakan Aldo yang memutari mobilnya. "Perasaan gak lucu deh? Apa dia doang sih, yang kaya gitu?"
Pintu kemudi pun terbuka dan dengan cepat Aldo masuk lalu menutup pintu itu kembali. "Eh, sabuk pengaman jangan lupa dipake."
Karel menatap Aldo aneh. Tumben sekali anak laki-laki itu mengingatkannya memakai sabuk pengaman. Padahal, Karel yang biasanya melakukan itu terhadap Aldo.
Sambil menarik sabuk pengaman di sampingnya, Karel berbicara. "Ada angin apa sih? Tumben banget hari ini bener."
Aldo menyalahkan mesin mobilnya dan melaju meninggalkan rumah Karel. "Apaan dah? Perasaan gue tiap hari kaya gini?"
Karel bersandar bahu. Tatapannya tepat menatap wajah Aldo yang hanya terlihat sebelah. "Yaelah, lo kan gak ada bener-benernya jadi orang. Mana mungkin bisa berubah begini?"
"Elo Rel, gue berubah jadi lebih baik malah diginiin. Parah dah parah." Aldo menyauti ucapan Karel namun matanya tetap fokus menatap jalan raya ang masih lumayan sepi pagi ini.
"Bukannya gitu Do," sahut Karel. "Gue merasa aneh aja sama lo yang sering senyum, bangun pagi, tumbenan udah sarapan, sam ---"
"Sebutin aja Rel satu-satu. Kalo perlu bikin catetan di buku nagih utang biar gue juga bisa liat."
"Apaan dah Do," Karel tertawa. Ia sekarang menjadi lebih receh karna terlalu sering bersama Aldo.
"Elo mah, gue sedang mengubah pasaran nih di depan lo," jawab Aldo. "Siapa tau nanti malem gue bisa dapet jawaban yang diharapkan."
Karel tersenyum sambil terus menatap Aldo yang baru saja melemparkan tatapannya juga. "Emang lo ngeharepin jawaban apa dari gue?"
Aldo menarik rem tangannya. Ia berhenti tepat di depan lampu merah. "Gitu aja pake di tanya," sahut Aldo yang kini kepalanya sudah berputar ke arah Karel. "Jangan sampe gue gigit nih pipi lo."
Karel bergidik sambil memasang ekspresi aneh. "Ih mainnya gigit-gigitan," ucapnya. "Minus satu point ah."
Aldo memasang wajah jengkel. "Tai."
"Minus dua point. Kayanya gue harus mikir ulang nih."
"Belom pernah gue cium ya? Ngomong kaya gitu sekali lag --"
"Minus tiga point, mainannya nganc --"
Belum sempat Karel menyelesaikan ucapannya, Aldo sudah menarik tangan Karel yang mengakibatkan gadis itu jatuh ke dalam pelukan Aldo. "Plus lima point, suka ngasih pelukan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stranger From Chatous
Humor(SEDANG DI-REVISI) Karel itu anak kelas dua belas yang bentar lagi lulus. Ketemu Kevin dari aplikasi berlambang planet jupiter itu kayanya bikin Karel harus sabar-sabar hati. Karna bukan cuma Kevin yang terlibat disini, tapi Aldo juga. Aldo itu si t...