Karel memicingkan matanya saat ia baru tiba di ruang lima belas. Terlihat jelas Aldo dengan kedua sahabatnya sedang bergurau hingga menimbulkan kegaduhan yang membuat sebagian siswa lainnya terganggu saat sedang menghafal beberapa materi yang akan diujiankan hari ini.
Tidak ada yang berani dengan Aldo karna - bagi yang perempuan, mereka tidak mau berurusan dengan Marisa yang otomatis akan melabrak siapapun perempuan yang berani macam - macam dengan Aldo. Sedangkan bagi yang laki - laki, mereka tidak mau berurusan dengan para pentolan Harapan Bangsa karna banyak yang mem-back up anak laki - laki tersebut.
Karel berjalan menuju meja yang di duduki oleh anak laki - laki itu. Ya, anak itu tidak duduk di kursi. Ia duduk di meja tempatnya duduk bersama Karel. Dan meja yang sedang di duduki olehnya adalah meja milik Karel.
Aldo sadar bahwa gadis yang chatnya belum sama sekali ia balas sejak kemarin sudah berada di sampingnya sambil melipat kedua tangan di dada.
"Can you please go away from my table?" Tanya Karel dengan nada penuh penekanan. Kali ini suasana menjadi hening karna baik Aldo dan beberapa murid lain sudah menatap kearah anak perempuan itu.
Aldo menaikan sebelah alisnya. Ia tersenyum angkuh sambil berkata. "Excuse me? Sejak kapan ya, meja ini jadi punya lo? Kayanya ini meja punya pemerintah deh?" Jawabnya santai.
Karel menatap Aldo. Ia gemas dengan anak laki - laki yang selalu membuat onar ini. "Mejanya emang punya pemerintah, tapi gue duduk disini! Jadi ini meja, punya gue."
Keadaan kelas masih sunyi setelah kalimat terakhir yang anak gadis itu ucapkan. Aldo pun hanya tersenyum mendengar tanggapan Karel. Ia baru saja ingin membalas saat Kevin datang ke kelas Karel.
Anak laki - laki itu sedang berjalan menuju Karel sambil menatap penuh tanya. Ada apa pagi - pagi seperti ini Karel sudah berurusan dengan Aldo?
"Rel? Is that anything okay?" Tanyanya.
Aldo kini sudah menatap anak laki - laki itu dengan angkuhnya. "Yaelah Bro, ini kelas orang kali. Salam dulu kek, apa kek. Main nyelonong masuk aje lo!" Ucap Aldo dengan nada se-selengean mungkin sehingga dapat membuat Kevin terganggu.
"Lah? Santai aja kali, Emang ada aturannya harus permisi sana sini cuma buat masuk kelas orang? Lagian gue udah biasa ke kelasnya Karel." Jawab Kevin yang sekarang matanya sudah dilemparkan kearah Aldo.
Mendengar kata sudah biasa, entah mengapa Aldo menjadi kesal. Namun ia berusaha menyembunyikan rasa itu dalam - dalam. "Ya menurut lo? Sopan dikit kali."
"Alah, lo gak usah ngajarin gue. Ngaca Bro! Lo aje tiap hari kerjaannya keluar masuk ruang Bp."
Karel berdecak sambil menarik tangan Kevin menjauh sebelum kejadian yang ia tidak inginkan akan terjadi. "Udah Vin, yang waras ngalah." Ucap Karel.
"Ya gak gitu Rel, dia maksudnya apa, sok - sokan jadi jagoan kaya gitu?" Ucap Kevin yang sama sekali tidak mengalihkan pandangannya ke Karel. "Eh lo denger ye, gua gak takut sama lo! Gausah sok jago lu!"
"Vin, please." Kali ini nada suara Karel terdengar meminta.
"Siapa yang sok jago sih? Gua itu cuma mengingatkan. Lo nya aje alay, gampang baper." Jawab Aldo dengan santainya.
"Aldo! Lo tuh bisa diem gak sih?!" Bentak Karel yang langsung menarik tangan Kevin keluar dari dalam kelas.
*****
Es bubble tanpa bubble rasa taro pun datang ke meja Aldo. Ia tidak mengerti sampai sekarang kenapa ia tidak menyukai cendil - cendil berwarna hitam yang biasa di panggil bubble tersebut. Menurutnya, rasa dan teksturnya aneh dan membuatnya jijik. Dan kenapa ia selalu memilih rasa taro, itu karna sampai sekarang ia tidak tau mengapa ada rasa taro saat asal usul dari makanan tersebut pun tidak pernah ia ketahui. Entah itu makanan atau sekedar hanya sebuah varian rasa. Yang penting Aldo suka rasa taro.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stranger From Chatous
Humor(SEDANG DI-REVISI) Karel itu anak kelas dua belas yang bentar lagi lulus. Ketemu Kevin dari aplikasi berlambang planet jupiter itu kayanya bikin Karel harus sabar-sabar hati. Karna bukan cuma Kevin yang terlibat disini, tapi Aldo juga. Aldo itu si t...