"Mbak emang ini mie-nya beneran gak bisa masak disini?" Tanya Karel pada kasir sebuah mini market yang buka dua puluh empat jam.
Yang ditanya hanya tersenyum sambil menggeleng yakin.
Dress yang tadi ia kenakan sekarang sudah tertumpuk dengan jas biru dongker yang dipasangkan oleh Aldo tadi saat keluar dari hotel.
"Ada - ada aja sih lo. Itu ada teriyaki sama udon. Makan itu aja lah." Sambar Aldo yang baru datang dari arah samping.
Laki - laki itu membawa dua cup kopi berwarna coklat yang baru saja ia tambahkan air panas dari dispenser diujung sudut mini market tersebut.
"Gue maunya makan mie. Udah deh diem aja." Ucap Karel yang menerobos masuk kebagian kitchen dibelakang meja kasir.
Aldo memperhatikan gerakan perempuan tersebut yang berjalan tanpa alas kaki menuju bagian dapur. Dilihatnya gadis itu sedang berbincang dengan seorang pramusaji dari balik perendam minyak yang hampir seluruh bagiannya di lapisi oleh stainless.
Karel keluar lagi. Kali ini tangannya sudah tidak membawa sebungkus mie instan Korea rasa keju. Sedetik kemudian ia mengedipkan sebelah matanya kearah Aldo yang penampilannya sudah acak - acakan dengan sebelah bagian bawah kemeja putihnya sudah dikeluarkan dari dalam celananya dan kedua lengan kemejanya sudah digulung hingga siku.
"See, i will eat the noodle." Ucap Karel kepada Aldo yang sedetik kemudian berjalan kedepan gadis itu dan memberikan satu cup kopi ditangannya. "And thanks anyway." Lanjutnya sambil menaikan genggaman kopinya sedikit keudara.
"Thats alright." Jawab Aldo yang berbalik menuju mesin pendingin khusus es krim. Ia melihat - lihat isi dari mesin itu dari balik kaca penghalang antara suhu mesin dengan suhu ruangan.
Tangannya menggeser kaca tersebut ke kiri dan dengan cepat ia mengambil satu bungkus nuget ayam kesukaannya. Ia kemudian berbalik kearah Karel yang ternyata masih berdiri disana sambil meminum kopinya. Aldo tersenyum, pria itu mengangkat tangannya yang memegang bungkusan nuget ke udara sampai sejajar dengan kepalanya. "I want this." Ucapnya yang kemudian berjalan kearah kasir. "Mbak, gorengin ya. Semua." Lanjutnya. "Sama saya pesen nasinya satu."
Si kasir pun tersenyum dan men-scan bungkus nuget itu agar Aldo dapat menyelesaikan pembayaran. Setelah di total dengan harga nasi dan harga penggorengan, Aldo segera membayarnya sekaligus dengan dua cup kopi serta mie yang di beli Karel.
Sambil menunggu makanan mereka, Karel dan Aldo duduk dikursi bersebelahan yang menghadap langsung kearah jalan raya. Meja berwarna putih yang terbentang dari ujung kanan ke kiri memanjang pun tertempel ditembok bawah kaca besar yang berada di depan mereka.
Jam sudah menunjukan pukul sepuluh lewat lima belas malam saat Karel melirik ke pergelangan tangannya. Saat Aldo hendak mengantarnya pulang dari hotel tadi, ia meminta anak laki - laki itu untuk mampir sebentar kesebuah mini market dua puluh empat jam di dekat komplek perumahannya. Tidak ada yang mereka bicarakan selama di mobil. Keduanya sibuk dengan pikiran masing - masing.
"Rel," panggil Aldo setelah satu menit lebih bergeming. "Gue gak ngerti kenapa gue ngajak lo buat pura - pura pacaran," Ucap Aldo. Tatapannya masih mengarah pada puluhan mobil yang berlalu lalang di jalan raya didepannya.
Karel pun hanya bisa melirik laki - disampingnya tersebut tanpa mengatakan sepatah kata apapun. Ia ingin Aldo menyelesaikan kalimatnya.
"Gue kira, dia bakalan sakit. Tapi gak taunya, malah kita yang jauh lebih sakit." Lanjutnya sambil tersenyum tipis.
Karel tidak mengerti dengan alur pembicaraan Aldo. Maksudnya, kata dia dan kita disini, belum dapat terbaca sepenuhnya oleh Karel. Tidak sedetik pun kedua mata Karel terlepas dari pria yang duduk disampingnya. Ia masih mencoba mengartikan maksud perkataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stranger From Chatous
Humor(SEDANG DI-REVISI) Karel itu anak kelas dua belas yang bentar lagi lulus. Ketemu Kevin dari aplikasi berlambang planet jupiter itu kayanya bikin Karel harus sabar-sabar hati. Karna bukan cuma Kevin yang terlibat disini, tapi Aldo juga. Aldo itu si t...